Bara menatap sosok yang ada dihadapannya. Itu adalah sosok Shi Yun seperti yang dia kenal. Tapi anehnya wanita itu menyeringai dan menatapnya dengan tatapan mata tajam."Shi Yun..."Tiba-tiba saja Shi Yun menyerang Bara membuat pemuda itu segera melompat mundur menghindari serangan. "Shi Yun sadarlah!" teriak Bara.Tapi sia-sia saja. Shi Yun kembali melesat dan menyerang Bara Sena. Pemuda itu tidak menghindar dan memilih untuk menahan serangan wanita tersebut. Bara berhasil menangkap tinju Shi Yun yang hampir mengenai wajahnya. "Shi Yun! Jangan sampai kau terperangkap Ilusi di tempat ini!" teriak Bara.Namun wanita itu hanya menyeringai lalu tertawa cekikikan. Kedua matanya menyala merah lalu dari mulutnya terdengar suara seorang lelaki yang tidak Bara kenal sama sekali."KALIAN MEMASUKI WILAYAHKU TANPA IJIN...SEKARANG KALIAN HARUS MENDAPATKAN HUKUMAN DARI PENGUASA GURUN SHA HAHAHAHA!" "Dia menggunakan jurus Pengendali Jiwa...Sialan...! Siapa dalang dibalik Medan Ilusi ini?" batin
Sukma Bara Sena membuka kedua matanya. Dia terkejut tidak terjadi apa-apa setelah Tombak Biru itu menghujam tubuhnya."Tidak terasa apapun setelah tombak itu menusuk tubuhku...? Eh dimana tombak itu?" ucap Bara Sena sambil memeriksa tubuhnya. Saat itulah dia melihat Hu Shi Yun yang tengah menangis sambil memeluk tubuh kasarnya."Shi Yun...Apa yang dia lakukan? Apakah Medan Ilusi nya berhasil di hilangkan!?" seru Bara Sena dengan wajah berbinar. Dia langsung melesat turun dan kembali kedalam raga nya. "Kau kenapa Shi Yun?" tanya Bara sambil membelai rambut panjang wanita tersebut dengan lembut.Shi Yun yang tengah menangis mengangkat wajahnya. Dia melihat Bara Sena yang tengah tersenyum kearahnya."Tuan...Shi Yun hampir mencelakai Tuanku..." ucap wanita itu sambil menunduk tak berani menatap mata sang pemuda.Bara mengusap kepala wanita itu dengan lembut. Usapan yang membuat Shi Yun merasa sangat tenang dan nyaman.
Kahiyang Dewi menatap kepala Iblis Yaksa yang ada dihadapannya itu. Keningnya mengernyit pertanda dia tengah berpikir. Sedangkan Yaksa langsung tahu siapa wanita yang ada didepannya tersebut meski rambut Kahiyang Dewi sudah tidak lagi putih."Kepala ini masih hidup...? Ini kepala siapa?" tanya Kahiyang Dewi sambil mengetuk jidat Yaksa.Tuk! Tuk!Iblis itu menjerit keras karena ketakutan. Entah apa yang membuat dia begitu ketakutan. "Kau pernah bilang padaku, jika dulu, kau bertarung melawan seorang Iblis bernama Yaksa, atau Iblis Seribu Tangan..." kata Bara.Kedua mata Kahiyang Dewi langsung membesar begitu mendengar hal itu. Dia menatap Yaksa yang tak bisa menutup mata lantaran tidak ada kulit ataupun kelopak mata. Jadi yang terlihat di mata Kahiyang Dewi dan orang-orang yang ada disana, Iblis itu sama saja tengah melotot kearah wanita Naga Api tersebut."Kau...Iblis laknat yang suka mencuri itu?" tanya Kahiyang Dewi.
Setelah pertemuan di meja bundar itu selesai, semua orang kembali ke dalam ruangan masing-masing yang telah disediakan oleh Hu Shi Yun. Tempat itu menjadi kamar sementara para pengikut Bara Sena yang akan mengikuti Ujian Pagoda Dewa sampai tuntas.Bara sengaja menunggu semua bubar untuk mengunjungi semua wanitanya yang ada di sana. Malam itu, dia mengunjungi Xue Ruo lebih dahulu.Gadis itu membuka pintu kamarnya dan mempersilahkan Bara masuk kedalam kamar tersebut. Desain kamar itu cukup bagus dengan beberapa hiasan langka yang terpasang di sana. Ditambah sebuah kasur empuk dan besar sangat nyaman untuk tiduran diatasnya.Mereka berdua duduk di kursi yang terpisah oleh meja berukuran sedang. Xue Ruo masih menunduk tak mengangkat wajahnya. "Sebenarnya, ada apa dengan dirimu adik Xue?" tanya Bara. Dia sudah meninggalkan kepala Yaksa di kamarnya bersama Antasena yang memilih untuk tinggal di kamarnya.Xue Ruo menghela napas dalam-dalam
Bara Sena keluar dari kamar Yue Fei. Nampak keringat membasahi wajahnya. Tujuan dia kali ini adalah kamar Chang Mei. Tapi langkahnya terhenti saat dia melihat Lu Shi yang tengah berjalan kearahnya. "Mau kemana Lu Shi?" tanya Bara pada gadis ular tersebut. "Aku akan pergi ke ruang depan tuan. Sedikit bosan di dalam kamar terus." sahut gadis itu. "Oh, baiklah," Ucap Bara sambil tersenyum. Dia pun memberi jalan pada gadis itu. Dalam hati sang pemuda membayangkan tubuh indah Lu Shi. Dari luar saja sudah terlihat keindahan tubuhnya. "Bukan waktunya, nanti akan datang sendiri waktu yang tepat untuk membuka semua hadiah," batin Bara lalu melanjutkan pergi ke kamar Chang Mei.~Singkat cerita, setelah urusan di Pagoda Dewa selesai, Bara dan Shi Yun kembali lagi ke gurun pasir di tempat dimana sebelumnya mereka berada. Yaksa pun kembali ikut dicantelkan di pinggang sang pemuda. Sesampainya di sana, Bara dan Shi Yun saling pandang karena oasis yang sebelumnya ada kini telah menghilang. "Ap
Sosok di atas atap itu menatap tajam kearah Bara Sena dan Shi Yun dan mengeluarkan aura kekuatan yang menekan. "Aura yang sangat kuat...!" ucap Bara sambil membalas tatapan sosok berjubah hitam tersebut. Disaat keadaan mulai terasa panas, muncul seorang iblis dengan pakaian kebesaran dan tongkat di tangan kanannya. Dia adalah Tuan Hakim yang disebutkan oleh sosok besar yang mengawal mereka tadi. "Langsung saja, apa tujuan kalian kesini?" tanya nya dengan suara berat. Kedua mata Tuan Hakim itu seperti menyala-nyala api berwarna biru. Bara dan Shi Yun sempat teralihkan perhatiannya oleh Tuan Hakim tersebut. Saat mereka menoleh ke atas atap lagi, sosok berjubah hitam itu telah menghilang. "Orang bertanya kalian tidak mau menjawab!" hardik Tuan Hakim lalu dia menghentakkan kaki kanannya ke lantai altar. Tiba-tiba dari dalam lantai muncul jeruji besi yang menyala biru dan mengeluarkan aura panas. Jeruji itu mengurung Bara dan Shi Yun seperti penjara. "Maafkan kami Tuan Hakim, tapi,
Bara Sena memberikan beberapa pil untuk Shi Yun agar kekasihnya itu bisa bertahan. Dia heran dengan kekuatan petir milik pria yang menjadi lawannya tadi. Untuk memastikan sesuatu, dia harus kembali bertarung.Pemuda itu pun melesat kearah bangunan yang telah runtuh akibat hantaman panah angin miliknya. Dia yakin pria tersebut telah terluka oleh serangannya. Sesampainya di reruntuhan bangunan, Bara celingukan mencari pria tersebut. "Jangan-jangan dia terkubur di dalam sana...Aku belum tahu siapa dirinya..." batin pemuda itu.Tiba-tiba reruntuhan itu bergetar. Bara segera melompat menjauh dari sana dan langsung pasang kuda-kuda. Brak!Puing-puing itu tersibak dan beterbangan di udara. Lalu melesat satu sosok berpakaian hitam ke udara. Sosok itu melayang disana dengan tubuh diselimuti aura biru yang mengeluarkan hawa luar biasa dingin. Keadaan di sekitarnya mulai membeku."Awalnya kekuatan api, lalu kekuatan petir, dan sekarang kekuatan es? Siapa orang ini sebenarnya? Apakah dia orang
Hua Tian akhirnya tersadar setelah beberapa saat berlalu. Dia membuka mata dan yang pertama dia lihat adalah wajah yang sangat tidak asing untuknya."Lu Xie...?""Kau sudah sadar, syukurlah...Kalau kau mati, aku bisa kena masalah," ucap wanita itu sambil tersenyum.Hua Tian pun berusaha bangun dan dia melihat Bara serta Shi Yun yang ada didepannya."Kalian...! Tunggu saja aku pulih kembali...Akan..""Hentikan. Kau tidak tahu siapa pemuda ini bukan?" tanya Lu Xie memotong ucapan sepupunya tersebut."Memangnya siapa dia? Pencuri...""Dia anak Bima Sena, orang yang paling dipercaya oleh ayah kita," lagi-lagi Lu Xie memotong ucapan Hua Tian. Dan kali ini pria itu langsung terdiam terpaku. Wajahnya berubah sedikit pucat. Dia menoleh kearah Bara Sena yang tengah menatapnya dengan tatapan konyol."Apakah kau Bara Sena?" tanyanya dengan bibir bergetar. Bara tersenyum."Iya bocah nakal...." sahut Bara sambil melotot. Lu Xie menahan tawanya dan mencubit lengan pemuda itu membuat Hua Tian semaki
Sosok wanita yang baru saja membukakan pintu terkejut dengan kemunculan pemuda tampan yang tahu nama dirinya dan siapa suaminya. "Kau siapa? Bagaimana kau bisa tahu namaku?" tanya wanita tersebut. "Aku tahu dari Kahiyang Dewi semua tentang Gandi dan dirimu. Bolehkah aku masuk? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," kata Bara. "Oh...Sebentar, aku sendirian di rumah ini..." ucap wanita itu seolah enggan menerima tamu seorang pemuda tampan yang dia tak tahu siapa orang tersebut. "Ada aku Sinta," terdengar satu suara dari balik tubuh Bara Sena. Saat wanita itu melongok keluar pintu, dia melihat Raja Kartikeyasingha yang berdiri di belakang sang Pendekar Golok Iblis. "Paman...! Kalau begitu silahkan masuk!" kata Sinta sambil membuka pintu lebar-lebar. Dia merasa tenang setelah melihat Raja Kalinggapura tersebut ada disana. Itu artinya dia tidak sendirian. Bara dan Raja duduk di sebuah kursi kayu. Sementara Rara Sinta membuatkan minuman panas. Aroma teh yang wangi mengingatkan B
Tak terasa, perjalanan Bara Sena dan armada Kekaisaran Zhou sudah memasuki kawasan laut Jawa. Itu artinya sebentar lagi mereka akan sampai di Pelabuhan Kalingga. Sebelum sampai kesana, Bara mengajak semua pengikutnya untuk memasuki Lantai Rahasia yang dia dapatkan setelah mengalahkan Dewa Hong di Lantai 100 Ujian Pagoda Dewa.Di lantai tersebut Bara menemukan banyak harta Karun yang tentu saja tidak dia makan sendiri. Para pengikutnya pun mendapatkan banyak harta Karun untuk menunjang kemampuan bertarung mereka. Bara mendapatkan satu gelang perak yang memiliki kemampuan untuk menahan tenaga dalam. Dia memberikan gelang tersebut kepada anaknya yang masih kecil dari Dewi Biru Xue Ruo bernama Meili Tianshi. Hal itu dikarenakan gadis bayi itu belum mampu mengendalikan kekuatannya yang sangat besar. Akan sangat berbahaya jika sampai tak terkendali diluar sana. Meili bisa menjadi bencana bagi manusia.Harta Dewa Hong terlalu banyak sehingga mereka semua bingung memilih harta untuk kemampuan
Clep!Ranting itu menancap di bagian paling memalukan Dewa Angin Hong Li. Sontak saja hal itu membangunkan Dewa yang baru saja terkapar setelah terkena jurus ilusi milik Kala."Bocah keparat! Apa yang kau lakukan padaku!?" teriak Dewa Hong marah namun dia tak bisa bergerak sama sekali."Oh...! Maaf! Aku kira kau sudah mati!" sahut Bara lalu dia membuang ranting yang dia gunakan untuk menyogok tubuh Dewa tersebut."Aku kalah darimu...Kau pantas menjadi pemilik Pagoda Dewa ini..Dan sebagai hadiah, kau akan mendapatkan sebagian kekuatan yang aku simpan di dalam peti ini...Anggap saja ini sebagai hadiah untuk pemilik baru, bukan hadiah karena kau telah mengalahkan aku. Namun tetap saja, kau akan mendapatkan hadiah sesuai yang telah di tetapkan di Ujian Pagoda Dewa ini..." kata Dewa Hong masih dalam keadaan tengkurap.Sebuah peti perak muncul di hadapan Bara Sena. Dengan rasa penasaran yang tinggi, pemuda itu pun membuka peti tersebut. dan didalam peti itu nampak sebutir pil berwarna putih
Blaaaarrr!!!Ledakan keras menggelegar terdengar saat tinju Bara Sena menghujam. Awalnya pemuda itu yakin serangannya akan membuahkan hasil. Namun ternyata, Dewa Hong tak semudah yang dia kira. Sesuatu yang menyerupai penutup kepala untuk prajurit perang menutupi kepala pria bernama Hong Li tersebut. Dan pelindung kepala itu tercipta dari kekuatan angin miliknya. Ledakan keras tercipta setelah tinju Bara menghantam pelindung tersebut dikarenakan pelindung itu memiliki kekuatan badai yang mampu menahan serangan apa pun!Disaat Bara tercengang dan kaget dengan apa yang dilihatnya, tangan Dewa Hong tiba-tiba saja sudah mencengkram kaki kanannya. Lalu denga satu kali tarikan, tubuh pemuda itu pun menghantam tanah dari pulau terbang tersebut dengan sangat keras hingga tanah itu hancur."Kau cukup pandai juga. Tapi sayangnya aku bukan Dewa lemah yang bisa dengan mudah kau kalahkan anak muda!" kata Dewa Hong lalu dia kembali mengayunkan tubuh Bara yang masih ada dalam cengkraman tangannya ke
Tubuh sosok bersayap kelelawar itu terbakar hebat dan seketika berubah menjadi abu dalam waktu sekejap mata. Dan yang tersisa disana hanya ada satu butiran kecil yang menyala. Itu adalah Inti Jiwa dari makluk tersebut. Bara mengarahkan tanganya ke benda tersebut sehingga benda berbentuk kelereng itu melayang terbang kearahnya.Setelah Inti Jiwa dari makhluk tersebut ada di tangannya, Bara tersenyum kecil."Aku kira akan menjadi Inti Jiwa yang bagus...Huh, ternyata hanya setingkat ini." gerutu nya lalu dia pun menelan butiran inti jiwa tersebut. Yui yang melihat itu terkejut."Hei! Kau langsung telan Inti Jiwa itu mentah-mentah!?" serunya.Bara menoleh dan alis kanannya sedikit terangkat."Kenapa?" tanyanya."Kau...Apakah kau sering melakukan ini?" tanya Yui yang masih ada di gendonga pemuda tersebut."Tentu saja dan itu tak masalah sama sekali bagiku," kata Bara."Bodoh! Kau menyiksa tubuhmu sendiri jika kau melakukan itu dalam waktu lama!" kata Yui membuat mata Bara terbelalak."Apa
Bara Sena melangkah dengan perlahan memasuki Hutan Mati dimana semua pohon yang ada disana hanyalah pohon kering tanpa daun sama sekali. Yui yang berada di gendongan punggung sang pemuda hanya bisa ikut mengawasi keadaan di sekitar dengan waspada."Tak ada pergerakan apa pun yang aku rasakan," kata Bara dengan suara lirih."Justru karena sepi seperti ini kita harus meningkatkan kewaspadaan...Aku merasa gelisah sejak tadi...Kau tahu bukan, bagaimana seekor ular yang gelisah merasakan hawa kehadiran yang tidak jelas?" sahut Yui membuka Bara mengangguk paham.Setiap langkah kaki pemuda itu meninggalkan jejak api yang menyala. Setelah perjalanan hampir mencapai di Kuil, barulah Bara Sena merasakan ada sesuatu yang mengikutinya dari belakang."Sepertinya mereka mulai datang...Aku bisa merasakan ada beberapa ekor yang mengawasi pergerakan kita," bisik Yui."Aku tahu. Tenang saja, setelah sampai di Kuil, kau cukup duduk saja dan menantiku..." kata Bara. Yui mengangguk pelan.Pendekar Golok I
Bara Sena yang saat itu dalam wujud Iblis Neraka melangkah melewati bebatuan tinggi yang tersebar di sejauh mata memandang."Apa di tempat ini hanya ada batu-batu aneh seperti ini?" tanya Bara."Benar. Lembah ini dipenuhi oleh batu-batu ini. Tapi, ada beberapa wilayah seperti hutan mati, lalu ada juga wilayah yang bersalju. Sejauh ini hanya itu yang aku tahu," kata Yui."Hm...selama ribuan tahun, kau juga tak menemukan keberadaan Mahkota Raja itu sama sekali?" tanya Bara.Yui tersenyum kecut."Kau sudah tahu itu.Kalau aku menemukan mahkota tersebut, tidak mungkin aku terus berada di tempat aneh ini terpenjara seumur hidup." kata Yui dengan wajah terlihat kesal.Bara hanya tersenyum kecil melihat wajah cemberut Yui. Dia kembali melangkah dan wanita itu mengikutinya dari belakang. Setelah berjalan cukup lama menembus bebatuan yang menjulang tinggi, tiba-tiba Bara Sena mendadak berhenti."Tunggu...! Didepan sana ada sesuatu..." ucap pemuda tersebut.Yui yang berada di belakang Pendekar G
Bara Sena tertegun mendengar apa yang wanita itu katakan. Dia sama sekali tak terpikir bahwa lembah itu hanya untuk menghukum atau mengutuk para Dewa saja. Itu sebabnya lembah tersebut bernama Lembah Kutukan Dewa."Tapi...Kenapa kekuatan Iblis di dalam tubuhku tak bisa keluar?" nyeletuk pemuda tersebut tanpa sadar membuat wanita itu berjalan mengitari api unggun lalu mendekat kearah Bara Sena. "Iblis? Jadi didalam tubuhmu ada iblis?" tanya wanita tersebut.Bara sempat ragu dan merasa menyesal sudah berkata yang seharusnya tidak dia katakan. Tapi karena sudah kepalang tanggung, akhirnya dia menjawab dengan anggukkan kepala. Wajah wanita itu tiba-tiba menjadi terlihat berseri."Kalau begitu, kau bisa memiliki kekuatan Iblis itu!" serunya sambil meraih tangan Bara Sena. Sontak saja pemuda itu menarik kembali tanganya dari tangan wanita tersebut."Bagaimana caranya?" tanya Bara. Dia melihat wajah tak suka dari wanita itu setelah tangannya yang tengah di pegang oleh si wanita dia tarik ke
Suara aneh yang terdengar mendesis itu adalah suara seekor ular kobra berukuran sangat besar. Ular tersebut mengitari batu tempat dimana Bara bersembunyi dengan melata tanpa suara. Hanya sesekali terdengar suara mendesis dari lidahnya yang juga sesekali keluar dari mulutnya untuk mencari keberadaan mangsa yang tengah dia incar. Dan saat ini, mangsa yang tengah dia buru adalah Bara Sena yang bersembunyi dibalik celah batu tersebut."Sialan...! Kenapa aku menjadi ketakutan seperti ini menghadapi makhluk rendah seperti mereka..? Padahal mereka hanyalah binatang biasa..." batin Bara dengan keringat dingin yang mulai bercucuran.Ular itu kembali mendesis dengan suara yang lebih keras. Dan perlahan-lahan kepalanya mendekati celah dimana Bara Sena berada. Namun karena saking besarnya, kepala ular itu tak bisa masuk kedalam celah batu. Beruntung sekali pemuda itu karena dua binatang yang mengincar dirinya memiliki ukuran tubuh yang tak biasa.Beberapa kali kepala ular itu mencoba untuk masuk