Benar yang dikatakan Cagar Alam, tidak ada yang lemah dari kelompok Kelabang Iblis umumnya level terendah prajurit mereka adalah kelas tanding.Pria itu menatap sesuatu di ujung matanya, tapi belum menemukan hal besar yang dikatakan Galuh Tapa.Namun melihat tatapan serius dan kegelisahan pada macan hitam, Cagar Alam dapat memastikan perkataan pemuda itu nampaknya benar.''Aku harus menyelamatkan para pengungsi! ''Cagar Alam kemudian membunyikan lonceng peringatan, membuat semua orang jadi panik.Hingga para pengungsi yang terlihat kelelahan terpaksa berkumpul, Wajah-wajah mereka terlihat sangat menyedihkan. Bahkan terlihat dari wajah anak-anak terlihat menangis histeris.''Maafkan aku, tapi kalian semua harus melanjutkan perjalanan. ''Cagar Alam memberi instruksi. ''Musuh kita bergerak mendekat, mungkin beberapa menit lagi mereka akan tiba dan menghancurkan kita semua.''Mendengar ucapan itu, semua orang semakin ketakutan. Situasi nampak tegang dan tidak terkendali, bahkan perkataan
Pada saat yang sama, ketika mental mereka sudah hancur belasan panah dengan bubuk hitam meledakan barisan itu dengan mudah.''Jalan setapak adalah medan yang menguntungkan ''ucap Galuh Tapa.Dan itu benar adanya, mereka tidak bisa dengan leluasa menghindari serangan yang datang karena tidak memiliki ruang gerak yang luas.Sekarang tanpa pemimpin mereka seperti kelabang tanpa kepala. Galuh Tapa tersenyum sinis, melihat pasukan besar itu mulai kehilangan akal.Cagar Alam beberapa kali menelan ludahnya, dia masih mengingat perkataan Galuh Tapa yang masih terngiang dibenaknya. ''Apa kau ingat? jika kau bisa menguasai mental mereka, maka kau akan mengalahkan musuh dengan mudah.''Hanya saja Cagar Alam yang baru tahu, bahwa untuk menjatuhkan musuh salah satunya dengan memenggal kepala pemimpinnya.Mereka akan kehilangan arah, yang takut akan mundur sedangkan yang berani bertindak tanpa berpikir panjang.''Tapi tidak aku duga, dia bisa memenggal kepala pemimpinnya semudah itu, ''Cagar Alam b
Hingga pada akhirnya semua orang mulai kembali menuju titik pengungsian, panglima kumbang terpaksa ikut rombongan Cagar Alam sebab Galuh Tapa tinggal beberapa hari di tempat ini.Setelah dia memastikan tidak ada lagi serangan yang akan menganggu perjalanan para pengungsi, pemuda itu akan terbang menyusul.''Paman Andaran hingga sekarang belum juga datang? ''Galuh Tapa bergumam pelan. ''Pada akhirnya dia menemukan seorang gadis yang pantas menjadi pendamping hidupnya.''Sudah tiga hari yang lalu, Andaran mendadak dipanggil oleh Resi Sembadah prihal siluman ular naga yang datang ke padepokan itu.Selama beberapa hari Galuh Tapa menunggu jika saja ada kelompok kelompok Kelabang Iblis dan sekutunya yaitu kelompok Naga Hitam serta mungkin yang lainnya.Namun selama itu juga dia tidak menemukan tanda-tanda bala bantuan susulan. Pemuda itu terbang beberapa kali mengelilingi hutan dan bahkan sampai tiba di pesisir pantai.Selama dua hari itu, Galuh Tapa membakar setiap bangunan yang sempat be
Setelah melewati jalur yang panjang, Andaran disambut oleh beberapa dayang, sedangkan yang lainya dipersilakan untuk menunggu di ruangan yang mereka sediakan.''Mereka akan memakaikan sesuatu yang sangat bagus untuknya? ''Tabib Nyai Pirut berbisik ditelinga salah satu muridnya. ''Kau akan melihat Andaran akan menjelma menjadi seorang yang sangat tampan.''Acara itu sangat terlihat berbeda dengan padepokan mereka, biasanya ritual pernikahan tidak serumit kerajaan itu.Setelah hampir tiga jam lamanya, akhirnya ritual benang merah mengikat jari manis kedua pasangan selesai dilakukan.''Bukankah, pengantin pria harus mencium pengantin wanita? ''salah satu dari pelayan wanita berkata sambil tersipu malu.''Tentu saja. ''Yang lainnya juga berkata.Andaran dengan jantung berdebar-debar, membuka tirai yang menutupi wajah istrinya. Tangannya masih bergetar, ketika melihat wanita cantik itu tersenyum manis kepada dirinya, bibir merah muda dengan wajah dihiasi.Butuh keberanian yang sangat banya
Sehingga membuat peradaban baru, Galuh Tapa berpikir demikian.''Raja jagat Satria merancang semua ini, dia juga orang yang paling pertama meminta prajuritnya membawa semua bibit-bibit tumbuhan ketika melarikan diri dari kepungan kelompok Kelabang Iblis. ''Sambung Cagar Alam.Mendengar semua itu, Galuh Tapa tersenyum kecil, tidak ada yang salah dengan pemikiran Jagat Satria. Tentu saja pemikiran tersebut diambil dari sudut pandangnya sebagai seorang raja.Diseberang hamparan tanaman padi dan palawija, tepatnya diatas dataran yang lebih tinggi berdiri beberapa tenda-tenda sangat besar dengan lambang harimau berkibar ditengah-tengahnya.''Itu adalah simbol persatuan Hulubalang! ''Ucap Cagar Alam sekarang ada puluhan ribu orang yang mengikuti organisasi itu.''Jumlahnya luar biasa banyak ''ucap Galuh Tapa.Cagar Alam menjelaskan sekarang hanya perguruan besar yang masih bertahan di persatuan Hulubalang.Sedangkan perguruan kecil sudah banyak yang hancur dan yang lainnya memilih menjadi
Pada saat pengawal merasakan sendinya terasa lepas, Galuh Tapa segera pergi kesalah satu tenda yang terletak paling ujung dan paling tinggi. Pemuda itu yakin gurunya sedang terbaring di sana.Galuh Tapa melayang dengan cepat, sementara Damar Tirta segera bertindak cepat karena tenda itu jelas tempat dimana tempat Ki Santa sedang terbaring sakit.''Aku tidak tahu apa yang dilakukan pemuda itu, tapi aku tidak bisa membiarkan seseorang mengganggu Ki Santa. ''Damar Tirta menghentakkan kakinya dan seketika pusaka pedang naga perak keluar dari sarungya.''Biarkan aku saja melawannya Ayahanda! ''Galingga Tirta terbang terlebih dahulu. ''Biarkan aku melawan orang sok hebat itu!''Sebelum Galuh tiba di tenda Ki Santa tiga pedang melesat dengan cepat. Pemuda itu segera membelok mengubah haluan terbangnya dan hinggap disalah satu batu di cadas yang sedikit menjorok keluar.Tiga pedang menancap, kemudian kembali lagi kearah tuannya ''Aku tidak akan membiarkan orang lemah seperti dirimu mendekati
Setelah itu pedang yang digenggam Galingga Tirta mulai terbelah kembali, dua diantara pedang itu melayang tepat di samping pundaknya sedangkan salah satu dari pedang masih dia genggam.Pemuda itu berniat melawan Galuh Tapa dengan jurus terkuat yang dimiliki bukit perak. Pedang Langit biru, baik Galingga Tirta dan Damar Tirta jarang menggunakan jurus ini.Setidaknya mereka akan kehilangan tenaga dalam sebesar enam puluh persin bahkan mungkin lebih, setelah melakukan jurus terkuat itu.Jika mereka tidak menguasainya dengan benar maka akan kehilangan tenaga dalam lebih besar lagi.Namun tidak pernah terpikirkan oleh semua orang, rupanya Galuh Tapa sudah sangat menunggu jurus terkuat dari pedang perak. Tapi setidaknya dia menghapal gerakan dari jurus tersebut.Sehingga Galingga Tirta melakukan beberapa gerakan, setelah itu cahaya terang keluar dari pedang yang dia genggam lalu cahaya perak pekat keluar dari dua pedang yang melayang diatas tubuhnya.''Dia sangat serius dangan hal itu? ''Sa
Dua diantara beberapa orang tersebut adalah Damar Tirta dan guru besar dari Ghate Serampil Ki Jangga.Galuh Tapa dapat merasakan kedua orang itu memiliki tingkatan yang berbeda dari Galingga Tirta.Mereka terlihat memiliki tenaga dalam sebesar Level tiga, tapi dalam Kondisi seperti ini Galuh Tapa akan kewalahan menghadapi mereka berdua.''Kedatangan dirimu mencari perkara anak muda? ''Ki Jangga berkata geram.''Kinanti kenapa kau bersama pemuda itu? ''Damar Tirta bertanya dengan heran. Satu-satunya alasan kenapa Damar Tirta belum melancarkan serangan karena gadis itu bersama Galuh Tapa. ''Menjauhlah dari dirinya, usah kau melindungi pemuda itu karena kau juga akan terlibat lebih jauh lagi''''Tidak, kalian salah, aku tidak melindungi dirinya, tapi aku melindungi kalian dari amarahnya...''Kinanti berkata tegas. tampak dari wajahnya.''Tunggu...''Galuh Tapa berjalan mendekati Damar Tirta yang masih menahan amarahnya. ''Bukankah sudah kubilang kepada pemuda itu, kedatanganku kesini untu
"Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua
Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe
"Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru
Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam
"Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan
Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele
Setelah kepergian Galuh Tapa. Bagas Sanjaya adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Markas Periangan. Dia mengatur segala hal sendirian, kecuali jika Tiran Putih sedang memiliki waktu luang untuk memberikan masukan untuknya.Galingga Tirta memang petarung hebat,tapi dia tidak memiliki otak. Kecualibertarung dan menggoda gadis-gadiscantik di tempat ini, tiada hal lain yangdilakukan pemuda itu.Tidak beberapa lama, derap langkah kakikuda tiba-tiba memasuki gerbang Markas Periangan. Ada sekitar dua puluh orang penunggang kuda, dan salah satu dari mereka jelas dikenali Bagas Sanjaya, Rangga rajasa."Patih Bagas Sanjaya" Rangga Rajasa memberi hormat. "Setelah mendengar kalian berhasil menaklukkan markas ini, aku segera menyusul bersama dengan beberapa orang yang lainnya. Jangan khawatir, markas kecil di seberang sungai sangat aman terkendali, sekarang Buja Surut beserta pendekar pemanah dan beberapa pendekar lain bertugas mengatur markas itu."Bagas Sanjaya menarik napas lega.
Hingga terang benderang pikiran Pendekar Janggala setelah tiga benda kegelapan itu hilang dari kepalanya. Sekarang pikirannya terasa lebih jernih, kepalanya terasa lebih ringan dari sebelumnya.Seperti yang di ketahui, susuk Magalahtidak akan bisa di cabut kecuali penggunanya akan mengalami kematian.Tapi Galuh Tapa bisa melakukan hal itu,mungkin saja karena energi alam yangbercampur dengan berkah batu mustika yang ada, atau pula karena nasib baik Pendekar Janggala untuk menebus dosa-dosannya.Lidah Pendekar Janggala terasa kelu untuk beberapa saat, dia hendak mengatakan rasa syukur dan terima kasih tapi suaranya terasa terhenti di kerongkongan. Hanya air mata yang menjawab perkataan Pemuda Pedang Pusaka Lintang Kuning."Terima kasih...terima kasih..." Merah Jambon Barat sujud tiga kali di telapak kaki Galuh Tapa, lalu buru mengangkat tubuh Janggala."Kau harus merawat gurumu dengan baik, lukanya perlu diobati!" ucap Galuh Tapa."Kami akan mengingat kebaikan ini, suatu saat nanti j
Belum sampai kuku tajamnya di wajahGaluh Tapa, tiba-tiba gerakannyaterhenti seketika. Wajah bangganya mulai menyurut.lima detik kemudian dia berteriak kesakitan, tubuhnya tersungkur di permukaan tanah, kedua tangannya mencengkram dada dengan kuat. Pak tua itu berguling tak karuan, darah segar keluar menodai pakaian.Ketika hal itu terjadi, Galuh Tapa tidakingin menunggu lama, segera dia melesat di udara. Dia melepaskan beberapa serpihan batu mustika sebagai senjata tepat mengenai kaki orang tua itu, hingga tubuhnya terpasak di tanah, lalu dua buah lagi senjata secara bersamaan mengenai bahu kiri dan kanan.Pendekar Janggala dalam kondisiterlentang, serpihan tertancap dalam dan terasa panas membara. Tangannya berusaha melepaskan dua pedang yang menancap di bahunya tapi tidak mampu.Nampak belum menyerah, kilatan ungumemancar sesaat lalu dua larik cahayamelesat menuju Galuh Tapa, tapi kali inipemuda itu dapat menangkisnya.Beberapa saat kemudian, suasana ditempat itu menjadi pa