Cinta kadang tak butuh kata-kata ...
Cinta adalah sebuah rasa ...Rasa yang indah tak terlukiskan oleh kata-kata ...Rasa yang kadang tak butuh rangkaian kata-kata indahLaurene melayangkan pandangannya ke penjuru kantin, tapi Sella belum terlihat. Ia ingat chat yang dikirim oleh Sella tadi katanya dia sudah sampai di kantin. Laurene terus melayangkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin, berharap Sella akan muncul tetapi hasilnya nihil.
Sella kenapa belum kelihatan juga ya? Bukannya tadi dia sendiri yang bilang udah sampai di kantin. Apa Sella belum sampai ke kantin tapi dia bilang udah sampai kantin ya?
Dasar nih anak, paling suka ngerjain deh! Kalau tahu Sella belum datang,"Tony! Bukuku berhamburan semua." teriak seorang cewek, suaranya memenuhi seisi kelas. Muka cewek itu berubah menjadi merah padam akibat perlakuan seorang cowok yang tidak sengaja menabraknya yang sedang berjalan membawa banyak buku. Cowok itu adalah temannya, Tony. "Hehe, maaf. Aku kan ga sengaja Rene. Sekali-kali ga berkutat dengan buku bisa ga sih? Aku bosan melihatnya." "Ihh! Aku ga suka dipanggil Rene. Namaku Laurene! Kamu tahu kan kalau buku itu duniaku, jadi aku ga bakal bisa dipisahkan sama buku. Sekarang kamu tanggung jawab! Beresin buku aku!" seru cewek itu pada Tony masih dengan muka merah padam. Nama cewek yang sedang emosi itu adalah Laurene Calista. Seorang anak SMA Permata Bangsa yang sangat mencintai buku. Kemanapun ia pergi pasti selalu membawa buku. Semua orang mem
Pertemuan itu tak disengaja ... *** Kaki kecil Laurene berjalan semakin cepat. Saat sedang berjalan terdengar suara bel yang mengalun di sepanjang koridor kelas. Ia pun melihat benda bulat yang melingkar di pergelangan tangankirinya, waktu sudah menunjukkan pukul enam lewat lima puluh menit. Pantas saja bel sudah berbunyi ternyata sudah jam segini, tapi tumben jam segini baru bunyi biasanya jam enam lewat empat puluh lima menit bel baru berbunyi. Mendengar suara bel yang sudah mengalun di sepanjang koridor sekolah, membuat ia mau tidak mau harus berlari kencang. Ternyata Laurene tidak sendirian, banyak siswa-siswi yang entah dari mana datangnya, tiba-tiba ikut berlarian karena takut telat masuk kelas sama seperti dirinya. Pemandangan seperti ini sudah sangat s
Tidak terasa Laurene pun sampai di depan pintu kelas 10 MIA 3. Jantungnya saat ini benar-benar tak bisa dikendalikan, berdebar tak menentu. Hari ini adalah hari rabu artinya hari ini akan diawali dengan kelas Pak Dito. Pak Dito adalah guru biologi yang super galak. Ia mengajar di kelas 10 MIA 3 dan 10 MIA 4, tapi ia akan masuk ke kelas MIA 4 saat jam pelajaran ke-3 dan ke-4 setelah dari kelas Laurene. "Laurene, are you okay?" Laurene pun menengok ke belakangnya, ia seakan lupa dengan sosok cowok tampan di belakangnya itu, yang tadi berjanji mengantarnya ke kelas, dan akan menjelaskan kepada guru biologinya yang galak ini.Ia pun segera menjawab pertanyaan Shawn dengan gugup. "I'm ok, I'm
Langkah kakinya menuju arah pintu keluar kelas, ia melihat ke kiri dan ke kanan, suasana masih tampak sepi karena jam pelajaran masih berlangsung, dan bel istirahat pun belum berbunyi. Akhirnya dia memutuskan untuk menunggu Sella, teman sebangkunya yang masih sibuk mengerjakan soal-soal ulangan biologi dari Pak Dito di dalam kelas, tetapi tiba-tiba ia melihat ada seseorang yang menyusulnya keluar dari kelas, dan orang itu adalah Tony. Tony menatap ke arah nya dengan tajam. Tony kenapa ya? Belum sempat Laurene berpikir untuk menjawab pertanyaan yang berkecamuk di dalam hatinya tiba-tiba Tony menarik tangannya. "Ikut aku!"seru Tony sambil menggenggam erat pergelangan tangannya. "Apaan sih Tony! Aku gak mau! Lepasin tanganku, sakit tau!" "Aku gak peduli!" jawab Tony ketus tanpa melihat
Sekarang Ia dan Shawn sudah berada di perpustakaan sekolah. Berada di perpustakaan membuat hati Laurene merasa senang, suasana yang tenang dan sepi sangat disukainya, membuat ia merasa nyaman dan lebih konsentrasi untuk belajar. "Shawn, aku cari buku referensi untuk pelajaran bahasa inggris dulu ya." "Ya ampun Laurene, kita kan baru sampe baru aja duduk." "Aku kesini kan mau cari buku bukannya mau duduk-duduk. Ngapain juga kesini cuma buat ngeliatin buku-buku dari jauh, ya baca lah." "Kamu aja yang duduk Shawn, ga usah ikut denganku. Aku mau mencari buku referensi Bahasa Inggris dulu. Kamu tunggu di sini aja, aku akan segera kembali." "Haha, beneran? Kamu ga mau aku bantuin?"
Akhirnya Laurene pun sampai di depan pintu ruangan kelasnya 10 MIA 3, masih dengan Shawn yang mengikuti di belakangnya. Matanya melihat ke dalam kelas, memastikan bahwa guru PPKN belum datang, dan untunglah guru PPKNnya memang belum datang. Ia pun merasa sangat lega. "Laurene, guru kamu belum datang kan?" Laurene pun menoleh ke belakang, Shawn masih berdiri persis di belakangnya. "Iya Shawn, belum datang." jawab Laurene pada Shawn. "Masih aman kok. Makasih ya Shawn karena udah mau nganter aku sampai kelas." "Sama-sama Laurene. Aku juga terima kasih karena kamu sudah mau belajar bareng aku tadi di perpustakaan." "No problemShawn, aku juga senang kok bisa belajar ba
Laurene melihat jam tangan putih yang melingkar di tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul lima lewat empat puluh lima menit. Ia baru saja selesai ekskul padus. "Ren, duluan ya." "Eh iya, Don. Makasih ya udah bantuin beres-beres." "Iya, sama-sama Ren. Sampai jumpa." "Sampai jumpa, Don. Bye." Dona adalah teman anggota padus, ia selalu rajin membantu Laurene membereskan ruang musik setiap kali mereka selesai latihan padus. Sebagai ketua Ceria Choir, Laurene selalu pulang paling akhir dan paling sore karena harus membereskan ruang musik, untung saja ia mempunyai teman-teman yang baik yang selalu membantunya. Setelah selesai
Mandi adalah hal pertama yang ingin Laurene lakukan saat masuk ke kamarnya. Badannya sudah terasa lengket berkeringat karena seharian di sekolah. Ia benar-benar harus menyiapkan ekstra energi pada setiap hari rabu, kamis dan hari senin karena setelah kelas ada kegiatan ekskul sampai sore bahkan kadang-kadang hingga malam hari, apalagi kalau ada acara lomba, benar-benar melelahkan. Ia langsung menaruh tas sekolahnya di atas meja belajarnya dan segera melesat menuju ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, badannya terasa segar dan lelahnya pun sedikit berkurang. Lalu, ia langsung menuju meja belajarnya dan mulai membuka buku biologinya. Hari ini entah mengapa Laurene enggan untuk turun ke bawah untuk makan. Hari ini Ia tidak merasa lapar, padahal rasanya tadi di sekolah ia hanya makan sedikit itupun makan makanan bekal dari mama; sepoton
Cinta kadang tak butuh kata-kata ...Cinta adalah sebuah rasa ...Rasa yang indah tak terlukiskan oleh kata-kata ...Rasa yang kadang tak butuh rangkaian kata-kata indah Laurene melayangkan pandangannya ke penjuru kantin, tapi Sella belum terlihat. Ia ingat chat yang dikirim oleh Sella tadi katanya dia sudah sampai di kantin. Laurene terus melayangkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin, berharap Sella akan muncul tetapi hasilnya nihil. Sella kenapa belum kelihatan juga ya? Bukannya tadi dia sendiri yang bilang udah sampai di kantin. ApaSellabelum sampai ke kantin tapi dia bilang udah sampai kantin ya?Dasar nih anak, paling suka ngerjain deh! Kalau tahu Sella belum datang,
Keindahan yang terlihat di depan mata kadang kala hanyalah keindahan semu semata, yang mungkin saja akan sirna saat mentari tenggelam di balik kegelapan malam, dan menghilang saat gelap tersapu dan diterpa berkas cahaya mentari pagi hari yang merona... Sekarang sudah pukul tiga sore, tetapi Laurene belum bisa segera pulang ke rumahnya karena sore ini masih ada kegiatan ekskul paduan suara. Laurene membuka kunci pintu ruang musik, melangkah masuk, lalu meletakkan tas sekolahnya di atas meja di dalam ruang musik itu. Ruangan musik itu masih sepi, bahkan sangat sepi sehingga detik-detik jarum jam di dinding ruangan itu terdengar sangat jelas olehnya. Detik-detik jarum jam tersebut terus berdentang tiada hentinya, sesaat telah menyadarkan Laurene bahwa waktu terus berputar meninggalkan detik demi detik di belakangnya, dan
Laurene masuk ke dalam kamarnya. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Laurene. Hari pertama ia masuk sekolah kembali setelah dua hari harus istirahat di rumah. Banyak catatan pelajaran yang tertinggal yang harus ia catat, ada juga beberapa tugas susulan yang harus segera ia selesaikan. Untunglah tubuhnya sudah lumayan pulih kembali, dan pusing di kepalanya pun sudah menghilang. Ia membawa segelas susu hangat dan roti rasa kopi yang tadi dibuatkan mama untuknya, lalu meletakkannya di atas meja belajarnya. Susu vanilla yang hangat terasa nyaman mengalir di tenggorokannya, namun roti rasa kopi di hadapannya tidak terlalu membuatnya berselera seperti biasanya. Terbayang kembali kejadian di sekolah tadi siang, terbayang kembali semua kata demi kata dari cerita Sella padanya tadi di ruang padus. Mereka berdua sengaja ngumpet di
Laurene baru keluar dari kamar mandi, baru selesai mandi sore. Tubuhnya terasa jauh lebih segar sore ini. Air hangat yang tadi mengguyur tubuhnya, membuat sekujur tubuhnya sekarang terasa lebih segar. Ditambah dengan tidur yang cukup semalam, asupan makanan yang bergizi dan vitamin dari dokter Adrian. Sore ini, Laurene benar-benar merasa jauh lebih sehat. Kepalanya sudah tidak terasa pusing lagi, dan tubuhnya juga tidak terasa lemas tak bertenaga lagi. Ia merasa semuanya terasa jauh lebih baik. Laurene mulai merapikan buku-buku pelajarannya, lalu ia melihat jadwal pelajaran untuk besok, dan memasukkan buku-buku yang harus dibawanya ke sekolah besok. Ia memeriksa kembali semua pekerjaan rumahnya untuk besok, untunglah pekerjaan rumah buat besok sudah selesai ia kerjakan semuanya. Besok aku akan masuk sekolah kembali. Tidak
Kadang jarak itu sulit didefinisikan ....Dekat tak berjarak kadang justru membuat jarak ....Jauh berjarak kadang membuat tak ada jarak. Laurene sudah mencoba untuk tidur kembali, tapi matanya tidak mau diajak kompromi. Ia tidak bisa tidur kembali. Ia pun bangun dari tempat tidurnya, dan minum susu panas yang dibuatkan mama untuknya, lalu menyalakan laptopnya dan memutar lagu dari penyanyi kesayangannya, Taylor Swift. Laurene mencoba merapikan meja belajarnya, satu demi satu buku-buku yang berserakan di atas meja belajarnya itu dirapikannya. Laurene memandang boneka teddy bear warna pink di lantai di samping lemari bukunya itu, di sana masih tergeletak beberapa balon yang berwarna warni di samping boneka teddy bear yang besar itu. Ia melihat kembali kartu ucap
Kring ... kring ... kring. Suara jam beker di atas meja kecil di samping tempat tidur Laurene berbunyi kencang, membuat Laurene terbangun dari tidurnya. Tadi malam Laurene tidur sangat nyenyak. Entah berapa jam ia sudah tertidur, terasa lama sekali. Pagi ini tubuhnya terasa lebih segar, walaupun masih sedikit pusing. Laurene ingin segera bangun dan mandi lalu bergegas berangkat ke sekolah seperti biasanya, tapi semua itu tidak jadi ia lakukan. Hari ini ia tidak bisa pergi ke sekolah, mama tidak mengizinkannya pergi ke sekolah. Kemarin dokter Adrian sudah membuatkan surat izin untuk tidak pergi ke sekolah agar Laurene hari ini dapat beristirahat di rumah. Mama juga sudah menitipkan surat dokter itu pada Sella untuk disampaikan ke Bu Lela, guru wali kelas mereka. Apa yang akan aku lakukan hari ini ya? Berdiam diri d
Laurene berbaring di tempat tidurnya yang nyaman dengan bedcover yang berwarna pink, ditemani sahabatnya Sella. Sella duduk di pinggir tempat tidur Laurene sambil memegang piring di tangannya yang berisi makanan yang dibuatkan mama khusus untuk Laurene, dan sebentar-sebentar Sella menyuapi makanan itu ke mulut Laurene. Dokter Adrian baru saja pulang, setelah selesai memeriksa Laurene. Tadi mama Laurene sangat cemas melihat kondisi putri kesayangannya itu, jadi mama langsung menelpon dokter Adrian. Dokter keluarga yang sudah sangat dikenalnya sejak ia masih kecil. Untunglah setelah memeriksa Laurene dokter Adrian tidak menemukan gejala penyakit yang serius di tubuh Laurene, Laurene hanya kecapean saja ditambah kurang makan dan kurang istirahat. Mama Laurene pun merasa sangat lega, demikian juga dengan Sella. "Aduuh Laurene, kamu
Entah sudah berapa lama Laurene tak sadarkan diri, dan entah sudah berapa lama pula ia terlelap dalam tidurnya yang tanpa mimpi itu. Akhirnya Laurene membuka matanya juga. "Puji Tuhan, akhirnya kamu sadar juga Ren." Laurene melihat Sella duduk di samping tempat tidurnya sambil menggenggam tangannya. Laurene melihat ada air mata yang membasahi kedua pipinya. "Kamu kenapa nangis, Sell?" tanya Laurene menatap bingung pada Sella. "Abis kamu pingsannya lama banget, kita semua di sini khawatir banget sama kamu, tapi untunglah sekarang kamu udah sadar." Sella pun memeluk sahabatnya itu dengan erat. Sella merasa sangat lega melihat sahabatnya itu akhirnya sadar juga. "Alhamdulilah, kamu
"Hati-hati Ren, pelan-pelan aja jalannya." Sella membantu Rene turun dari tempat tidur UKS itu, lalu memapahnya berjalan perlahan-lahan menuju ke kelas 10 MIA 3. "Ren, kamu yakin mau ikut pelajaran fisika sekarang?" tanya Sella sambil menatap wajah Rene dalam-dalam seakan tak yakin pada keinginan Laurene itu. Wajah Laurene masih terlihat pucat, ia juga masih terlihat lemah. "Iya Sell, aku mau ke kelas aja." balas Laurene sambil memegang tangan Sella dengan erat. "Tidak mau istirahat aja dulu, Ren?" tanya Sella lagi. "Gak deh Sell, aku dah gapapa kok. Aku mau ikut pelajaran aja." "Bener kamu udah kuat?" Sella masih belum yakin