Setelah melewati jalur yang panjang, Andaran disambut oleh beberapa dayang, sedangkan yang lainya dipersilakan untuk menunggu di ruangan yang mereka sediakan.''Mereka akan memakaikan sesuatu yang sangat bagus untuknya? ''Tabib Nyai Pirut berbisik ditelinga salah satu muridnya. ''Kau akan melihat Andaran akan menjelma menjadi seorang yang sangat tampan.''Acara itu sangat terlihat berbeda dengan padepokan mereka, biasanya ritual pernikahan tidak serumit kerajaan itu.Setelah hampir tiga jam lamanya, akhirnya ritual benang merah mengikat jari manis kedua pasangan selesai dilakukan.''Bukankah, pengantin pria harus mencium pengantin wanita? ''salah satu dari pelayan wanita berkata sambil tersipu malu.''Tentu saja. ''Yang lainnya juga berkata.Andaran dengan jantung berdebar-debar, membuka tirai yang menutupi wajah istrinya. Tangannya masih bergetar, ketika melihat wanita cantik itu tersenyum manis kepada dirinya, bibir merah muda dengan wajah dihiasi.Butuh keberanian yang sangat banya
Sehingga membuat peradaban baru, Galuh Tapa berpikir demikian.''Raja jagat Satria merancang semua ini, dia juga orang yang paling pertama meminta prajuritnya membawa semua bibit-bibit tumbuhan ketika melarikan diri dari kepungan kelompok Kelabang Iblis. ''Sambung Cagar Alam.Mendengar semua itu, Galuh Tapa tersenyum kecil, tidak ada yang salah dengan pemikiran Jagat Satria. Tentu saja pemikiran tersebut diambil dari sudut pandangnya sebagai seorang raja.Diseberang hamparan tanaman padi dan palawija, tepatnya diatas dataran yang lebih tinggi berdiri beberapa tenda-tenda sangat besar dengan lambang harimau berkibar ditengah-tengahnya.''Itu adalah simbol persatuan Hulubalang! ''Ucap Cagar Alam sekarang ada puluhan ribu orang yang mengikuti organisasi itu.''Jumlahnya luar biasa banyak ''ucap Galuh Tapa.Cagar Alam menjelaskan sekarang hanya perguruan besar yang masih bertahan di persatuan Hulubalang.Sedangkan perguruan kecil sudah banyak yang hancur dan yang lainnya memilih menjadi
Pada saat pengawal merasakan sendinya terasa lepas, Galuh Tapa segera pergi kesalah satu tenda yang terletak paling ujung dan paling tinggi. Pemuda itu yakin gurunya sedang terbaring di sana.Galuh Tapa melayang dengan cepat, sementara Damar Tirta segera bertindak cepat karena tenda itu jelas tempat dimana tempat Ki Santa sedang terbaring sakit.''Aku tidak tahu apa yang dilakukan pemuda itu, tapi aku tidak bisa membiarkan seseorang mengganggu Ki Santa. ''Damar Tirta menghentakkan kakinya dan seketika pusaka pedang naga perak keluar dari sarungya.''Biarkan aku saja melawannya Ayahanda! ''Galingga Tirta terbang terlebih dahulu. ''Biarkan aku melawan orang sok hebat itu!''Sebelum Galuh tiba di tenda Ki Santa tiga pedang melesat dengan cepat. Pemuda itu segera membelok mengubah haluan terbangnya dan hinggap disalah satu batu di cadas yang sedikit menjorok keluar.Tiga pedang menancap, kemudian kembali lagi kearah tuannya ''Aku tidak akan membiarkan orang lemah seperti dirimu mendekati
Setelah itu pedang yang digenggam Galingga Tirta mulai terbelah kembali, dua diantara pedang itu melayang tepat di samping pundaknya sedangkan salah satu dari pedang masih dia genggam.Pemuda itu berniat melawan Galuh Tapa dengan jurus terkuat yang dimiliki bukit perak. Pedang Langit biru, baik Galingga Tirta dan Damar Tirta jarang menggunakan jurus ini.Setidaknya mereka akan kehilangan tenaga dalam sebesar enam puluh persin bahkan mungkin lebih, setelah melakukan jurus terkuat itu.Jika mereka tidak menguasainya dengan benar maka akan kehilangan tenaga dalam lebih besar lagi.Namun tidak pernah terpikirkan oleh semua orang, rupanya Galuh Tapa sudah sangat menunggu jurus terkuat dari pedang perak. Tapi setidaknya dia menghapal gerakan dari jurus tersebut.Sehingga Galingga Tirta melakukan beberapa gerakan, setelah itu cahaya terang keluar dari pedang yang dia genggam lalu cahaya perak pekat keluar dari dua pedang yang melayang diatas tubuhnya.''Dia sangat serius dangan hal itu? ''Sa
Dua diantara beberapa orang tersebut adalah Damar Tirta dan guru besar dari Ghate Serampil Ki Jangga.Galuh Tapa dapat merasakan kedua orang itu memiliki tingkatan yang berbeda dari Galingga Tirta.Mereka terlihat memiliki tenaga dalam sebesar Level tiga, tapi dalam Kondisi seperti ini Galuh Tapa akan kewalahan menghadapi mereka berdua.''Kedatangan dirimu mencari perkara anak muda? ''Ki Jangga berkata geram.''Kinanti kenapa kau bersama pemuda itu? ''Damar Tirta bertanya dengan heran. Satu-satunya alasan kenapa Damar Tirta belum melancarkan serangan karena gadis itu bersama Galuh Tapa. ''Menjauhlah dari dirinya, usah kau melindungi pemuda itu karena kau juga akan terlibat lebih jauh lagi''''Tidak, kalian salah, aku tidak melindungi dirinya, tapi aku melindungi kalian dari amarahnya...''Kinanti berkata tegas. tampak dari wajahnya.''Tunggu...''Galuh Tapa berjalan mendekati Damar Tirta yang masih menahan amarahnya. ''Bukankah sudah kubilang kepada pemuda itu, kedatanganku kesini untu
Pemuda itu mendekati Gurunya, membuka tutup botol yang terbuat dari batu mulia. ketika tutup botol itu terbuka, aroma rempah-rempah tercium hampir memenuhi seluruh tempat itu.Sehingga Galuh Tapa memberikan gurunya tiga tetes ramuan yang ada dalam ramuan itu, cairannya berbentuk biru laut dan sangat kental. Ketika cairan itu masuk kedalam mulut Ki Santa, tubuh kakek tua itu tiba-tiba memberikan reaksi.Getaran di ujung-ujung jari serta keringat tampak bercucuran dari setiap pori-pori yang ada dipermukaan kulitnya.Pada saat yang sama, Galuh Tapa menyalurkan tenaga dalamnya untuk membantu proses pengobatan gurunya.Hampir selama belasan menit lamanya, pada akhirnya reaksi pada tubuh Ki Santa hilang. Galuh Tapa mengatur napasnya setelah melihat aura tubuh gurunya bercahaya lagi.Bibir yang pucat kini perlahan mulai terlihat segar, tapi Ki Santa belum juga membuka matanya.''Eyang Guru akan sadar setelah dua hari kemudian! ''Galuh Tapa menjelaskan selama itu pula jika luka dalamnya mema
Setelah mendengar pertanyaan yang dilontarkan Galuh Tapa. Ki Santa belum menjawab. Dia tidak ingin kalau jawabannya malah menjadikan penyakit hati bagi anak muridnya, hingga akhirnya orang tua itu terkekeh kecil.''Apakah itu sangat penting, Galuh? ''Ki Santa balik bertanya.''Entahlah, aku sedikit terganggu dengan sikapnya, ''ucap Galuh Tapa. ''Dia sesekali memuji Eyang Guru, tapi tak jarang dirinya mencelamu dibelakang sana.''Ki Santa tertawa kecil, dia sudah paham bahwa anak muridnya mempermasalahkan Ki Jangga yang sering menggunjing dirinya.''Tapi Galuh Tapa dengarkan perkataanku. Tidak peduli semua orang tanpa terkecuali yang hidup di dunia ini mencela dirimu, Jangan hiraukan! Karena sifat itu tidak ada dalam hatimu. ''Ki Santa memberi penjelasan.Galuh Tapa tidak berkata lebih lanjut, dia hanya tertunduk sayu mendengarkan perkataan Eyang Gurunya.''Kau harus menanamkan kalimat itu didalam hatimu, dengan demikian dirimu akan menjadi tenang. Sebab gunjingan akan membuat kotorny
Bagas Sanjaya tersenyum tertahan rahang keras dan mata melotot, diapun berbisik kecil. ''Ah kau masih memiliki sifat jahil sama seperti yang dulu? Ini menjengkelkan, kukira kau sudah berubah?''''Hahaha...jangan begitu patih ''Galuh Tapa melepaskan pelukannya kemudian duduk pada kursi yang telah mereka siapkan. ''Kalian semua silakan duduk.Galuh Tapa diam cukup lama, pada saat itu tidak ada yang mencoba bertanya ataupun menegur pemuda itu. tidak ada yang cukup berani. Hingga beberapa menit kemudian dia membuka mulut.''Aku ingin tahu rencana apa yang di lakukan Raja Jagat Satria kedepannya? Tindakan apa yang akan di ambil dalam kondisi saat ini? ''ucap Galuh Tapa.''Sejauh ini tidak ada rencana yang cukup besar kecuali meminta bantuan kepada kerajaan Bumi Besemah. ''Jagat Satria menjawab perkataan pemuda itu.''Bagaimana perkembangannya?''''Semua orang yang dikirim ke pegunungan Lembah Dempo tidak pernah kembali, kau mungkin sudah mengetahui alasannya? ''Sambung Bagas Sanjaya sembar
"Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua
Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe
"Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru
Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam
"Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan
Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele
Setelah kepergian Galuh Tapa. Bagas Sanjaya adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Markas Periangan. Dia mengatur segala hal sendirian, kecuali jika Tiran Putih sedang memiliki waktu luang untuk memberikan masukan untuknya.Galingga Tirta memang petarung hebat,tapi dia tidak memiliki otak. Kecualibertarung dan menggoda gadis-gadiscantik di tempat ini, tiada hal lain yangdilakukan pemuda itu.Tidak beberapa lama, derap langkah kakikuda tiba-tiba memasuki gerbang Markas Periangan. Ada sekitar dua puluh orang penunggang kuda, dan salah satu dari mereka jelas dikenali Bagas Sanjaya, Rangga rajasa."Patih Bagas Sanjaya" Rangga Rajasa memberi hormat. "Setelah mendengar kalian berhasil menaklukkan markas ini, aku segera menyusul bersama dengan beberapa orang yang lainnya. Jangan khawatir, markas kecil di seberang sungai sangat aman terkendali, sekarang Buja Surut beserta pendekar pemanah dan beberapa pendekar lain bertugas mengatur markas itu."Bagas Sanjaya menarik napas lega.
Hingga terang benderang pikiran Pendekar Janggala setelah tiga benda kegelapan itu hilang dari kepalanya. Sekarang pikirannya terasa lebih jernih, kepalanya terasa lebih ringan dari sebelumnya.Seperti yang di ketahui, susuk Magalahtidak akan bisa di cabut kecuali penggunanya akan mengalami kematian.Tapi Galuh Tapa bisa melakukan hal itu,mungkin saja karena energi alam yangbercampur dengan berkah batu mustika yang ada, atau pula karena nasib baik Pendekar Janggala untuk menebus dosa-dosannya.Lidah Pendekar Janggala terasa kelu untuk beberapa saat, dia hendak mengatakan rasa syukur dan terima kasih tapi suaranya terasa terhenti di kerongkongan. Hanya air mata yang menjawab perkataan Pemuda Pedang Pusaka Lintang Kuning."Terima kasih...terima kasih..." Merah Jambon Barat sujud tiga kali di telapak kaki Galuh Tapa, lalu buru mengangkat tubuh Janggala."Kau harus merawat gurumu dengan baik, lukanya perlu diobati!" ucap Galuh Tapa."Kami akan mengingat kebaikan ini, suatu saat nanti j
Belum sampai kuku tajamnya di wajahGaluh Tapa, tiba-tiba gerakannyaterhenti seketika. Wajah bangganya mulai menyurut.lima detik kemudian dia berteriak kesakitan, tubuhnya tersungkur di permukaan tanah, kedua tangannya mencengkram dada dengan kuat. Pak tua itu berguling tak karuan, darah segar keluar menodai pakaian.Ketika hal itu terjadi, Galuh Tapa tidakingin menunggu lama, segera dia melesat di udara. Dia melepaskan beberapa serpihan batu mustika sebagai senjata tepat mengenai kaki orang tua itu, hingga tubuhnya terpasak di tanah, lalu dua buah lagi senjata secara bersamaan mengenai bahu kiri dan kanan.Pendekar Janggala dalam kondisiterlentang, serpihan tertancap dalam dan terasa panas membara. Tangannya berusaha melepaskan dua pedang yang menancap di bahunya tapi tidak mampu.Nampak belum menyerah, kilatan ungumemancar sesaat lalu dua larik cahayamelesat menuju Galuh Tapa, tapi kali inipemuda itu dapat menangkisnya.Beberapa saat kemudian, suasana ditempat itu menjadi pa