Kedua mata Yuri yang berbeda warna itu menyala terang. Dari dalam tubuhnya keluar gelombang kekuatan berwarna merah. "Bara Sena, kita duel secara jantan!" teriak Yuri sambil menyeringai. Dia menutup mata kirinya yang berwarna merah. Bara menanti apa yang akan pria berambut putih itu lakukan. Tiba-tiba saja... Jleb! Sebuah pedang yang menyala merah telah menembus perut Bara dari belakang. Untung saja Bara sedikit mengelak sehingga tidak mengenai organ penting yang berbahaya. "Dia hanya menutup mata disana... Lalu, siapa yang menusuk diriku dari belakang tanpa aku ketahui sama sekali?" batin Bara sambil menoleh ke belakang. Dia tak melihat siapa pun. Pedang yang menembus tubuhnya pun telah menghilang dan hanya menyisakan luka tusuk yang mengalirkan darah. Bagi Bara itu tidak begitu menyakitkan."Kemampuan dia sangat unik..." batin pemuda itu. Tiba-tiba dia merasakan hawa dingin dari belakang. Kali ini dia tak tinggal diam. Tubuhnya langsung bergerak menebas. Set! Tapi tidak ada
Bara menatap petir berwarna hitam keunguan itu menyambar kearah Murta. Dengan tanpa rasa takut pria itu justru menerima petir tersebut dengan tangannya yang sudah mengarah ke langit. Claraaat! Tak ada suara ledakan setelah sambaran tersebut. Yang ada justru petir hitam saat ini berada di tangan Murta dan perlahan-lahan berubah bentuk menjadi sebuah pedang. "Dia menggunakan petir aneh itu untuk membuat senjata yang juga terasa aneh," gumam Bara. "Jangan meremehkan kekuatan petir hitam keunguan ini. Dia bukan petir yang berasal dari dunia kita, aku sendiri tidak tahu itu petir jenis apa. Berdasarkan apa yang aku tahu, petir itu hanya bisa dijumpai di dunia lain, di tempat orang mati berkumpul," kata Yaksa. "Tempat orang mati berkumpul? Bukankah itu dunia bawah?" tanya Bara. "Entahlah, aku belum pernah mati jadi tidak tahu bagaimana persisnya," sahut Yaksa. Murta bangkit berdiri. Aura dari petir hitam itu mulai menyelimuti tubuhnya. Kedua matanya menyala ungu pertanda kekuatan pet
Sosok tinggi besar berkepala anjing itu menoleh kearah sebuah bola cahaya yang menyala terang tak jauh darinya."Aku yakin Murta mengirim tempat dia berada padaku di tempat ini. Tapi, tak ada satu orang pun. Dan cahaya apa itu disana?" ucap sosok tersebut.Dia melangkah dengan cepat menuju ke Bola cahaya yang tak lain adalah Matahari milik Bara Sena. Wujud sosok itu menjadi semakin jelas saat berada di jarak yang cukup dekat dengan bola tersebut. Namun karena hawa panas yang terpancar, dia tak berani lebih dekat lagi dan memilih untuk mengawasinya dari jarak yang menurut dia aman.Sosok itu memiliki tubuh hitam dan berotot. Nampak beberapa perlengkapan yang menempel di tubuhnya seperti ikat pinggang yang terbuat dari emas, pelindung lengan dan beberapa lainnya. Yang mencolok adalah kepalanya yang seekor anjing hitam menyeramkan. Kedua matanya menyala ungu.Di tangan kanannya nampak satu tombak panjang berwarna hitam keunguan. Sosok yang sangat tidak asing tentunya. Dia adalah Raja Anu
Harimau Gurun itu melompat keluar dari gerbang Kerajaan Ma dan langsung berlari menuju kearah suara yang terdengar semakin keras. Mereka mengira itu adalah para mangsa yang siap untuk mereka makan. Namun para harimau itu tiba-tiba terhenti dan menatap apa yang ada didepan mereka dengan mata ketakutan. Mereka segera berbalik kearah gerbang dan berusaha untuk masuk. Tapi karena gerbang itu tinggi dan rapat mereka hanya bisa mencakar-cakar batu tersebut dengan berharap bisa masuk kedalam sana. Sementara pasukan Anubis telah tiba dan jarak mereka dengan benteng hanya dua puluh tombak saja.Raja Ma langsung memberi perintah untuk menembakkan meriam.Dum! Dum! Dum!Puluhan bola hitam itu melayang terbang kearah puluhan ribu pasukan Anubis yang masih berjalan dengan rapi dan terus bergerak kedepan. Peluru meriam menghantam barisan depan pasukan Anubis hingga belasan prajurit tumbang oleh hantaman tersebut. Hujan meriam pun membuat barisan Anubis mulai hancur."Lepaskan anak panah!" teriak R
Bara dan Shi Yun mendarat di dekat benteng yang sudah dalam keadaan porak poranda. Banyak kepulan asap dimana-mana. Tak hanya itu, disana juga berceceran darah yang sudah hampir mengering. Aroma amis terasa begitu menyengat."Apa yang terjadi pada tempat ini? Seperti baru saja terjadi pertempuran besar?" gumam Bara sambil terus berjalan diatas tumpukan batu-batu besar.Disana dia mulai menemukan mayat manusia yang sudah tidak utuh. Karena curiga didalam terjadi hal yang lebih besar, pemuda itu segera melesat keatas benteng dengan mudahnya. Shi Yun pun menyusul. Mereka disambut ribuan mayat yang tergeletak dalam keadaan yang begitu mengenaskan di atas benteng dan juga di dalam benteng sana."Mereka seperti dengan mudah dibantai oleh lawan...Sebenarnya apa yang terjadi di tempat ini?" batin Bara. Dia kembali melangkah untuk melihat-lihat.Shi Yun menoleh kearah kanan saat dia merasa ada pergerakan."Tuan, sepertinya ada yang masih hidu
Ledakan dahsyat terjadi di bebatuan besar tersebut. Gelombang api menyebar ke segala arah membakar semua yang dilewatinya. Bebatuan itu pun dipenuhi oleh api sehingga tak ada satu tempat pun yang bisa digunakan untuk bersembunyi.Bara menatap dengan tajam kebawah sana. Dia heran kenapa pasukan Anubis itu seolah tidak ada dibawah sana. Padahal dia yakin sekali, mereka bersembunyi disana karena jejak terakhir itu berhenti disana."Ada yang aneh...Jika mereka dibawah batu, seharusnya mereka keluar terkena kobaran api sebesar itu. Kecuali jika sejak awal dibawah bebatuan itu memang tak ada siapa-siapa," gumam Bara."Lebih baik kita turun untuk memeriksa agar lebih jelas tuan," kata Shi Yun."Baiklah. Aku menjadi penasaran, apa yang sebenarnya terjadi..." sahut Bara.Keduanya pun melayang turun dan berdiri di atas batu yang masih mengeluarkan asap panas akibat terbakar oleh ledakan api milik Bara Sena. Mereka mengawasi bebatuan tersebut d
Shi Yun segera keluar dari kedai tersebut meninggalkan Bara sendirian. Dia langsung membuka gerbang merah untuk menjemput Jabrang yang baru saja mendapatkan Pedang Penyegel milik Orochi.Bara Sena duduk termenung sambil mendengarkan perbincangan di dalam sana. Semua memperbincangkan tentang Pasukan Anubis yang tengah menyerang pemukiman yang ada di gurun Sha."Pesanan telah siap tuan, silahkan," ucap pelayan sambil meletakkan beberapa makanan dan minuman disana."Pelayan, tunggu sebentar," kata Bara."Ada apa tuan?" tanya pelayan tersebut."Apakah benar, ada berita penyerangan di tempat ini nanti malam?" tanya Bara."Di tempat lain sudah banyak terjadi penyerangan tuan. Mungkin tempat ini pun tak akan selamat. Kabarnya, yang menyerang adalah pasukan manusia berkepala anjing hitam." kata pelayan tersebut."Lalu, kenapa di desa ini masih ramai orang-orang? Bukankah mereka seharusnya mengungsi agar bisa selamat?" tanya Bara lagi."Oh, katanya sore nanti akan ada Pendekar hebat dari Keraj
Semua orang berlarian keluar kedai karena ketakutan setelah sebelumnya mereka mendengar bahwa Jabrang yang ada di dalam kedai memesan daging dan darah manusia yang masih segar. Setelah semua orang lari, Bara dan Shi Yun tertawa kecil. Sementara itu, pelayan dengan tubuh gemetaran mendatangi mereka."Tuan, disini kami tidak menyediakan apa yang anda pesan...Bisakah...""Kalau begitu, buatkan aku makanan seperti yang dipesan oleh Tuanku ini. Aku hanya bercanda mengenai suka memakan daging manusia. Itu hanya lelucon kami para Iblis, jangan kau sampai ketakutan pelayan." kata Jabrang."Oh..eh...Baik baik. Akan kami siapkan sekarang juga pesanan anda tuan. Mohon bersabar!" ucap pelayan tersebut lalu dia pun segera berlari lagi masuk kedalam dapurnya."Jabrang, kau membuat takut semua orang..." ucap Bara sambil menatap ke sekeliling."Mereka berbisik-bisik tapi saya bisa mendengar. Itu menyebalkan tuan," sahut Jabrang."Mereka yan