Disisi lain, Galuh Tapa berpapasan dengan para pendekar yang telah dirantai tangan dan kakinya. Beberapa orang itu terlihat mambawa luka yang tidak ringan, sehingga kesulitan berjalan."Mereka sudah beberapa kali berniat memberontak kita." pria jangkung tadi kembali membuka suara. "Hingga akhirnya Nona Ringgina beserta gurunya Patmawati turun langsung untuk menaklukkan mereka.""Akan di apakan mereka?" Galuh Tapa kembali bertanya. "Kau tahu bukan hanya sering lupa nama orang, terkadang aku lupa dengan berbagai pekerjaan. Aku tidak sepintar dirimu."Mendapat pujian itu, Wajah pria jangkung tampak berseri-seri. Tidak banyak orang yang memuji dirinya pintar kecuali ibunya dan mantan istrinya, sebelum akhirnya mereka bercerai lalu kata 'Bodoh' keluar dari mulut mantan istrinya itu."Mereka kan menjadi budak jika tidak patuh." Dia mulai menjelaskan garis besarnya, kemudian menatap Galuh Tapa kembali. "Apa sekarang kau sudah mengingatnya, apa aku harus mengulanginya lagi?""Tidak-tidak aku
Sehingga hal itu, membuat semua prajurit Kelabang Iblis menjadi murka, tidak menyangka pria tersebut yang dikatakan memiliki seni beladiri garis lurus malah melakukan tindakan seperti itu."Jangan bergerak, biarkan kami semua pergi dari sini!" Dia memperingatkan.Patmawati segera mencabut sebilah pedang yang berwarna hijau peka. Pedang pusaka yang menjadi andalan dari negeri Singunan. Sangat beracun lagi tajam.Ringgina sebenarnya bukanlah gadis yang begitu hebat dalam bertarung. Dia hanya mempelajari beberapa teknik dalam beladiri. Dibanding dengan bertarung, wanita itu lebih mengandalkan otaknya yang berlian.Meski demikian, Ringgina tidak kehilangan wibawa. Gadis itu masih tersenyum kecil mendapati situasi buruk yang menimpa dirinya."Nona, tenanglah!" Patmawati berujar, "Aku akan menyelamatkan dirimu""Beri kami jalan!" Pria itu berteriak. "Biarkan kami pergi dari tempat ini"Sehingga ratusan prajurit membuka jalan bagi empat padepokan. Sementara Galuh Tapa belum melakukan tindak
Galuh Tapa tersenyum kecil, dia kembali memandangi gadis itu. "Kami akan mengambil budak dan markas ini, Nona. Kau bisa pergi sebelum kami menyerang, atau tetap di sini dan mungkin melihat semua orang mati."Setelah mengatakan hal itu, Galuh Tapa segera melayang dengan cepat lalu pergi meninggalkan tempat itu. Semua prajurit yang melihat tindakan pemuda itu tidak bisa menutup mulutnya, terpukau beberapa saat.Namun kemudian Patmawati tiba-tiba menghampiri Ringgina dengan wajah cemas. "Nona, apa yang terjadi, apa kau baik-baik saja?""Siapkan pasukan! Kita akan kedatangan tamu!" Perintah Ringgina, kemudian dia menyerang pelan, "Aku tidak akan menyerah pada kerugian itu"***Galuh Tapa kembali pada teman-temannya yang menunggu dengan harap-harap cemas."Kanda Galuh, apa yang kau dapatkan?" Tanya Kinanti, pemuda itu dengan wajah khawatir.“Bagaimana kondisi ditempat itu?” Bagas Sanjaya menyambung pertanyaan."Mereka memiliki benteng yang benar-benar kokoh, dan ada sembilan orang prajuri
Dari semua orang di tempat ini tidak pernah ada yang menyadari bubuk hitam yang dikembangkan Tiran Putih.Hal itu, tentu saja mereka menilai serangan ini sebagai pukulan tenaga dalam dan pukulan tenaga dalam tidak memiliki jarak serangan yang jauh. Jadi pelakunya pasti ada dalam markas ini, pikir mereka.Sementara Ringgina tidak bisa mencerna situasinya, tapi dia bisa menyimpulkan bahwa serangan ini ada kaitannya dengan pemuda itu, ya pemuda yang telah membuat pikirannya menjadi kacau balau dan lebih mengedepankan perasaan."Jika dia bisa terbang? Maka dia akan melewati atas tembok ini" Ringgina berkata. "Tapi mungkin dia tidak akan melakukan hal itu, jadi mungkin saja itu bukanlah pukulan tenaga dalam." Ringgina masih berpikir beberapa lama."Itu bukan sebuah serangan tapi sebuah peringatan. Mulai malam ini perketat penjagaan, dia tidak ada lagi ditempat ini."Ringgina tidak yakin itu sebuah pukulan tenaga dalam, tapi dia juga tidak tahu benda apa yang digunakan Galuh Tapa untuk mele
"Apa yang kami lakukan?" Kinanti memainkan semua jari-jarinya, kemudian ratusan bubuk hitam berhamburan. "Tentu saja memusnahkan kalian.""Gawat siram apinya!" Mereka berteriak tak tentu arah. "Ambil air, siram apinya!""Bunuh wanita itu mereka hanya berjumlah lima puluh orang sedangkan kita ribuan!" Terdengar perintah dari salah satu prajurit yang mungkin memilik jabatan cukup tinggi. "Jangan biarkan dia bertindak semaunya."Sehingga pada saat yang sama, para pendekar pilih tanding keluar dari gumpalan api yang menyalah mencoba mengganggu tindakan Kinanti. Namun hal itu tentu saja, para pendekar pilih tanding memiliki cukup tenaga dalam bisa bertahan dari kobaran api, dengan melindungi kulit mereka. Akan tetapi meski demikian, tidak ada yang cukup mampu bertahan dari momentum ledakan.Ada sekitar dua puluh pendekar pilih tanding, tidak tapi tiga puluh pendekar pilih tanding, ada tambahan lagi yang turun dari atas tembok beton. Semuanya memiliki kemampuan meringankan tubuh yang cukup
Bagas Sanjaya memang tidak bisa menggunakan senjata, tapi pukulan Maga Halilintar yang dia miliki bisa memecahkan tulang tengkorak lawannya.Jelas tidak ada yang bisa menahan pukulannya, beberapa prajurit Kelabang Iblis yang setingkat pilih tanding mencoba menyerang pria itu secara bersamaan, tapi hasilnya tetap percuma saja.Sementara itu disisi Bagas Sanjaya ada kekasihnya, Ratih Amiy dengan senjata rantai yang bermata celurit. Lebih mengerikan lagi. Teknik Rantai Mengepas lawan, bisa mengincar batang leher musuh dan membunuhnya.Lain lagi dengan Selasih, gadis itu sudah banyak sekali menguburkan prajurit Kelabang Iblis hidup-hidup dengan membelah tanah. "Sampaikan salamku kepada dewa kematian." ujar gadis itu sembari mengangkat kapaknya, lalu mendarat tepat di wajah musuhnya.Sementara Bagas Sanjaya dan teman-temannya masih berkemelut didalam hutan, Galuh Tapa sudah mengamankan tiga ratus budak. Dia menyembunyikan mereka di tempat yang tersembunyi, tapi masih didalam lokasi tembok
Sehingga kemudian Andaran mengeluarkan pedang energi yang berwarna hitam. lalu dia segera mengeluarkan perlawanan.Situasi dalam gelap malam, serangan pedang bayangan lebih efektif untuk digunakan, sebab teknik itu terkadang seperti sebuah ilusi yang menipu.Berpura-pura menyerang dari arah kiri, tapi pada dasarnya menyerang arah kanan. Dan benar saja, baru beberapa kali melakukan serangan Andaran sudah berhasil mendaratkan tebasan di lengan kanan lawannya. Lukanya lebih dalam dari yang Andaran terima."Kurang ajar, tidak akan aku biarkan kau hidup!" Pria itu mengancam Andaran.Sehingga dalam beberapa menit kemudian, pertarungan antara Andaran menjadi sangat lebih sengit. Senjata mereka saling bertemu dan menciptakan suara dentingan.Sejauh ini Andaran masih diposisi menyerang, pria itu tidak memberi satu kesempatan bagi lawannya untuk membalas.Jika saja saat ini Andaran dalam keadaan prima dengan empat level energi tenaga dalamnya, dia tidak keberatan menghadapai tiga atau empat or
Gujang Dawe belum bisa mengontrol tubuhnya setelah melihat serangan Andaran Tadi.Sementara ketujuh orang temannya juga lebih parah dari Gujang Dawe. Salah satu dari mereka bahkan tanpa sadar menjatuhkan senjata, tapi tentu saja, buru-buru mengambilnya kembali dan bersikap sebaik mungkin didepan Galuh Tapa.Gujang Dawe mulai meragukan kemampuannya untuk mengalahkan Galuh Tapa, jika Andaran memiliki kemampuan sebesar empat level energi saja bisa mengeluarkan kemampuan sehebat itu, lalu bagaimana dengan pemuda didepannya."Anak muda ini sebenarnya bukan tandingan diriku," ucap di benah Gujang Dawe sembari berpikir keras. "Dia adalah tandingan para komandan Kelabang Iblis, atau tandingan dari tuanku Maha Senopati.Gujang Dawe mencari-cari cara untuk bisa melarikan diri dari pemuda yang memiliki pedang pusaka Lintang Kuning, tapi kemudian Galuh Tapa segera tertawa kecil."Kau sedang merencanakan untuk melarikan diri dari tempat ini?" Pemuda itu kemudian menoleh kearah tujuh orang teman Gu