Dari semua orang di tempat ini tidak pernah ada yang menyadari bubuk hitam yang dikembangkan Tiran Putih.Hal itu, tentu saja mereka menilai serangan ini sebagai pukulan tenaga dalam dan pukulan tenaga dalam tidak memiliki jarak serangan yang jauh. Jadi pelakunya pasti ada dalam markas ini, pikir mereka.Sementara Ringgina tidak bisa mencerna situasinya, tapi dia bisa menyimpulkan bahwa serangan ini ada kaitannya dengan pemuda itu, ya pemuda yang telah membuat pikirannya menjadi kacau balau dan lebih mengedepankan perasaan."Jika dia bisa terbang? Maka dia akan melewati atas tembok ini" Ringgina berkata. "Tapi mungkin dia tidak akan melakukan hal itu, jadi mungkin saja itu bukanlah pukulan tenaga dalam." Ringgina masih berpikir beberapa lama."Itu bukan sebuah serangan tapi sebuah peringatan. Mulai malam ini perketat penjagaan, dia tidak ada lagi ditempat ini."Ringgina tidak yakin itu sebuah pukulan tenaga dalam, tapi dia juga tidak tahu benda apa yang digunakan Galuh Tapa untuk mele
"Apa yang kami lakukan?" Kinanti memainkan semua jari-jarinya, kemudian ratusan bubuk hitam berhamburan. "Tentu saja memusnahkan kalian.""Gawat siram apinya!" Mereka berteriak tak tentu arah. "Ambil air, siram apinya!""Bunuh wanita itu mereka hanya berjumlah lima puluh orang sedangkan kita ribuan!" Terdengar perintah dari salah satu prajurit yang mungkin memilik jabatan cukup tinggi. "Jangan biarkan dia bertindak semaunya."Sehingga pada saat yang sama, para pendekar pilih tanding keluar dari gumpalan api yang menyalah mencoba mengganggu tindakan Kinanti. Namun hal itu tentu saja, para pendekar pilih tanding memiliki cukup tenaga dalam bisa bertahan dari kobaran api, dengan melindungi kulit mereka. Akan tetapi meski demikian, tidak ada yang cukup mampu bertahan dari momentum ledakan.Ada sekitar dua puluh pendekar pilih tanding, tidak tapi tiga puluh pendekar pilih tanding, ada tambahan lagi yang turun dari atas tembok beton. Semuanya memiliki kemampuan meringankan tubuh yang cukup
Bagas Sanjaya memang tidak bisa menggunakan senjata, tapi pukulan Maga Halilintar yang dia miliki bisa memecahkan tulang tengkorak lawannya.Jelas tidak ada yang bisa menahan pukulannya, beberapa prajurit Kelabang Iblis yang setingkat pilih tanding mencoba menyerang pria itu secara bersamaan, tapi hasilnya tetap percuma saja.Sementara itu disisi Bagas Sanjaya ada kekasihnya, Ratih Amiy dengan senjata rantai yang bermata celurit. Lebih mengerikan lagi. Teknik Rantai Mengepas lawan, bisa mengincar batang leher musuh dan membunuhnya.Lain lagi dengan Selasih, gadis itu sudah banyak sekali menguburkan prajurit Kelabang Iblis hidup-hidup dengan membelah tanah. "Sampaikan salamku kepada dewa kematian." ujar gadis itu sembari mengangkat kapaknya, lalu mendarat tepat di wajah musuhnya.Sementara Bagas Sanjaya dan teman-temannya masih berkemelut didalam hutan, Galuh Tapa sudah mengamankan tiga ratus budak. Dia menyembunyikan mereka di tempat yang tersembunyi, tapi masih didalam lokasi tembok
Sehingga kemudian Andaran mengeluarkan pedang energi yang berwarna hitam. lalu dia segera mengeluarkan perlawanan.Situasi dalam gelap malam, serangan pedang bayangan lebih efektif untuk digunakan, sebab teknik itu terkadang seperti sebuah ilusi yang menipu.Berpura-pura menyerang dari arah kiri, tapi pada dasarnya menyerang arah kanan. Dan benar saja, baru beberapa kali melakukan serangan Andaran sudah berhasil mendaratkan tebasan di lengan kanan lawannya. Lukanya lebih dalam dari yang Andaran terima."Kurang ajar, tidak akan aku biarkan kau hidup!" Pria itu mengancam Andaran.Sehingga dalam beberapa menit kemudian, pertarungan antara Andaran menjadi sangat lebih sengit. Senjata mereka saling bertemu dan menciptakan suara dentingan.Sejauh ini Andaran masih diposisi menyerang, pria itu tidak memberi satu kesempatan bagi lawannya untuk membalas.Jika saja saat ini Andaran dalam keadaan prima dengan empat level energi tenaga dalamnya, dia tidak keberatan menghadapai tiga atau empat or
Gujang Dawe belum bisa mengontrol tubuhnya setelah melihat serangan Andaran Tadi.Sementara ketujuh orang temannya juga lebih parah dari Gujang Dawe. Salah satu dari mereka bahkan tanpa sadar menjatuhkan senjata, tapi tentu saja, buru-buru mengambilnya kembali dan bersikap sebaik mungkin didepan Galuh Tapa.Gujang Dawe mulai meragukan kemampuannya untuk mengalahkan Galuh Tapa, jika Andaran memiliki kemampuan sebesar empat level energi saja bisa mengeluarkan kemampuan sehebat itu, lalu bagaimana dengan pemuda didepannya."Anak muda ini sebenarnya bukan tandingan diriku," ucap di benah Gujang Dawe sembari berpikir keras. "Dia adalah tandingan para komandan Kelabang Iblis, atau tandingan dari tuanku Maha Senopati.Gujang Dawe mencari-cari cara untuk bisa melarikan diri dari pemuda yang memiliki pedang pusaka Lintang Kuning, tapi kemudian Galuh Tapa segera tertawa kecil."Kau sedang merencanakan untuk melarikan diri dari tempat ini?" Pemuda itu kemudian menoleh kearah tujuh orang teman Gu
Sehingga lima menit kemudian, dua orang serentak terpenggal kepalanya, kemudian beberapa menit lagi pedang pusaka Lintang Kuning sudah menusuk jantung dua orang lagi secara bergantian, dan sangat cepat.Hingga akhirnya tertinggal tiga orang lagi dengan wajah pucat pasai dan keringat dingin yang berjatuhan membasahi pakaian mereka.Galuh Tapa memandangi ketiga orang itu dengan begitu tajam, mengoyak keberanian mereka.Tapi sebelum Galuh Tapa kembali melakukan serangan, mereka bertiga serentak menjatuhkan senjata, menyembah dan sujud di tanah."Ampuni kami...Ampuni kami, tuan" suara mereka terdengar bergetar, memohon kasihan dari pendekar hebat itu. "Tolong tuan kasihani kami, kami mengaku salah."Dalam kitab strategi perang sebenarnya tidak mempercayai musuh yang menyerahkan diri, karena delapan puluh persin dari mereka adalah pengkhianat. Mereka akan menunggu kesempatan untuk kembali membunuh.Namun Galuh Tapa tidak terpaku dengan buku itu, sebagai pendekar dia mempunyai prinsip ksatr
Mendengar perkataan itu, Galuh Tapa berpikir cukup lama tapi kemudian dia menyetujui permintaan mereka semua."Dia!" Galuh Tapa menunjuk Bagas Sanjaya yang sedang mengatur beberapa orang prajurit "Akan menjadi pemimpin kalian, meski wajahnya seperti itu tapi dia memiliki hati yang baik." kemudian pemuda itu tertawa kecil di ikuti pula dengan geraman panglima kumbang."Tenang...tenang dia tidak akan memakan kalian," ucap Galuh Tapa seraya mengelus macan hitam itu.Hingga pada akhirnya mereka merayakan kemenangan dengan melakukan makan bersama, memanggang beberapa ekor kuda dan juga menanak sekarung beras. Tidak lupa sepuluh tong arak menjadi penutup dari kemenangan mereka.Semua orang akhirnya tertidur pulas di tempat itu, hingga matahari berada tepat di atas kepala, tidak terkecuali pula Galuh Tapa.Dan ketika terik matahari benar-benar menyilaukan mata, barulah satu persatu dari mereka mulai membuka mata.Galuh Tapa beberapa kali menggerakkan tubuhnya, sedikit lebih lemah dari biasa
Hingga kemudian Ringgina melirik tangan Galuh Tapa yang sedang memegang lengannya. Pada saat seperti itu dadanya terasa berdebar kencang, entah kenapa tiba-tiba saja wajahnya menjadi merah merona.Melihat hal itu, Kinanti buru-buru dan melerai kedua tangan mereka. Sementara Ringgina hanya tersenyum kecil, menyadari bahwa gadis yang ada dihadapannya pasti kekasih Galuh Tapa."Jika kau ingin mendapatkan penawar racun itu, kau harus ikut aku untuk mengambilnya." Ringgina melirik kearah Kinanti dengan wajah kemenangan. "Tapi jika kau tidak mau, aku tidak akan memberikan penawaran...""Baiklah, aku setuju!" Galuh Tapa berujar."Kanda, Galuh?" Kinanti tentu saja tidak akan setuju dengan pilihan pemuda itu. Wanita licik itu pasti akan merencanakan sesuatu, tapi entah rencana apa yang sedang dipikirkannya. "Kau tidak boleh pergi, kita akan membuat penawar itu dengan meminta bantuan medis pendekar Persatuan Hulubalang.""Yang dikatakan Kinanti ada benarnya." Selasih berujar. "Atau juga kakang