Rawuni dan Daru saling berpandangan saat ditanya seperti itu oleh Raja ProboLintang Bayu Jaga Geni. Kemudian Daru pun menganggukkan kepalanya."Kau saja Kakang yang mengatakan," ucap Daru."Baiklah. Yang Mulia Raja. Kami berdua melakukan penyelidikan secara diam-diam setelah nenek renta itu pergi. Daru yang langsung ke posisi untuk mengawasi dan saya yang mengikuti nenek itu secara diam-diam. Akhirnya kami berdua menemukan rumah miliknya dan selama lima hari kami mengawasi rumah tersebut dari kejauhan." kata Rawuni."Apa yang kalian lihat? Apakah ada hal yang aneh?" tanya Bayu.Rawuni mengangguk.Awalnya tidak ada yang aneh dari rumah itu. Tapi saat di tengah malam, kami menemukan keanehan dari rumah tempat nenek itu tinggal. Setiap tengah malam, kami melihat aura hitam yang melayang-layang di atas rumah seperti mengitari rumah tersebut." kata Rawuni."Aura hitam?Apa itu? Iblis?" tanya Bayu penasaran."Kami tidak ta
Bayu Jaga Geni berjalan kearah singasana dan duduk disana namun matanya menatap kearah Raya Geni yang asyik saja main buah mlinjo. Kesal, marah dan rasa ingin menghajar saudaranya itu membuncah menjadi satu di kepalanya. Tapi disisi lain dirinya sangat membutuhkan kekuatan milik Raya Geni yang bisa menggunakan Ilmu Raga Sukma."Seandainya aku sendiri bisa melakukanya, aku tak perlu meminta makhluk tak jelas ini..." batin Bayu. Entah kenapa, perasaan lemas dan tidak bergairah masih melekat di tubuhnya sejak dia terbangun dari tidurnya. Bayu menjadi berpikir apa yang ayahnya lakukan pada dirinya."Aku tidak tahu apa yang dia lakukan. Semoga ini bukan hal yang buruk di masa depan." batin Bayu Jaga Geni dalam lamunannya. Tiba-tiba...Tuk!Satu buah mlinjo mengenai keningnya hingga membuat dia tersadar. Amarahnya pun langsung meledak dan sorot matanya mengarah ke Raya Geni yang tengah duduk di kursi para tetua Kerajaan. Tapi dia merasa aneh saat melihat Ray
Raya Geni mengelilingi area rumah tersebut untuk mencari keberaaan mantra Penyegel Jiwa yang dia yakini ada diluar rumah tersebut. Nantinya saat dia mendatangi rumah itu dengan tubuh kasarnya, dia akan segera menghancurkan Mantra yang dipasang disana dan menangkap semua orang didalam rumah termasuk Rawuni."Hm...Ada tujuh titik. Sudah aku ingat semuanya. Sekarang waktunya aku kembali dan menyusun rencana untuk menghancurkan mereka." batin Raya Geni lalu dia pun segera kembali ke rumah penginapan dan memasuki tubuh kasarnya.Kedua matanya terbuka. Dia pun langsung bangkit berdiri kemudian meninggalkan rumah tersebut. Seyum tipis menyeruak di bibirnya."Kali ini kalian semua tak akan bisa lepas..." Raya Geni berhenti di halaman rumah tersebut. Kedua matanya terpejam lalu dia pun komat-kamit membaca mantra. Lalu kemudian kedua tangannya menapak ke tanah di halaman tersebut. Secara aneh dari dalam tanah muncul sinar yang menyebar ke segala arah.
Tantili menggenggam pedang ungu miliknya dengan kuat. Dia menyadari bahwa dirinya bukanlah tandingan pria itu sama sekali. Apalagi setelah melihat Jaya yang memiliki kekuatan Dewi Durga dihantam petir hitam dan Wasundoro yang dihisap oleh jurus Penghisap Arwah milik anak Jaka Geni tersebut. Jelas dia bukan apa-apa lagi disana kecuali menunggu datangnya kematian.Raya Geni melangkah dengan perlahan menuju kearah Tantili yang mulai merasakan tekanan dari kekuatan pemuda tersebut. "Mantra Penyegel Jiwamu direncanakan untuk menjebak diriku saat aku bergerak sesuai anjuran Rawuni yang dirasuki Wasundoro bukan? Tapi sayang sekali, sejak awal aku sudah tahu Utusan Dewi Durga itu berada di dalam tubuh Rawuni. Aku hanya mengalir mengikuti rencananya, itu saja. Dan seperti yang aku duga, kalian sudah bersiap. Kalian mungkin bisa menipu mata ayahku yang seorang Mahadewa, tapi kau tidak bisa menipu Mata Siluman milikku ini...Semua terlihat jelas di mata ini...Sungguh sayang s
Raya Geni mengernyit menahan sakit. Tantili tertawa cekikikan karena usaha terakhirnya berhasil meski hanya melukai tangan kiri pemuda keturunan Jaka Geni tersebut."Kau sudah terkena Pedang Darah Dewi Durga! Hidupmu tidak akan nyaman setiap waktu! hik hik hik!" ucap Tantili membuat Raya geram dan langsung menggerakkan tangan kirinya hingga semakin tembus dan akhirnya dia meraih tangan wanita tersebut."Mati kau bajingan!" umpat nya sambil menarik tangan Tantili yang membawa pedang hingga tubuhnya condong kedepan. Kaki kanan Raya bergerak cepat menyambar ketiak wanita tersebut.Krak! Tangan wanita itu pun patah. Jeritan setinggi langit kembali terdengar. Raya menarik pedang ungu tersebut dari telapak tangannya yang tertembus pedang. Rasa sakitnya tidak seberapa dibanding perasaan kesal karena wanita itu bisa melukai dirinya.Dengan kejam Raya menusuk leher Tantili hingga tembus ke belakang.Crruuk!Terdengar suara
Raya Geni melayang turun di tepian lubang dengan tatapan mata yang masih menggunakan Mata Siluman miliknya. Dia semakin yakin saat jaraknya dengan tubuh Jaya semakin dekat."Benar...Didalam tubuh manusia ini ada jiwa dan darah Mahabali. Meskipun itu sangat sedikit, bagaimana mungkin Tantili dan Wasundoro memiliki darah dan jiwa Mahabali? Darah ini tercampur dengan darah Durga. Apakah ini berhubungan dengan kebangkitan Dewi Durga...?" batin Raya.Jaya masih tergeletak didalam lubang tersebut dalam keadaan tubuh yang mengenaskan. Akan tetapi dia masih hidup. Raya menyadari betul pemuda itu masih hidup meski sudah dihajar habis-habisan olehnya.Tiba-tiba saja mata Jaya yang hitam semua terbuka. Lalu dari dalam punggungnya muncul satu tangan yang menjulur panjang menyerang Raya yang berada di tepi lubang. Jarak mereka berdua tak lebih dari satu tombak.Suuuut!Raya yang menyadari adanya serangan tiba-tiba, segera berkelit dan menend
Bayu Jaga Geni yang mendengar kabar kekalahan Raya Geni terlihat sangat terkejut. Apalagi ditambah setelah dia tahu ternyata Rawuni yang saat itu melapor tentang hasil penyelidikan di kota Daha justru pernah dirasuki makhluk bernama Wasundoro. Dan dia sama sekali tidak menyadarinya.Tinjunya terkepal menahan amarah."Sial...Aku seperti orang buta...Padahal musuh menyusup kedalam Kerajaan...Bagaimana bisa aku tidak mengetahuinya...?" geram Bayu.Sementara itu, Raya Geni masih berbaring di atas kasur tebal di kamarnya yang memang telah disediakan oleh Kerajaan untuk dirinya karena Sukma menginginkan Mahadewi istri Jaka Geni atau ibu yang lain selain ibu kandungnya untuk tinggal di Kerajaan. Hal itu dikarenakan Sukma merasa kesepian sejak sang Ibu, Iyana Tunggadewi menjabat sebagai Dewi Kematian menggantikan posisi Dewi Durga.Dengan tinggalnya Raya dan juga ibunya, Sukma menjadi merasa lebih senang karena dia tak lagi sendirian. "Jadi
Batara Geni dan anaknya, Bayu Jaga Geni masih duduk di atas kubah menara menikmati indahnya langit yang tak pernah Bayu sadari karena dia tidak pernah merasakan waktu langka bersama ayahnya seperti saat ini. Padahal itu hanyalah langit buatan sang ayah.Mereka berdua masih memperbincangkan berbagai hal. Sungguh Hari itu adalah hari paling indah yang pernah Bayu rasakan sejak dia lahir ke dunia. Ayahnya ada disana dan berbincang dengan dirinya."Jika aku mengatakan apa yang aku berikan padamu, itu bukan lagi sebuah kejutan. Kau tak perlu menduga hal yang luar biasa, karena pemberian dariku ini hanyalah sebuah hadiah kecil dan tak perlu kau besar-besaran hanya karena itu pemberian dari ayah," kata Jaka Geni."Tapi kau adalah ayahku. Sangat jarang aku bisa mendapatkan hadiah darimu, bahkan hingga ratusan tahun berlalu. Tapi itu tak menutup rasa hormatku padamu sebagai ayahku...Karena aku menjadi sadar, saat ini saja aku hanyalah seorang Raja yang menguru