Bara Sena memberikan beberapa pil untuk Shi Yun agar kekasihnya itu bisa bertahan. Dia heran dengan kekuatan petir milik pria yang menjadi lawannya tadi. Untuk memastikan sesuatu, dia harus kembali bertarung.Pemuda itu pun melesat kearah bangunan yang telah runtuh akibat hantaman panah angin miliknya. Dia yakin pria tersebut telah terluka oleh serangannya. Sesampainya di reruntuhan bangunan, Bara celingukan mencari pria tersebut. "Jangan-jangan dia terkubur di dalam sana...Aku belum tahu siapa dirinya..." batin pemuda itu.Tiba-tiba reruntuhan itu bergetar. Bara segera melompat menjauh dari sana dan langsung pasang kuda-kuda. Brak!Puing-puing itu tersibak dan beterbangan di udara. Lalu melesat satu sosok berpakaian hitam ke udara. Sosok itu melayang disana dengan tubuh diselimuti aura biru yang mengeluarkan hawa luar biasa dingin. Keadaan di sekitarnya mulai membeku."Awalnya kekuatan api, lalu kekuatan petir, dan sekarang kekuatan es? Siapa orang ini sebenarnya? Apakah dia orang
Hua Tian akhirnya tersadar setelah beberapa saat berlalu. Dia membuka mata dan yang pertama dia lihat adalah wajah yang sangat tidak asing untuknya."Lu Xie...?""Kau sudah sadar, syukurlah...Kalau kau mati, aku bisa kena masalah," ucap wanita itu sambil tersenyum.Hua Tian pun berusaha bangun dan dia melihat Bara serta Shi Yun yang ada didepannya."Kalian...! Tunggu saja aku pulih kembali...Akan..""Hentikan. Kau tidak tahu siapa pemuda ini bukan?" tanya Lu Xie memotong ucapan sepupunya tersebut."Memangnya siapa dia? Pencuri...""Dia anak Bima Sena, orang yang paling dipercaya oleh ayah kita," lagi-lagi Lu Xie memotong ucapan Hua Tian. Dan kali ini pria itu langsung terdiam terpaku. Wajahnya berubah sedikit pucat. Dia menoleh kearah Bara Sena yang tengah menatapnya dengan tatapan konyol."Apakah kau Bara Sena?" tanyanya dengan bibir bergetar. Bara tersenyum."Iya bocah nakal...." sahut Bara sambil melotot. Lu Xie menahan tawanya dan mencubit lengan pemuda itu membuat Hua Tian semaki
Kaisar Naga Kegelapan menyembur kan api hitamnya kearah telaga hitam yang ada dibawah sana. Tentu saja itu membuat Bara dan Shi Yun heran, apa maksud dan tujuannya melakukan itu. Tapi pertanyaan mereka langsung terjawab saat telaga hitam itu berubah menjadi lautan api hitam."Gila... Ini ular benar-benar ingin membakar kita hidup-hidup!" seru Bara."Hati-hati tuan! Ini adalah Medan Api Hitam miliknya! Kita tidak tahu seberapa kuat perisai kita menahan api ini. Meski ini jenis api kegelapan, tetap saja, dia bisa membakar jiwa kita!" ucap Shi Yun mengingatkan."Sial, Naga ini Licik juga menjadikan tempat tinggalnya sebagai jebakan!" gerutu Bara."Kita harus segera membunuhnya, jika tidak, kita yang akan terbunuh,"GRROOOOOOOO!!!Naga hitam itu mengeluarkan suara yang memekakkan telinga. Untung saja keduanya sudah melindungi diri dengan perisai sehingga tidak terjadi apapun pada mereka berdua."SEBENTAR LAGI AKAN KULAHAP JIWA KALIAN HAHAHAHA!!!"Kedua mata Bara Sena menyala merah. Tangan
Naga Api masih menggigit leher Naga Hitam. Meski Kaisar Naga Kegelapan tersebut berusaha untuk melepaskan diri dari gigitan Naga yang tak lain adalah Kahiyang Dewi tersebut."Sisiknya sangat kuat. Bahkan api neraka milikku tidak mampu menembus nya... Apakah mereka berdua sudah gila melawan makhluk sekuat ini!? Ini makhluk kuno yang aku sendiri tidak pernah tahu dia Naga dari ras mana," batin Kahiyang yang masih dalam wujud Naga."Siapa kau tiba-tiba muncul dan merusak semua rencanaku!?" tanya Kaisar Naga Kegelapan sambil pergunakan kaki-kakinya untuk mencengkram Naga Api Kahiyang. Namun, sisik Naga Api Kahiyang ternyata juga tidak kalah keras dari sisik Naga hitam tersebut. Ditambah aura api neraka yang keluar dari tubuhnya membuat Naga tersebut semakin merasa tertekan dan terbakar."Justru sebaliknya, aku yang harusnya bertanya, kau itu makhluk apa? Di dunia ini ada ras Naga, dan tak pernah ditemukan Ras Naga yang berwujud sepertimu!" sahut Kahiyang
Bara duduk bersila sambil memejamkan kedua matanya. Entah dia tidur atau tengah masuk kedalam Dunia Penyimpanan miliknya. Yang jelas dia langsung membuka kedua matanya saat dia merasakan hawa kehadiran yang kuat. "Datang juga," batinnya. Dari kejauhan nampak melayang terbang tiga sosok berjubah merah. Mereka mengamati sekitar dan salah satu dari mereka memberi sebuah isyarat. Mereka mendekati Bara Sena yang sudah menanti kedatangan sosok-sosok asing tersebut. Saat jarak sudah sepuluh tombak, mereka diam melayang di udara sambil menatap kearah Bara Sena.Pemuda itu bisa melihat wajah-wajah sangar tersebut. "Para iblis... Tapi sudah hampir setingkat dewa... Gila, untuk apa mereka mengejarku?" batin pemuda tersebut. "Sendirian? Dimana wanita kuat yang bersamamu? Jangan bilang kau dicampakkan olehnya? Atau, dia sengaja bersembunyi untuk mencari celah," terdengar satu suara berat yang menggema dari sosok yang berada di tengah. Sosok ini memiliki rambut panjang yang di kepang. Terlih
Kedua mata Yuri yang berbeda warna itu menyala terang. Dari dalam tubuhnya keluar gelombang kekuatan berwarna merah. "Bara Sena, kita duel secara jantan!" teriak Yuri sambil menyeringai. Dia menutup mata kirinya yang berwarna merah. Bara menanti apa yang akan pria berambut putih itu lakukan. Tiba-tiba saja... Jleb! Sebuah pedang yang menyala merah telah menembus perut Bara dari belakang. Untung saja Bara sedikit mengelak sehingga tidak mengenai organ penting yang berbahaya. "Dia hanya menutup mata disana... Lalu, siapa yang menusuk diriku dari belakang tanpa aku ketahui sama sekali?" batin Bara sambil menoleh ke belakang. Dia tak melihat siapa pun. Pedang yang menembus tubuhnya pun telah menghilang dan hanya menyisakan luka tusuk yang mengalirkan darah. Bagi Bara itu tidak begitu menyakitkan."Kemampuan dia sangat unik..." batin pemuda itu. Tiba-tiba dia merasakan hawa dingin dari belakang. Kali ini dia tak tinggal diam. Tubuhnya langsung bergerak menebas. Set! Tapi tidak ada
Bara menatap petir berwarna hitam keunguan itu menyambar kearah Murta. Dengan tanpa rasa takut pria itu justru menerima petir tersebut dengan tangannya yang sudah mengarah ke langit. Claraaat! Tak ada suara ledakan setelah sambaran tersebut. Yang ada justru petir hitam saat ini berada di tangan Murta dan perlahan-lahan berubah bentuk menjadi sebuah pedang. "Dia menggunakan petir aneh itu untuk membuat senjata yang juga terasa aneh," gumam Bara. "Jangan meremehkan kekuatan petir hitam keunguan ini. Dia bukan petir yang berasal dari dunia kita, aku sendiri tidak tahu itu petir jenis apa. Berdasarkan apa yang aku tahu, petir itu hanya bisa dijumpai di dunia lain, di tempat orang mati berkumpul," kata Yaksa. "Tempat orang mati berkumpul? Bukankah itu dunia bawah?" tanya Bara. "Entahlah, aku belum pernah mati jadi tidak tahu bagaimana persisnya," sahut Yaksa. Murta bangkit berdiri. Aura dari petir hitam itu mulai menyelimuti tubuhnya. Kedua matanya menyala ungu pertanda kekuatan pet
Sosok tinggi besar berkepala anjing itu menoleh kearah sebuah bola cahaya yang menyala terang tak jauh darinya."Aku yakin Murta mengirim tempat dia berada padaku di tempat ini. Tapi, tak ada satu orang pun. Dan cahaya apa itu disana?" ucap sosok tersebut.Dia melangkah dengan cepat menuju ke Bola cahaya yang tak lain adalah Matahari milik Bara Sena. Wujud sosok itu menjadi semakin jelas saat berada di jarak yang cukup dekat dengan bola tersebut. Namun karena hawa panas yang terpancar, dia tak berani lebih dekat lagi dan memilih untuk mengawasinya dari jarak yang menurut dia aman.Sosok itu memiliki tubuh hitam dan berotot. Nampak beberapa perlengkapan yang menempel di tubuhnya seperti ikat pinggang yang terbuat dari emas, pelindung lengan dan beberapa lainnya. Yang mencolok adalah kepalanya yang seekor anjing hitam menyeramkan. Kedua matanya menyala ungu.Di tangan kanannya nampak satu tombak panjang berwarna hitam keunguan. Sosok yang sangat tidak asing tentunya. Dia adalah Raja Anu