Share

207. Menyusup 3

Penulis: Riyen Kaiser
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-27 19:52:06

Disisi lain, Galuh Tapa berpapasan dengan para pendekar yang telah dirantai tangan dan kakinya. Beberapa orang itu terlihat mambawa luka yang tidak ringan, sehingga kesulitan berjalan.

"Mereka sudah beberapa kali berniat memberontak kita." pria jangkung tadi kembali membuka suara. "Hingga akhirnya Nona Ringgina beserta gurunya Patmawati turun langsung untuk menaklukkan mereka."

"Akan di apakan mereka?" Galuh Tapa kembali bertanya. "Kau tahu bukan hanya sering lupa nama orang, terkadang aku lupa dengan berbagai pekerjaan. Aku tidak sepintar dirimu."

Mendapat pujian itu, Wajah pria jangkung tampak berseri-seri. Tidak banyak orang yang memuji dirinya pintar kecuali ibunya dan mantan istrinya, sebelum akhirnya mereka bercerai lalu kata 'Bodoh' keluar dari mulut mantan istrinya itu.

"Mereka kan menjadi budak jika tidak patuh." Dia mulai menjelaskan garis besarnya, kemudian menatap Galuh Tapa kembali. "Apa sekarang kau sudah mengingatnya, apa aku harus mengulanginya lagi?"

"Tidak-tidak aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Legenda Galuh Tapa   208. Menyusup 4

    Sehingga hal itu, membuat semua prajurit Kelabang Iblis menjadi murka, tidak menyangka pria tersebut yang dikatakan memiliki seni beladiri garis lurus malah melakukan tindakan seperti itu."Jangan bergerak, biarkan kami semua pergi dari sini!" Dia memperingatkan.Patmawati segera mencabut sebilah pedang yang berwarna hijau peka. Pedang pusaka yang menjadi andalan dari negeri Singunan. Sangat beracun lagi tajam.Ringgina sebenarnya bukanlah gadis yang begitu hebat dalam bertarung. Dia hanya mempelajari beberapa teknik dalam beladiri. Dibanding dengan bertarung, wanita itu lebih mengandalkan otaknya yang berlian.Meski demikian, Ringgina tidak kehilangan wibawa. Gadis itu masih tersenyum kecil mendapati situasi buruk yang menimpa dirinya."Nona, tenanglah!" Patmawati berujar, "Aku akan menyelamatkan dirimu""Beri kami jalan!" Pria itu berteriak. "Biarkan kami pergi dari tempat ini"Sehingga ratusan prajurit membuka jalan bagi empat padepokan. Sementara Galuh Tapa belum melakukan tindak

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-28
  • Legenda Galuh Tapa   209. Penyerangan

    Galuh Tapa tersenyum kecil, dia kembali memandangi gadis itu. "Kami akan mengambil budak dan markas ini, Nona. Kau bisa pergi sebelum kami menyerang, atau tetap di sini dan mungkin melihat semua orang mati."Setelah mengatakan hal itu, Galuh Tapa segera melayang dengan cepat lalu pergi meninggalkan tempat itu. Semua prajurit yang melihat tindakan pemuda itu tidak bisa menutup mulutnya, terpukau beberapa saat.Namun kemudian Patmawati tiba-tiba menghampiri Ringgina dengan wajah cemas. "Nona, apa yang terjadi, apa kau baik-baik saja?""Siapkan pasukan! Kita akan kedatangan tamu!" Perintah Ringgina, kemudian dia menyerang pelan, "Aku tidak akan menyerah pada kerugian itu"***Galuh Tapa kembali pada teman-temannya yang menunggu dengan harap-harap cemas."Kanda Galuh, apa yang kau dapatkan?" Tanya Kinanti, pemuda itu dengan wajah khawatir.“Bagaimana kondisi ditempat itu?” Bagas Sanjaya menyambung pertanyaan."Mereka memiliki benteng yang benar-benar kokoh, dan ada sembilan orang prajuri

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-30
  • Legenda Galuh Tapa   210. Penyerangan 2

    Dari semua orang di tempat ini tidak pernah ada yang menyadari bubuk hitam yang dikembangkan Tiran Putih.Hal itu, tentu saja mereka menilai serangan ini sebagai pukulan tenaga dalam dan pukulan tenaga dalam tidak memiliki jarak serangan yang jauh. Jadi pelakunya pasti ada dalam markas ini, pikir mereka.Sementara Ringgina tidak bisa mencerna situasinya, tapi dia bisa menyimpulkan bahwa serangan ini ada kaitannya dengan pemuda itu, ya pemuda yang telah membuat pikirannya menjadi kacau balau dan lebih mengedepankan perasaan."Jika dia bisa terbang? Maka dia akan melewati atas tembok ini" Ringgina berkata. "Tapi mungkin dia tidak akan melakukan hal itu, jadi mungkin saja itu bukanlah pukulan tenaga dalam." Ringgina masih berpikir beberapa lama."Itu bukan sebuah serangan tapi sebuah peringatan. Mulai malam ini perketat penjagaan, dia tidak ada lagi ditempat ini."Ringgina tidak yakin itu sebuah pukulan tenaga dalam, tapi dia juga tidak tahu benda apa yang digunakan Galuh Tapa untuk mele

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-31
  • Legenda Galuh Tapa   211. Penyerangan 3

    "Apa yang kami lakukan?" Kinanti memainkan semua jari-jarinya, kemudian ratusan bubuk hitam berhamburan. "Tentu saja memusnahkan kalian.""Gawat siram apinya!" Mereka berteriak tak tentu arah. "Ambil air, siram apinya!""Bunuh wanita itu mereka hanya berjumlah lima puluh orang sedangkan kita ribuan!" Terdengar perintah dari salah satu prajurit yang mungkin memilik jabatan cukup tinggi. "Jangan biarkan dia bertindak semaunya."Sehingga pada saat yang sama, para pendekar pilih tanding keluar dari gumpalan api yang menyalah mencoba mengganggu tindakan Kinanti. Namun hal itu tentu saja, para pendekar pilih tanding memiliki cukup tenaga dalam bisa bertahan dari kobaran api, dengan melindungi kulit mereka. Akan tetapi meski demikian, tidak ada yang cukup mampu bertahan dari momentum ledakan.Ada sekitar dua puluh pendekar pilih tanding, tidak tapi tiga puluh pendekar pilih tanding, ada tambahan lagi yang turun dari atas tembok beton. Semuanya memiliki kemampuan meringankan tubuh yang cukup

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-03
  • Legenda Galuh Tapa   212. Penyerangan 4

    Bagas Sanjaya memang tidak bisa menggunakan senjata, tapi pukulan Maga Halilintar yang dia miliki bisa memecahkan tulang tengkorak lawannya.Jelas tidak ada yang bisa menahan pukulannya, beberapa prajurit Kelabang Iblis yang setingkat pilih tanding mencoba menyerang pria itu secara bersamaan, tapi hasilnya tetap percuma saja.Sementara itu disisi Bagas Sanjaya ada kekasihnya, Ratih Amiy dengan senjata rantai yang bermata celurit. Lebih mengerikan lagi. Teknik Rantai Mengepas lawan, bisa mengincar batang leher musuh dan membunuhnya.Lain lagi dengan Selasih, gadis itu sudah banyak sekali menguburkan prajurit Kelabang Iblis hidup-hidup dengan membelah tanah. "Sampaikan salamku kepada dewa kematian." ujar gadis itu sembari mengangkat kapaknya, lalu mendarat tepat di wajah musuhnya.Sementara Bagas Sanjaya dan teman-temannya masih berkemelut didalam hutan, Galuh Tapa sudah mengamankan tiga ratus budak. Dia menyembunyikan mereka di tempat yang tersembunyi, tapi masih didalam lokasi tembok

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-08
  • Legenda Galuh Tapa   213. Penyerangan 5

    Sehingga kemudian Andaran mengeluarkan pedang energi yang berwarna hitam. lalu dia segera mengeluarkan perlawanan.Situasi dalam gelap malam, serangan pedang bayangan lebih efektif untuk digunakan, sebab teknik itu terkadang seperti sebuah ilusi yang menipu.Berpura-pura menyerang dari arah kiri, tapi pada dasarnya menyerang arah kanan. Dan benar saja, baru beberapa kali melakukan serangan Andaran sudah berhasil mendaratkan tebasan di lengan kanan lawannya. Lukanya lebih dalam dari yang Andaran terima."Kurang ajar, tidak akan aku biarkan kau hidup!" Pria itu mengancam Andaran.Sehingga dalam beberapa menit kemudian, pertarungan antara Andaran menjadi sangat lebih sengit. Senjata mereka saling bertemu dan menciptakan suara dentingan.Sejauh ini Andaran masih diposisi menyerang, pria itu tidak memberi satu kesempatan bagi lawannya untuk membalas.Jika saja saat ini Andaran dalam keadaan prima dengan empat level energi tenaga dalamnya, dia tidak keberatan menghadapai tiga atau empat or

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-26
  • Legenda Galuh Tapa   214. Penyerangan 6

    Gujang Dawe belum bisa mengontrol tubuhnya setelah melihat serangan Andaran Tadi.Sementara ketujuh orang temannya juga lebih parah dari Gujang Dawe. Salah satu dari mereka bahkan tanpa sadar menjatuhkan senjata, tapi tentu saja, buru-buru mengambilnya kembali dan bersikap sebaik mungkin didepan Galuh Tapa.Gujang Dawe mulai meragukan kemampuannya untuk mengalahkan Galuh Tapa, jika Andaran memiliki kemampuan sebesar empat level energi saja bisa mengeluarkan kemampuan sehebat itu, lalu bagaimana dengan pemuda didepannya."Anak muda ini sebenarnya bukan tandingan diriku," ucap di benah Gujang Dawe sembari berpikir keras. "Dia adalah tandingan para komandan Kelabang Iblis, atau tandingan dari tuanku Maha Senopati.Gujang Dawe mencari-cari cara untuk bisa melarikan diri dari pemuda yang memiliki pedang pusaka Lintang Kuning, tapi kemudian Galuh Tapa segera tertawa kecil."Kau sedang merencanakan untuk melarikan diri dari tempat ini?" Pemuda itu kemudian menoleh kearah tujuh orang teman Gu

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-26
  • Legenda Galuh Tapa   215. Memberi Musuh Ampunan

    Sehingga lima menit kemudian, dua orang serentak terpenggal kepalanya, kemudian beberapa menit lagi pedang pusaka Lintang Kuning sudah menusuk jantung dua orang lagi secara bergantian, dan sangat cepat.Hingga akhirnya tertinggal tiga orang lagi dengan wajah pucat pasai dan keringat dingin yang berjatuhan membasahi pakaian mereka.Galuh Tapa memandangi ketiga orang itu dengan begitu tajam, mengoyak keberanian mereka.Tapi sebelum Galuh Tapa kembali melakukan serangan, mereka bertiga serentak menjatuhkan senjata, menyembah dan sujud di tanah."Ampuni kami...Ampuni kami, tuan" suara mereka terdengar bergetar, memohon kasihan dari pendekar hebat itu. "Tolong tuan kasihani kami, kami mengaku salah."Dalam kitab strategi perang sebenarnya tidak mempercayai musuh yang menyerahkan diri, karena delapan puluh persin dari mereka adalah pengkhianat. Mereka akan menunggu kesempatan untuk kembali membunuh.Namun Galuh Tapa tidak terpaku dengan buku itu, sebagai pendekar dia mempunyai prinsip ksatr

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-27

Bab terbaru

  • Legenda Galuh Tapa   244. Dengan Terpaksa

    "Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua

  • Legenda Galuh Tapa   243. Markas Negri Singunan

    Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe

  • Legenda Galuh Tapa   242. Musuh Mengaku Kalah

    "Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru

  • Legenda Galuh Tapa   241. Perang Pasmah 3

    Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam

  • Legenda Galuh Tapa   Perang pasma 2

    "Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan

  • Legenda Galuh Tapa   239. Perang Pasmah

    Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele

  • Legenda Galuh Tapa   238. Bersiap, Musuh Datang.

    Setelah kepergian Galuh Tapa. Bagas Sanjaya adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Markas Periangan. Dia mengatur segala hal sendirian, kecuali jika Tiran Putih sedang memiliki waktu luang untuk memberikan masukan untuknya.Galingga Tirta memang petarung hebat,tapi dia tidak memiliki otak. Kecualibertarung dan menggoda gadis-gadiscantik di tempat ini, tiada hal lain yangdilakukan pemuda itu.Tidak beberapa lama, derap langkah kakikuda tiba-tiba memasuki gerbang Markas Periangan. Ada sekitar dua puluh orang penunggang kuda, dan salah satu dari mereka jelas dikenali Bagas Sanjaya, Rangga rajasa."Patih Bagas Sanjaya" Rangga Rajasa memberi hormat. "Setelah mendengar kalian berhasil menaklukkan markas ini, aku segera menyusul bersama dengan beberapa orang yang lainnya. Jangan khawatir, markas kecil di seberang sungai sangat aman terkendali, sekarang Buja Surut beserta pendekar pemanah dan beberapa pendekar lain bertugas mengatur markas itu."Bagas Sanjaya menarik napas lega.

  • Legenda Galuh Tapa   237. Pada Batasnya

    Hingga terang benderang pikiran Pendekar Janggala setelah tiga benda kegelapan itu hilang dari kepalanya. Sekarang pikirannya terasa lebih jernih, kepalanya terasa lebih ringan dari sebelumnya.Seperti yang di ketahui, susuk Magalahtidak akan bisa di cabut kecuali penggunanya akan mengalami kematian.Tapi Galuh Tapa bisa melakukan hal itu,mungkin saja karena energi alam yangbercampur dengan berkah batu mustika yang ada, atau pula karena nasib baik Pendekar Janggala untuk menebus dosa-dosannya.Lidah Pendekar Janggala terasa kelu untuk beberapa saat, dia hendak mengatakan rasa syukur dan terima kasih tapi suaranya terasa terhenti di kerongkongan. Hanya air mata yang menjawab perkataan Pemuda Pedang Pusaka Lintang Kuning."Terima kasih...terima kasih..." Merah Jambon Barat sujud tiga kali di telapak kaki Galuh Tapa, lalu buru mengangkat tubuh Janggala."Kau harus merawat gurumu dengan baik, lukanya perlu diobati!" ucap Galuh Tapa."Kami akan mengingat kebaikan ini, suatu saat nanti j

  • Legenda Galuh Tapa   236. Kekalahan Janggala

    Belum sampai kuku tajamnya di wajahGaluh Tapa, tiba-tiba gerakannyaterhenti seketika. Wajah bangganya mulai menyurut.lima detik kemudian dia berteriak kesakitan, tubuhnya tersungkur di permukaan tanah, kedua tangannya mencengkram dada dengan kuat. Pak tua itu berguling tak karuan, darah segar keluar menodai pakaian.Ketika hal itu terjadi, Galuh Tapa tidakingin menunggu lama, segera dia melesat di udara. Dia melepaskan beberapa serpihan batu mustika sebagai senjata tepat mengenai kaki orang tua itu, hingga tubuhnya terpasak di tanah, lalu dua buah lagi senjata secara bersamaan mengenai bahu kiri dan kanan.Pendekar Janggala dalam kondisiterlentang, serpihan tertancap dalam dan terasa panas membara. Tangannya berusaha melepaskan dua pedang yang menancap di bahunya tapi tidak mampu.Nampak belum menyerah, kilatan ungumemancar sesaat lalu dua larik cahayamelesat menuju Galuh Tapa, tapi kali inipemuda itu dapat menangkisnya.Beberapa saat kemudian, suasana ditempat itu menjadi pa

DMCA.com Protection Status