Mendengar perkataan itu, Galuh Tapa berpikir cukup lama tapi kemudian dia menyetujui permintaan mereka semua."Dia!" Galuh Tapa menunjuk Bagas Sanjaya yang sedang mengatur beberapa orang prajurit "Akan menjadi pemimpin kalian, meski wajahnya seperti itu tapi dia memiliki hati yang baik." kemudian pemuda itu tertawa kecil di ikuti pula dengan geraman panglima kumbang."Tenang...tenang dia tidak akan memakan kalian," ucap Galuh Tapa seraya mengelus macan hitam itu.Hingga pada akhirnya mereka merayakan kemenangan dengan melakukan makan bersama, memanggang beberapa ekor kuda dan juga menanak sekarung beras. Tidak lupa sepuluh tong arak menjadi penutup dari kemenangan mereka.Semua orang akhirnya tertidur pulas di tempat itu, hingga matahari berada tepat di atas kepala, tidak terkecuali pula Galuh Tapa.Dan ketika terik matahari benar-benar menyilaukan mata, barulah satu persatu dari mereka mulai membuka mata.Galuh Tapa beberapa kali menggerakkan tubuhnya, sedikit lebih lemah dari biasa
Hingga kemudian Ringgina melirik tangan Galuh Tapa yang sedang memegang lengannya. Pada saat seperti itu dadanya terasa berdebar kencang, entah kenapa tiba-tiba saja wajahnya menjadi merah merona.Melihat hal itu, Kinanti buru-buru dan melerai kedua tangan mereka. Sementara Ringgina hanya tersenyum kecil, menyadari bahwa gadis yang ada dihadapannya pasti kekasih Galuh Tapa."Jika kau ingin mendapatkan penawar racun itu, kau harus ikut aku untuk mengambilnya." Ringgina melirik kearah Kinanti dengan wajah kemenangan. "Tapi jika kau tidak mau, aku tidak akan memberikan penawaran...""Baiklah, aku setuju!" Galuh Tapa berujar."Kanda, Galuh?" Kinanti tentu saja tidak akan setuju dengan pilihan pemuda itu. Wanita licik itu pasti akan merencanakan sesuatu, tapi entah rencana apa yang sedang dipikirkannya. "Kau tidak boleh pergi, kita akan membuat penawar itu dengan meminta bantuan medis pendekar Persatuan Hulubalang.""Yang dikatakan Kinanti ada benarnya." Selasih berujar. "Atau juga kakang
Sementara Galuh Tapa tidak menanggapi perkataan gadis itu, dia sibuk mengumpulkan patung-patung kecil ketika api sudah menyalah. Menurutnya diam itu lebih baik dari pada berkata dengan wanita licik seperti Ringgina."Minum?" tanya Ringgina menyodorkan kendi labu miliknya."Tidak" Galuh Tapa menjawab dengan ketus"Apa kau takut jika air ini sudah kuberi racun?" Ringgina tertawa cekikikan, membuat wajah Galuh menjadi lebih jengkel. "Jadi rupanya kau takut..."Galuh Tapa segera menyambar kendi labu itu, meneguknya hingga tanpa tersisa. Ringgina menaikan alis ketika melihat pemuda itu bertindak bodoh, tidak seperti sebelumnya ketika mereka berjumpa."Ini bukan racun?" Galuh Tapa meletakkan kendi labu dengan kasar di atas meja. "Kenapa kau melakukan hal itu, meracuni semua orang? Kemudian kau meminta aku untuk menemanimu untuk mengambil penawarnya? Apa tujuanmu sebenarnya?"Senyum kecil dibibir Ringgina segera lenyap berganti wajah cemberut. Harus diakui, ketika dia bertingkah seperti itu,
Galuh Tapa terkadang dihadapkan dengan padang pasir yang luas, kemudian entah kenapa berdiri di atas lautan biru kemudian berubah lagi pada awan-awan tipis di atas langit.Ketika dia berada di luapan api, pemuda itu kepanasan bukan kepalang. Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Bahkan pancaran cahaya api terang adalah hal yang dia sukai. Pemuda itu berteriak, hingga seluruh jiwanya lenyap tanpa sisa."Galuh...Galuh!" sayup-sayup pemuda itu mendengar suara seorang gadis, semakin lama suara itu tampak begitu jelas ditelinga. "Galuh! apa kau baik-baik saja"Sementara pemuda itu tidak berniat membuka matanya, lebih jelasnya takut apa yang dia lihat adalah hal yang paling menakutkan. Namun tamparan pelan di pipinya dan itu menandakan dia masih hidup.Ketika dia membuka mata Ringgina telah berurai air matanya hingga jatuh di pipi Galuh Tapa. Dia baru sadar jika kepalanya berada di pangkuan gadis itu."Tenanglah! Tenanglah!" Ringgina berkata di telinganya.Hari itu Galuh Tapa mengalami dema
Mereka bukan pasukan Kelabang Iblis, tampaknya bukan pula para bandit. Pakaian mereka tampak begitu bagus dengan jubah yang bergambar Harimau putih di bagian belakangnya. Persatuan Hulubalang.Itu lebih buruk lagi, Pikir gadis itu. Persatuan Hulubalang sudah keluar dari persembunyiannya, itu artinya mereka sudah memiliki sesuatu yang digunakan untuk merebut kembali dataran Pasmah, situasi ini akan semakin buruk. Jika mereka menemukannya Galuh Tapa akan direbut paksa. Salah satu dari empat orang penunggang kuda itu cukup terkenal dikalangan para gadis, ya meski Ringgina tidak pernah bertemu secara langsung, tapi dia bisa tahu bahwa itu adalah pemuda yang bernama Galingga Tirta, ada banyak sketsa gambar yang di lukiskan para gadis.Beberapa gadis menjadikan dia buah bibir sebelum terjadinya perang beberapa bulan yang lalu."Akan sangat buruk jika sampai berurusan dengan pemuda itu!" Ringgina bergumam pelan.Dari informasi yang diberikan bawahannya, Galingga Tirta mampu menandingi pend
Sementara Galuh Tapa termenung cukup lama, bukan memikirkan pertanyaan Ringgina tapi memikirkan alasan Galingga Tirta mengikutinya. Dia yakin ada alasan khusus mengenai hal itu.Tidak mungkin pula jika Galingga Tirta berniat menangkap Ringgina, di saat racun sedang bersarang di dalam tubuh teman-temannya."GHeer" panglma kumbang mengaum seakan-akan berkata."Untuk saat ini, aku tidak ingin memikirkan hal apapun" Galuh Tapa memantapkan niatnya,. "Aku akan ikut bersamamu untuk mendapatkan penawar racunnya."Sekarang kau telah terbebas dari beban?" Ringgina tersenyum kecil. "Galinga Tirta tidak datang sendirian, meski aku tidak pernah bertemu langsung dengan dirinya, tapi dia adalah putra dari Damar Tirta, pemimpin pendekar Persatuan Hulubalang. Kami sudah mempelajari organisasi itu sebelum perang besar terjadi, pemuda itu memiliki kemampuan di atas rata-rata, teknik pedang perak, begitukan kalian menyebutnya.?""Jadi saat ini, gadis itu melanjutkan ucapannya. "Aku yakin Markas Perianga
"Tidak terlalu buruk" Ucap Galuh Tapa. "Kita berdua memiliki keahlian yang cukup berimbang." Galuh Tapa terkekeh kecil memperhatikan raket yang mereka buat.Keduanya mulai memasukan raket kedalam air, Ringgina lantas menaikinya lebih dahulu kemudian disusul dengan panglima kumbang dan terakhir tentu saja Galuh Tapa.Hari ini cuacanya cukup mendukung, angin berhembus menuju gunung kecil, ombak tidak terlalu besar.Menaiki Rakit ataupun perahu adalah hal yang pertama Galuh Tapa, dan itu membuatnya merasa cemas.Ketika alat itu memecah ombak , Galuh Tapa adalah orang yang paling khawatir diantara yang lainya. Sial sekali dia orang yang tidak pandai berenang, jika saja rakit ini pecah di tengah laut.Sebab pemuda itu tidak bisa menggunakan tenaga dalamnya untuk terbang. Ini menjengkelkan sekali, pikirnya. Dia pernah menghabiskan seisi perutnya ketika menaiki gerobak dan mungkin saja kejadian itu akan terulang lagi, disini dan sekarang juga.Dalam beberapa menit itupun terjadi."UWAK..."Ga
Tapi entah mengapa, seolah dirinya tidak memiliki daya upaya."Mereka telah memberi kita racun...?" Ringgina berkata lirih. Racun ini tidak akan membunuh kita, tapi efek yang diakibatkan racun dapat membuat tubuh kita menjadi sangat lemah. Meski jenisnya berbeda, tapi negeri Singunan ada racun seperti ini. Racun Badan Sare."Tenang saja aku Akan menyelamatkan kalian berdua," ujar pemuda itu. "Bertahanlah sebentar saja, kita akan selamat..."Belum usai perkataan pemuda itu, tiba-tiba seorang mahluk datang menendang sel tahanannya. Tendangannya begitu kuat,membuat kandang tahanan melayangbeberapa meter. Galuh Tapa terpaksajungkir balik di dalam sana.Kerangkeng tahanan berhenti tepat diantara puluhan mahluk di dataran luas.Galuh Tapa belum pernah melihatmahluk seperti mereka ini sebelumnya. Bertubuh kerdil, hanya seukuran pinggangnya dengan tubuh kekar dan jari-jari kasar lagi berbulu tipis. Mereka seperti monyet, tapi bukan monyet.Dan hal yang paling mengejutkan pemuda itu adala