Shi Yun kembali bangkit berdiri setelah terkena pukulan makhluk tersebut. Kepalanya sedikit terasa sakit namun tidak begitu berarti. Serangan wanita bermata hijau itu memang kuat. Hanya saja, sebelum tinjunya menghantam kepala kekasih Bara Sena tersebut, Perisai tenaga dalam miliknya telah muncul lebih dulu sehingga melindungi nya dari serangan langsung.Wanita bermata hijau itu kembali menyerangnya. Kali ini Shi Yun tak tinggal diam. Tanganya bergerak menahan serangan tinju milik lawan dengan cepat. Keduanya pun saling beradu jurus satu sama lain. Pertarungan yang cukup mengesankan karena ternyata wanita bermata hijau itu mampu mengimbangi semua jurus yang Shi Yun kerahkan.Kedua wanita itu saling bertarung dengan jurus tingkat tinggi. Bara yang sudah kelar dengan lipan raksasa itu kembali melihat pertarungan Shi Yun melawan wanita bermata hijau tersebut. Sekarang dia bisa duduk tenang setelah memanen Inti Jiwa yang ada didalam tubuh lipan raksasa. Yaksa send
Bara menatap sosok yang ada dihadapannya. Itu adalah sosok Shi Yun seperti yang dia kenal. Tapi anehnya wanita itu menyeringai dan menatapnya dengan tatapan mata tajam."Shi Yun..."Tiba-tiba saja Shi Yun menyerang Bara membuat pemuda itu segera melompat mundur menghindari serangan. "Shi Yun sadarlah!" teriak Bara.Tapi sia-sia saja. Shi Yun kembali melesat dan menyerang Bara Sena. Pemuda itu tidak menghindar dan memilih untuk menahan serangan wanita tersebut. Bara berhasil menangkap tinju Shi Yun yang hampir mengenai wajahnya. "Shi Yun! Jangan sampai kau terperangkap Ilusi di tempat ini!" teriak Bara.Namun wanita itu hanya menyeringai lalu tertawa cekikikan. Kedua matanya menyala merah lalu dari mulutnya terdengar suara seorang lelaki yang tidak Bara kenal sama sekali."KALIAN MEMASUKI WILAYAHKU TANPA IJIN...SEKARANG KALIAN HARUS MENDAPATKAN HUKUMAN DARI PENGUASA GURUN SHA HAHAHAHA!" "Dia menggunakan jurus Pengendali Jiwa...Sialan...! Siapa dalang dibalik Medan Ilusi ini?" batin
Sukma Bara Sena membuka kedua matanya. Dia terkejut tidak terjadi apa-apa setelah Tombak Biru itu menghujam tubuhnya."Tidak terasa apapun setelah tombak itu menusuk tubuhku...? Eh dimana tombak itu?" ucap Bara Sena sambil memeriksa tubuhnya. Saat itulah dia melihat Hu Shi Yun yang tengah menangis sambil memeluk tubuh kasarnya."Shi Yun...Apa yang dia lakukan? Apakah Medan Ilusi nya berhasil di hilangkan!?" seru Bara Sena dengan wajah berbinar. Dia langsung melesat turun dan kembali kedalam raga nya. "Kau kenapa Shi Yun?" tanya Bara sambil membelai rambut panjang wanita tersebut dengan lembut.Shi Yun yang tengah menangis mengangkat wajahnya. Dia melihat Bara Sena yang tengah tersenyum kearahnya."Tuan...Shi Yun hampir mencelakai Tuanku..." ucap wanita itu sambil menunduk tak berani menatap mata sang pemuda.Bara mengusap kepala wanita itu dengan lembut. Usapan yang membuat Shi Yun merasa sangat tenang dan nyaman.
Kahiyang Dewi menatap kepala Iblis Yaksa yang ada dihadapannya itu. Keningnya mengernyit pertanda dia tengah berpikir. Sedangkan Yaksa langsung tahu siapa wanita yang ada didepannya tersebut meski rambut Kahiyang Dewi sudah tidak lagi putih."Kepala ini masih hidup...? Ini kepala siapa?" tanya Kahiyang Dewi sambil mengetuk jidat Yaksa.Tuk! Tuk!Iblis itu menjerit keras karena ketakutan. Entah apa yang membuat dia begitu ketakutan. "Kau pernah bilang padaku, jika dulu, kau bertarung melawan seorang Iblis bernama Yaksa, atau Iblis Seribu Tangan..." kata Bara.Kedua mata Kahiyang Dewi langsung membesar begitu mendengar hal itu. Dia menatap Yaksa yang tak bisa menutup mata lantaran tidak ada kulit ataupun kelopak mata. Jadi yang terlihat di mata Kahiyang Dewi dan orang-orang yang ada disana, Iblis itu sama saja tengah melotot kearah wanita Naga Api tersebut."Kau...Iblis laknat yang suka mencuri itu?" tanya Kahiyang Dewi.
Setelah pertemuan di meja bundar itu selesai, semua orang kembali ke dalam ruangan masing-masing yang telah disediakan oleh Hu Shi Yun. Tempat itu menjadi kamar sementara para pengikut Bara Sena yang akan mengikuti Ujian Pagoda Dewa sampai tuntas.Bara sengaja menunggu semua bubar untuk mengunjungi semua wanitanya yang ada di sana. Malam itu, dia mengunjungi Xue Ruo lebih dahulu.Gadis itu membuka pintu kamarnya dan mempersilahkan Bara masuk kedalam kamar tersebut. Desain kamar itu cukup bagus dengan beberapa hiasan langka yang terpasang di sana. Ditambah sebuah kasur empuk dan besar sangat nyaman untuk tiduran diatasnya.Mereka berdua duduk di kursi yang terpisah oleh meja berukuran sedang. Xue Ruo masih menunduk tak mengangkat wajahnya. "Sebenarnya, ada apa dengan dirimu adik Xue?" tanya Bara. Dia sudah meninggalkan kepala Yaksa di kamarnya bersama Antasena yang memilih untuk tinggal di kamarnya.Xue Ruo menghela napas dalam-dalam
Bara Sena keluar dari kamar Yue Fei. Nampak keringat membasahi wajahnya. Tujuan dia kali ini adalah kamar Chang Mei. Tapi langkahnya terhenti saat dia melihat Lu Shi yang tengah berjalan kearahnya. "Mau kemana Lu Shi?" tanya Bara pada gadis ular tersebut. "Aku akan pergi ke ruang depan tuan. Sedikit bosan di dalam kamar terus." sahut gadis itu. "Oh, baiklah," Ucap Bara sambil tersenyum. Dia pun memberi jalan pada gadis itu. Dalam hati sang pemuda membayangkan tubuh indah Lu Shi. Dari luar saja sudah terlihat keindahan tubuhnya. "Bukan waktunya, nanti akan datang sendiri waktu yang tepat untuk membuka semua hadiah," batin Bara lalu melanjutkan pergi ke kamar Chang Mei.~Singkat cerita, setelah urusan di Pagoda Dewa selesai, Bara dan Shi Yun kembali lagi ke gurun pasir di tempat dimana sebelumnya mereka berada. Yaksa pun kembali ikut dicantelkan di pinggang sang pemuda. Sesampainya di sana, Bara dan Shi Yun saling pandang karena oasis yang sebelumnya ada kini telah menghilang. "Ap
Sosok di atas atap itu menatap tajam kearah Bara Sena dan Shi Yun dan mengeluarkan aura kekuatan yang menekan. "Aura yang sangat kuat...!" ucap Bara sambil membalas tatapan sosok berjubah hitam tersebut. Disaat keadaan mulai terasa panas, muncul seorang iblis dengan pakaian kebesaran dan tongkat di tangan kanannya. Dia adalah Tuan Hakim yang disebutkan oleh sosok besar yang mengawal mereka tadi. "Langsung saja, apa tujuan kalian kesini?" tanya nya dengan suara berat. Kedua mata Tuan Hakim itu seperti menyala-nyala api berwarna biru. Bara dan Shi Yun sempat teralihkan perhatiannya oleh Tuan Hakim tersebut. Saat mereka menoleh ke atas atap lagi, sosok berjubah hitam itu telah menghilang. "Orang bertanya kalian tidak mau menjawab!" hardik Tuan Hakim lalu dia menghentakkan kaki kanannya ke lantai altar. Tiba-tiba dari dalam lantai muncul jeruji besi yang menyala biru dan mengeluarkan aura panas. Jeruji itu mengurung Bara dan Shi Yun seperti penjara. "Maafkan kami Tuan Hakim, tapi,
Bara Sena memberikan beberapa pil untuk Shi Yun agar kekasihnya itu bisa bertahan. Dia heran dengan kekuatan petir milik pria yang menjadi lawannya tadi. Untuk memastikan sesuatu, dia harus kembali bertarung.Pemuda itu pun melesat kearah bangunan yang telah runtuh akibat hantaman panah angin miliknya. Dia yakin pria tersebut telah terluka oleh serangannya. Sesampainya di reruntuhan bangunan, Bara celingukan mencari pria tersebut. "Jangan-jangan dia terkubur di dalam sana...Aku belum tahu siapa dirinya..." batin pemuda itu.Tiba-tiba reruntuhan itu bergetar. Bara segera melompat menjauh dari sana dan langsung pasang kuda-kuda. Brak!Puing-puing itu tersibak dan beterbangan di udara. Lalu melesat satu sosok berpakaian hitam ke udara. Sosok itu melayang disana dengan tubuh diselimuti aura biru yang mengeluarkan hawa luar biasa dingin. Keadaan di sekitarnya mulai membeku."Awalnya kekuatan api, lalu kekuatan petir, dan sekarang kekuatan es? Siapa orang ini sebenarnya? Apakah dia orang