Gujang Dawe belum bisa mengontrol tubuhnya setelah melihat serangan Andaran Tadi.Sementara ketujuh orang temannya juga lebih parah dari Gujang Dawe. Salah satu dari mereka bahkan tanpa sadar menjatuhkan senjata, tapi tentu saja, buru-buru mengambilnya kembali dan bersikap sebaik mungkin didepan Galuh Tapa.Gujang Dawe mulai meragukan kemampuannya untuk mengalahkan Galuh Tapa, jika Andaran memiliki kemampuan sebesar empat level energi saja bisa mengeluarkan kemampuan sehebat itu, lalu bagaimana dengan pemuda didepannya."Anak muda ini sebenarnya bukan tandingan diriku," ucap di benah Gujang Dawe sembari berpikir keras. "Dia adalah tandingan para komandan Kelabang Iblis, atau tandingan dari tuanku Maha Senopati.Gujang Dawe mencari-cari cara untuk bisa melarikan diri dari pemuda yang memiliki pedang pusaka Lintang Kuning, tapi kemudian Galuh Tapa segera tertawa kecil."Kau sedang merencanakan untuk melarikan diri dari tempat ini?" Pemuda itu kemudian menoleh kearah tujuh orang teman Gu
Sehingga lima menit kemudian, dua orang serentak terpenggal kepalanya, kemudian beberapa menit lagi pedang pusaka Lintang Kuning sudah menusuk jantung dua orang lagi secara bergantian, dan sangat cepat.Hingga akhirnya tertinggal tiga orang lagi dengan wajah pucat pasai dan keringat dingin yang berjatuhan membasahi pakaian mereka.Galuh Tapa memandangi ketiga orang itu dengan begitu tajam, mengoyak keberanian mereka.Tapi sebelum Galuh Tapa kembali melakukan serangan, mereka bertiga serentak menjatuhkan senjata, menyembah dan sujud di tanah."Ampuni kami...Ampuni kami, tuan" suara mereka terdengar bergetar, memohon kasihan dari pendekar hebat itu. "Tolong tuan kasihani kami, kami mengaku salah."Dalam kitab strategi perang sebenarnya tidak mempercayai musuh yang menyerahkan diri, karena delapan puluh persin dari mereka adalah pengkhianat. Mereka akan menunggu kesempatan untuk kembali membunuh.Namun Galuh Tapa tidak terpaku dengan buku itu, sebagai pendekar dia mempunyai prinsip ksatr
Mendengar perkataan itu, Galuh Tapa berpikir cukup lama tapi kemudian dia menyetujui permintaan mereka semua."Dia!" Galuh Tapa menunjuk Bagas Sanjaya yang sedang mengatur beberapa orang prajurit "Akan menjadi pemimpin kalian, meski wajahnya seperti itu tapi dia memiliki hati yang baik." kemudian pemuda itu tertawa kecil di ikuti pula dengan geraman panglima kumbang."Tenang...tenang dia tidak akan memakan kalian," ucap Galuh Tapa seraya mengelus macan hitam itu.Hingga pada akhirnya mereka merayakan kemenangan dengan melakukan makan bersama, memanggang beberapa ekor kuda dan juga menanak sekarung beras. Tidak lupa sepuluh tong arak menjadi penutup dari kemenangan mereka.Semua orang akhirnya tertidur pulas di tempat itu, hingga matahari berada tepat di atas kepala, tidak terkecuali pula Galuh Tapa.Dan ketika terik matahari benar-benar menyilaukan mata, barulah satu persatu dari mereka mulai membuka mata.Galuh Tapa beberapa kali menggerakkan tubuhnya, sedikit lebih lemah dari biasa
Hingga kemudian Ringgina melirik tangan Galuh Tapa yang sedang memegang lengannya. Pada saat seperti itu dadanya terasa berdebar kencang, entah kenapa tiba-tiba saja wajahnya menjadi merah merona.Melihat hal itu, Kinanti buru-buru dan melerai kedua tangan mereka. Sementara Ringgina hanya tersenyum kecil, menyadari bahwa gadis yang ada dihadapannya pasti kekasih Galuh Tapa."Jika kau ingin mendapatkan penawar racun itu, kau harus ikut aku untuk mengambilnya." Ringgina melirik kearah Kinanti dengan wajah kemenangan. "Tapi jika kau tidak mau, aku tidak akan memberikan penawaran...""Baiklah, aku setuju!" Galuh Tapa berujar."Kanda, Galuh?" Kinanti tentu saja tidak akan setuju dengan pilihan pemuda itu. Wanita licik itu pasti akan merencanakan sesuatu, tapi entah rencana apa yang sedang dipikirkannya. "Kau tidak boleh pergi, kita akan membuat penawar itu dengan meminta bantuan medis pendekar Persatuan Hulubalang.""Yang dikatakan Kinanti ada benarnya." Selasih berujar. "Atau juga kakang
Sementara Galuh Tapa tidak menanggapi perkataan gadis itu, dia sibuk mengumpulkan patung-patung kecil ketika api sudah menyalah. Menurutnya diam itu lebih baik dari pada berkata dengan wanita licik seperti Ringgina."Minum?" tanya Ringgina menyodorkan kendi labu miliknya."Tidak" Galuh Tapa menjawab dengan ketus"Apa kau takut jika air ini sudah kuberi racun?" Ringgina tertawa cekikikan, membuat wajah Galuh menjadi lebih jengkel. "Jadi rupanya kau takut..."Galuh Tapa segera menyambar kendi labu itu, meneguknya hingga tanpa tersisa. Ringgina menaikan alis ketika melihat pemuda itu bertindak bodoh, tidak seperti sebelumnya ketika mereka berjumpa."Ini bukan racun?" Galuh Tapa meletakkan kendi labu dengan kasar di atas meja. "Kenapa kau melakukan hal itu, meracuni semua orang? Kemudian kau meminta aku untuk menemanimu untuk mengambil penawarnya? Apa tujuanmu sebenarnya?"Senyum kecil dibibir Ringgina segera lenyap berganti wajah cemberut. Harus diakui, ketika dia bertingkah seperti itu,
Galuh Tapa terkadang dihadapkan dengan padang pasir yang luas, kemudian entah kenapa berdiri di atas lautan biru kemudian berubah lagi pada awan-awan tipis di atas langit.Ketika dia berada di luapan api, pemuda itu kepanasan bukan kepalang. Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Bahkan pancaran cahaya api terang adalah hal yang dia sukai. Pemuda itu berteriak, hingga seluruh jiwanya lenyap tanpa sisa."Galuh...Galuh!" sayup-sayup pemuda itu mendengar suara seorang gadis, semakin lama suara itu tampak begitu jelas ditelinga. "Galuh! apa kau baik-baik saja"Sementara pemuda itu tidak berniat membuka matanya, lebih jelasnya takut apa yang dia lihat adalah hal yang paling menakutkan. Namun tamparan pelan di pipinya dan itu menandakan dia masih hidup.Ketika dia membuka mata Ringgina telah berurai air matanya hingga jatuh di pipi Galuh Tapa. Dia baru sadar jika kepalanya berada di pangkuan gadis itu."Tenanglah! Tenanglah!" Ringgina berkata di telinganya.Hari itu Galuh Tapa mengalami dema
Mereka bukan pasukan Kelabang Iblis, tampaknya bukan pula para bandit. Pakaian mereka tampak begitu bagus dengan jubah yang bergambar Harimau putih di bagian belakangnya. Persatuan Hulubalang.Itu lebih buruk lagi, Pikir gadis itu. Persatuan Hulubalang sudah keluar dari persembunyiannya, itu artinya mereka sudah memiliki sesuatu yang digunakan untuk merebut kembali dataran Pasmah, situasi ini akan semakin buruk. Jika mereka menemukannya Galuh Tapa akan direbut paksa. Salah satu dari empat orang penunggang kuda itu cukup terkenal dikalangan para gadis, ya meski Ringgina tidak pernah bertemu secara langsung, tapi dia bisa tahu bahwa itu adalah pemuda yang bernama Galingga Tirta, ada banyak sketsa gambar yang di lukiskan para gadis.Beberapa gadis menjadikan dia buah bibir sebelum terjadinya perang beberapa bulan yang lalu."Akan sangat buruk jika sampai berurusan dengan pemuda itu!" Ringgina bergumam pelan.Dari informasi yang diberikan bawahannya, Galingga Tirta mampu menandingi pend
Sementara Galuh Tapa termenung cukup lama, bukan memikirkan pertanyaan Ringgina tapi memikirkan alasan Galingga Tirta mengikutinya. Dia yakin ada alasan khusus mengenai hal itu.Tidak mungkin pula jika Galingga Tirta berniat menangkap Ringgina, di saat racun sedang bersarang di dalam tubuh teman-temannya."GHeer" panglma kumbang mengaum seakan-akan berkata."Untuk saat ini, aku tidak ingin memikirkan hal apapun" Galuh Tapa memantapkan niatnya,. "Aku akan ikut bersamamu untuk mendapatkan penawar racunnya."Sekarang kau telah terbebas dari beban?" Ringgina tersenyum kecil. "Galinga Tirta tidak datang sendirian, meski aku tidak pernah bertemu langsung dengan dirinya, tapi dia adalah putra dari Damar Tirta, pemimpin pendekar Persatuan Hulubalang. Kami sudah mempelajari organisasi itu sebelum perang besar terjadi, pemuda itu memiliki kemampuan di atas rata-rata, teknik pedang perak, begitukan kalian menyebutnya.?""Jadi saat ini, gadis itu melanjutkan ucapannya. "Aku yakin Markas Perianga