Home / Romansa / Laurene / 2. Shawn

Share

2. Shawn

Author: Audreynatasha20
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Pertemuan itu tak disengaja ...

***

Kaki kecil Laurene berjalan semakin cepat. Saat sedang berjalan terdengar suara bel yang mengalun di sepanjang koridor kelas. Ia pun melihat benda bulat yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul enam lewat lima puluh menit.

Pantas saja bel sudah berbunyi ternyata sudah jam segini, tapi tumben jam segini baru bunyi biasanya jam enam lewat empat puluh lima menit bel baru berbunyi. Mendengar suara bel yang sudah mengalun di sepanjang koridor sekolah, membuat ia mau tidak mau harus berlari kencang. Ternyata Laurene tidak sendirian, banyak siswa-siswi yang entah dari mana datangnya, tiba-tiba ikut berlarian karena takut telat masuk kelas sama seperti dirinya. Pemandangan seperti ini sudah sangat sering dilihatnya, suasana seperti ini sudah tidak asing lagi. Ia sangat kesal karena waktunya tidak banyak lagi.

Kalau kayak gini sih, aku harus terobos mereka supaya aku tidak telat masuk ke kelas.

Laurene berlari secepat mungkin, tidak peduli dengan tatapan mereka yang memandang Laurene dengan aneh. Walaupun mencoba untuk tidak menghiraukan tatapan mereka, ia dapat mendengar banyak suara dari beberapa siswa yang tertinggal jauh di belakangnya.

"Itu orang pikir kita lagi lari maraton apa ya?"

"Hush! Itu kan si cewek kutu buku yang aku bilang cantik itu lho! Aku sih rela diterobos sama dia ditabrak pun rela, asalkan bisa belajar bareng dia, dia itu pinter banget lho!"

"Itu cewek kenapa ya? Pagi-pagi udah semangat gitu larinya? Apalagi latihan buat ikut lomba lari kali ya?"

"Aduh parfumnya wangi banget sih."

Laurene terus berlari, masih terdengar celotehan anak-anak yang baru saja dilewatinya itu. Ia mencoba fokus untuk mencapai tujuannya yaitu sampai kelas tepat waktu, tapi masih terbayang perkataan Tony barusan, membuat hatinya kesal dan rasanya ia ingin menangis. Belakangan ini Tony nyebelin banget, tapi ia berusaha untuk menahan rasa kesalnya pada Tony.

Bruk!

Laurene merasa sakit pada siku tangan kanannya dan melihat sikunya yang memar akibat jatuh, tapi seketika pandangannya beralih pada cowok yang berada di depannya. Cowok itu sedang membereskan buku biologinya yang terjatuh. Ia merasa asing dengan wajah cowok itu yang belum pernah dilihatnya di sekolah ini.

"Maaf kak."

Walau dengan siku memar, ia berusaha bertanggung jawab dengan membantu membereskan buku biologi dan beberapa buku lainnya yang berserakan di lantai. Tangannya mulai mengambil dan merapikan buku-buku itu: buku biologi, kimia, matematika dan lain-lain.

"Tidak apa-apa, ini bukan salahmu. Salahku yang tidak melihat jalan. Maaf ya," ujar cowok itu dengan senyuman.

Laurene memberanikan diri menatap wajah cowok yang saat ini berada persis di hadapannya itu. Matanya biru seperti kebanyakan mata orang-orang bule. Sesaat ia mencuri pandang ke cowok itu. Selain dua bola matanya berwarna biru, hidungnya mancung, rambutnya juga berwarna pirang. Entah dari mana munculnya makhluk tampan ini. Laurene mulai berpikir rasanya selama hampir setahun sekolah di SMA Permata Bangsa ini, belum pernah ia menemukan makhluk serupa ini di sekolahnya ini. Makhluk tampan aja bisa dihitung dengan jari tangan kirinya apalagi yang matanya biru dan rambutnya pirang seperti ini, sangat langka! Tapi hanya satu kata yang tepat untuk makhluk langka seperti ini yaitu tampan! Satu kata juga untuk kedua bola mata birunya itu, indah!

Memiliki bola mata yang indah, plus sikapnya yang baik dan sopan jadi tampan plus plus dah! Padahal tadi jelas-jelas aku yang bersalah, tapi malah dia yang minta maaf duluan. Kalau bukan dia, mungkin saat ini aku sudah dimaki-maki abis sama nih orang. Laurene ... Laurene, makanya lain kali kalau jalan atau lari tuh hati-hati napa, pake hitungan dikit lah.  Eh, tapi gapapa jugalah sekali-sekali nabrak orang kalau yang ditabraknya model begini. Sering-sering juga ga nyesel. Laurene masih terus berdiskusi dengan dirinya sendiri mengomentari makhluk yang langka ini. Hehe.

"Hello! Are you okay?"

Suara itu membuat Laurene tersadar, lamunannya buyar seketika.

"Eh, iya kak. Seharusnya aku yang minta maaf, kan aku yang sudah menabrak kakak jadinya buku-buku kakak berserakan seperti ini. Maaf ya kak."

"Haha, gapapa. Aku yang salah kok, tidak perlu minta maaf. Aku yang seharusnya minta maaf, maafkan aku ya. Sekarang ayo kita pergi ke UKS! Di mana UKSnya ya?"

"Untuk apa kak? Aku sudah telat, harus masuk kelas sekarang. Sekarang pelajaran Biologi, aku ga mau terlambat masuk kelas pelajaran Pak Dito."

"Tapi siku tanganmu memar. Aku harus mengantarmu ke UKS sekarang, tanganmu harus diobati."

Deg... deg... deg...

Ia tak menyangka cowok di depan ini mengajaknya ke UKS dan mau mengobati tangannya, seperti terhipnotis ia pun mengikuti langkah kaki cowok yang baru dikenalnya itu menuju ke arah UKS, yang arahnya berlawanan dengan kelasnya.

Di sinilah dirinya sekarang, di UKS bersama dengan cowok yang ia tidak tahu siapa namanya. Ingin menanyakan namanya, tapi ia tak berani tepatnya sungkan jadi ia hanya diam, menunggu sampai saatnya cowok itu memperkenalkan namanya. Tangan cowok itu mengobati sikunya dengan cekatan dan telaten, lalu mengompresnya dengan rivanol yang diambilnya dari kotak obat. Sesaat ia melupakan rasa sakit di sikunya dan sama sekali tidak menghiraukan rasa sakit itu. Entah apa yang membuatnya jadi seperti saat ini. Ia hanya terdiam tanpa protes dan membiarkan makhluk asing itu mengobati sikunya yang memar.

"Apa masih sakit?"

"Hello?"

"Eh, iya maaf kak. Sudah tidak sakit lagi kok. Terima kasih banyak ya, aku sudah merepotkan kakak."

"Haha. Tidak sama sekali. My name is Shawn, kelas 10 MIA 4."

"10 MIA 4?"

"Iya,10 MIA 4. Kamu tahu gak kelasnya di mana?"

"Kamu anak baru ya?"

"Iya, aku anak baru di sekolah ini. Aku baru masuk hari ini."

"My name is Laurene, kelas 10 MIA 3."

"Senang berkenalan denganmu, Laurene. Berarti kelas kita bersebelahan ya? “

"Iya benar, kelas kita bersebelahan." jawabnya sambil mengangguk.

Tidak mau terhanyut dengan pesona anak baru itu, ia pun segera turun dari tempat tidur UKS. Kakinya bergegas hendak menuju ke kelas, tetapi tiba-tiba ada suara yang memanggilnya dan seketika ia menghentikan langkah kakinya.

"Tunggu Laurene, biar aku antar ke kelasmu."

"Eh, tidak usah Shawn. Biar aku sendiri saja." 

"Haha. Kelas kita kan bersebelahan jadi tidak ada penolakan."

Laurene tidak dapat menolak dan terus melangkah diikuti oleh Shawn yang berjalan di belakangnya.

"Nanti biar aku saja yang bilang sama Pak Dito alasan kenapa kamu telat."

Terima kasih Shawn

Lauren hanya bisa mengucapkan terima kasih, dan berkata dalam hati. 

Baik banget sih nih anak baru.

Ia mulai berpikir. Mengapa anak baru  itu pindah sekolah ke sekolahnya. Padahal ini bukan awal tahun ajaran baru, malah sudah hampir naik kelas. Aneh juga ya, tapi dari mana asal sekolahnya ya? Tampangnya bule, ia berasal dari mana ya? Tepatnya dari planet mana ya? Eh, maksudnya dari negara mana ya? Laurene ingin bertanya, tapi tak ada kata-kata yang dapat keluar dari mulutnya.

Related chapters

  • Laurene   3. Telat masuk kelas

    Tidak terasa Laurene pun sampai di depan pintu kelas 10 MIA 3. Jantungnya saat ini benar-benar tak bisa dikendalikan, berdebar tak menentu. Hari ini adalah hari rabu artinya hari ini akan diawali dengan kelas Pak Dito. Pak Dito adalah guru biologi yang super galak. Ia mengajar di kelas 10 MIA 3 dan 10 MIA 4, tapi ia akan masuk ke kelas MIA 4 saat jam pelajaran ke-3 dan ke-4 setelah dari kelas Laurene. "Laurene, are you okay?" Laurene pun menengok ke belakangnya, ia seakan lupa dengan sosok cowok tampan di belakangnya itu, yang tadi berjanji mengantarnya ke kelas, dan akan menjelaskan kepada guru biologinya yang galak ini.Ia pun segera menjawab pertanyaan Shawn dengan gugup. "I'm ok, I'm

    Last Updated : 2024-10-29
  • Laurene   4. Setelah Kelas Biologi

    Langkah kakinya menuju arah pintu keluar kelas, ia melihat ke kiri dan ke kanan, suasana masih tampak sepi karena jam pelajaran masih berlangsung, dan bel istirahat pun belum berbunyi. Akhirnya dia memutuskan untuk menunggu Sella, teman sebangkunya yang masih sibuk mengerjakan soal-soal ulangan biologi dari Pak Dito di dalam kelas, tetapi tiba-tiba ia melihat ada seseorang yang menyusulnya keluar dari kelas, dan orang itu adalah Tony. Tony menatap ke arah nya dengan tajam. Tony kenapa ya? Belum sempat Laurene berpikir untuk menjawab pertanyaan yang berkecamuk di dalam hatinya tiba-tiba Tony menarik tangannya. "Ikut aku!"seru Tony sambil menggenggam erat pergelangan tangannya. "Apaan sih Tony! Aku gak mau! Lepasin tanganku, sakit tau!" "Aku gak peduli!" jawab Tony ketus tanpa melihat

    Last Updated : 2024-10-29
  • Laurene   5. Library

    Sekarang Ia dan Shawn sudah berada di perpustakaan sekolah. Berada di perpustakaan membuat hati Laurene merasa senang, suasana yang tenang dan sepi sangat disukainya, membuat ia merasa nyaman dan lebih konsentrasi untuk belajar. "Shawn, aku cari buku referensi untuk pelajaran bahasa inggris dulu ya." "Ya ampun Laurene, kita kan baru sampe baru aja duduk." "Aku kesini kan mau cari buku bukannya mau duduk-duduk. Ngapain juga kesini cuma buat ngeliatin buku-buku dari jauh, ya baca lah." "Kamu aja yang duduk Shawn, ga usah ikut denganku. Aku mau mencari buku referensi Bahasa Inggris dulu. Kamu tunggu di sini aja, aku akan segera kembali." "Haha, beneran? Kamu ga mau aku bantuin?"

    Last Updated : 2024-10-29
  • Laurene   6. Classroom

    Akhirnya Laurene pun sampai di depan pintu ruangan kelasnya 10 MIA 3, masih dengan Shawn yang mengikuti di belakangnya. Matanya melihat ke dalam kelas, memastikan bahwa guru PPKN belum datang, dan untunglah guru PPKNnya memang belum datang. Ia pun merasa sangat lega. "Laurene, guru kamu belum datang kan?" Laurene pun menoleh ke belakang, Shawn masih berdiri persis di belakangnya. "Iya Shawn, belum datang." jawab Laurene pada Shawn. "Masih aman kok. Makasih ya Shawn karena udah mau nganter aku sampai kelas." "Sama-sama Laurene. Aku juga terima kasih karena kamu sudah mau belajar bareng aku tadi di perpustakaan." "No problemShawn, aku juga senang kok bisa belajar ba

    Last Updated : 2024-10-29
  • Laurene   7. Setelah Ekskul Padus

    Laurene melihat jam tangan putih yang melingkar di tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul lima lewat empat puluh lima menit. Ia baru saja selesai ekskul padus. "Ren, duluan ya." "Eh iya, Don. Makasih ya udah bantuin beres-beres." "Iya, sama-sama Ren. Sampai jumpa." "Sampai jumpa, Don. Bye." Dona adalah teman anggota padus, ia selalu rajin membantu Laurene membereskan ruang musik setiap kali mereka selesai latihan padus. Sebagai ketua Ceria Choir, Laurene selalu pulang paling akhir dan paling sore karena harus membereskan ruang musik, untung saja ia mempunyai teman-teman yang baik yang selalu membantunya. Setelah selesai

    Last Updated : 2024-10-29
  • Laurene   8. Amazing Night

    Mandi adalah hal pertama yang ingin Laurene lakukan saat masuk ke kamarnya. Badannya sudah terasa lengket berkeringat karena seharian di sekolah. Ia benar-benar harus menyiapkan ekstra energi pada setiap hari rabu, kamis dan hari senin karena setelah kelas ada kegiatan ekskul sampai sore bahkan kadang-kadang hingga malam hari, apalagi kalau ada acara lomba, benar-benar melelahkan. Ia langsung menaruh tas sekolahnya di atas meja belajarnya dan segera melesat menuju ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, badannya terasa segar dan lelahnya pun sedikit berkurang. Lalu, ia langsung menuju meja belajarnya dan mulai membuka buku biologinya. Hari ini entah mengapa Laurene enggan untuk turun ke bawah untuk makan. Hari ini Ia tidak merasa lapar, padahal rasanya tadi di sekolah ia hanya makan sedikit itupun makan makanan bekal dari mama; sepoton

    Last Updated : 2024-10-29
  • Laurene   9. Pilih Dia atau Dia

    Kring ... kring ... kring. Suara jam beker di atas meja belajarnya berbunyi membangunkan Laurene yang sedang tidur nyenyak. Masih dengan setengah sadar, ia segera bangun dari tempat tidurnya menuju meja belajar, dan mematikan jam bekernya. Jam di atas meja belajarnya itu menunjukkan pukul lima tepat. Haduh, ini pasti akibat semalam begadang jadi bawaannya malas banget untuk bangun pagi, rasanya masih ngantuk masih ingin bersembunyi di balik selimut yang hangat, tapi kalau gak bangun sekarang mana ada waktu lagi buat belajar ya. Nanti di kelas gimana kalo aku gak bisa ngerjain soal-soal atau gimana kalau tiba-tiba ada ulangan mendadak kayak kemarin. Aku harus segera cuci muka dan mulai belajar. Ayo semangat Laurene!

    Last Updated : 2024-10-29
  • Laurene   10. UKS

    Laurene membuka matanya, kepalanya terasa sangat pusing dan sekujur tubuhnya terasa lemas sekali.Laurene mencoba melihat sekelilingnya “Aku ada di mana ini?” kata Laurene perlahan, suaranya hampir tak terdengar. “Kamu sudah sadar, Ren?“ Ia seperti mengenal suara itu, ia mencoba membuka lebar kedua matanya, ternyata itu adalah suara Sella yang sedang duduk di samping tempat tidurnya. Laurene memandang sekitarnya sekali lagi, ia baru menyadari kalau saat ini ia sedang terbaring di tempat tidur di UKS. “Kenapa aku ada di sini, Sell?" tanya Laurene pada Sella. “Kamu tadi pingsan di parkiran, Ren.” Tiba-tiba ia mendengar suara lain dari samping kanannya. Ia langsung melihat pemilik s

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Laurene   19. Langit Orange Merah

    Cinta kadang tak butuh kata-kata ...Cinta adalah sebuah rasa ...Rasa yang indah tak terlukiskan oleh kata-kata ...Rasa yang kadang tak butuh rangkaian kata-kata indah Laurene melayangkan pandangannya ke penjuru kantin, tapi Sella belum terlihat. Ia ingat chat yang dikirim oleh Sella tadi katanya dia sudah sampai di kantin. Laurene terus melayangkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin, berharap Sella akan muncul tetapi hasilnya nihil. Sella kenapa belum kelihatan juga ya? Bukannya tadi dia sendiri yang bilang udah sampai di kantin. ApaSellabelum sampai ke kantin tapi dia bilang udah sampai kantin ya?Dasar nih anak, paling suka ngerjain deh! Kalau tahu Sella belum datang,

  • Laurene   18. Catatan Kecil untuk Shawn

    Keindahan yang terlihat di depan mata kadang kala hanyalah keindahan semu semata, yang mungkin saja akan sirna saat mentari tenggelam di balik kegelapan malam, dan menghilang saat gelap tersapu dan diterpa berkas cahaya mentari pagi hari yang merona... Sekarang sudah pukul tiga sore, tetapi Laurene belum bisa segera pulang ke rumahnya karena sore ini masih ada kegiatan ekskul paduan suara. Laurene membuka kunci pintu ruang musik, melangkah masuk, lalu meletakkan tas sekolahnya di atas meja di dalam ruang musik itu. Ruangan musik itu masih sepi, bahkan sangat sepi sehingga detik-detik jarum jam di dinding ruangan itu terdengar sangat jelas olehnya. Detik-detik jarum jam tersebut terus berdentang tiada hentinya, sesaat telah menyadarkan Laurene bahwa waktu terus berputar meninggalkan detik demi detik di belakangnya, dan

  • Laurene   17. Tak Percaya

    Laurene masuk ke dalam kamarnya. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Laurene. Hari pertama ia masuk sekolah kembali setelah dua hari harus istirahat di rumah. Banyak catatan pelajaran yang tertinggal yang harus ia catat, ada juga beberapa tugas susulan yang harus segera ia selesaikan. Untunglah tubuhnya sudah lumayan pulih kembali, dan pusing di kepalanya pun sudah menghilang. Ia membawa segelas susu hangat dan roti rasa kopi yang tadi dibuatkan mama untuknya, lalu meletakkannya di atas meja belajarnya. Susu vanilla yang hangat terasa nyaman mengalir di tenggorokannya, namun roti rasa kopi di hadapannya tidak terlalu membuatnya berselera seperti biasanya. Terbayang kembali kejadian di sekolah tadi siang, terbayang kembali semua kata demi kata dari cerita Sella padanya tadi di ruang padus. Mereka berdua sengaja ngumpet di

  • Laurene   16. Telpon dari Sella

    Laurene baru keluar dari kamar mandi, baru selesai mandi sore. Tubuhnya terasa jauh lebih segar sore ini. Air hangat yang tadi mengguyur tubuhnya, membuat sekujur tubuhnya sekarang terasa lebih segar. Ditambah dengan tidur yang cukup semalam, asupan makanan yang bergizi dan vitamin dari dokter Adrian. Sore ini, Laurene benar-benar merasa jauh lebih sehat. Kepalanya sudah tidak terasa pusing lagi, dan tubuhnya juga tidak terasa lemas tak bertenaga lagi. Ia merasa semuanya terasa jauh lebih baik. Laurene mulai merapikan buku-buku pelajarannya, lalu ia melihat jadwal pelajaran untuk besok, dan memasukkan buku-buku yang harus dibawanya ke sekolah besok. Ia memeriksa kembali semua pekerjaan rumahnya untuk besok, untunglah pekerjaan rumah buat besok sudah selesai ia kerjakan semuanya. Besok aku akan masuk sekolah kembali. Tidak

  • Laurene   15. Jarak yang Tak Berjarak

    Kadang jarak itu sulit didefinisikan ....Dekat tak berjarak kadang justru membuat jarak ....Jauh berjarak kadang membuat tak ada jarak. Laurene sudah mencoba untuk tidur kembali, tapi matanya tidak mau diajak kompromi. Ia tidak bisa tidur kembali. Ia pun bangun dari tempat tidurnya, dan minum susu panas yang dibuatkan mama untuknya, lalu menyalakan laptopnya dan memutar lagu dari penyanyi kesayangannya, Taylor Swift. Laurene mencoba merapikan meja belajarnya, satu demi satu buku-buku yang berserakan di atas meja belajarnya itu dirapikannya. Laurene memandang boneka teddy bear warna pink di lantai di samping lemari bukunya itu, di sana masih tergeletak beberapa balon yang berwarna warni di samping boneka teddy bear yang besar itu. Ia melihat kembali kartu ucap

  • Laurene   14. Hari Libur Sekolah

    Kring ... kring ... kring. Suara jam beker di atas meja kecil di samping tempat tidur Laurene berbunyi kencang, membuat Laurene terbangun dari tidurnya. Tadi malam Laurene tidur sangat nyenyak. Entah berapa jam ia sudah tertidur, terasa lama sekali. Pagi ini tubuhnya terasa lebih segar, walaupun masih sedikit pusing. Laurene ingin segera bangun dan mandi lalu bergegas berangkat ke sekolah seperti biasanya, tapi semua itu tidak jadi ia lakukan. Hari ini ia tidak bisa pergi ke sekolah, mama tidak mengizinkannya pergi ke sekolah. Kemarin dokter Adrian sudah membuatkan surat izin untuk tidak pergi ke sekolah agar Laurene hari ini dapat beristirahat di rumah. Mama juga sudah menitipkan surat dokter itu pada Sella untuk disampaikan ke Bu Lela, guru wali kelas mereka. Apa yang akan aku lakukan hari ini ya? Berdiam diri d

  • Laurene   13. Surprise yang Aneh

    Laurene berbaring di tempat tidurnya yang nyaman dengan bedcover yang berwarna pink, ditemani sahabatnya Sella. Sella duduk di pinggir tempat tidur Laurene sambil memegang piring di tangannya yang berisi makanan yang dibuatkan mama khusus untuk Laurene, dan sebentar-sebentar Sella menyuapi makanan itu ke mulut Laurene. Dokter Adrian baru saja pulang, setelah selesai memeriksa Laurene. Tadi mama Laurene sangat cemas melihat kondisi putri kesayangannya itu, jadi mama langsung menelpon dokter Adrian. Dokter keluarga yang sudah sangat dikenalnya sejak ia masih kecil. Untunglah setelah memeriksa Laurene dokter Adrian tidak menemukan gejala penyakit yang serius di tubuh Laurene, Laurene hanya kecapean saja ditambah kurang makan dan kurang istirahat. Mama Laurene pun merasa sangat lega, demikian juga dengan Sella. "Aduuh Laurene, kamu

  • Laurene   12. Harus Pulang

    Entah sudah berapa lama Laurene tak sadarkan diri, dan entah sudah berapa lama pula ia terlelap dalam tidurnya yang tanpa mimpi itu. Akhirnya Laurene membuka matanya juga. "Puji Tuhan, akhirnya kamu sadar juga Ren." Laurene melihat Sella duduk di samping tempat tidurnya sambil menggenggam tangannya. Laurene melihat ada air mata yang membasahi kedua pipinya. "Kamu kenapa nangis, Sell?" tanya Laurene menatap bingung pada Sella. "Abis kamu pingsannya lama banget, kita semua di sini khawatir banget sama kamu, tapi untunglah sekarang kamu udah sadar." Sella pun memeluk sahabatnya itu dengan erat. Sella merasa sangat lega melihat sahabatnya itu akhirnya sadar juga. "Alhamdulilah, kamu

  • Laurene   11. Hari yang Gelap

    "Hati-hati Ren, pelan-pelan aja jalannya." Sella membantu Rene turun dari tempat tidur UKS itu, lalu memapahnya berjalan perlahan-lahan menuju ke kelas 10 MIA 3. "Ren, kamu yakin mau ikut pelajaran fisika sekarang?" tanya Sella sambil menatap wajah Rene dalam-dalam seakan tak yakin pada keinginan Laurene itu. Wajah Laurene masih terlihat pucat, ia juga masih terlihat lemah. "Iya Sell, aku mau ke kelas aja." balas Laurene sambil memegang tangan Sella dengan erat. "Tidak mau istirahat aja dulu, Ren?" tanya Sella lagi. "Gak deh Sell, aku dah gapapa kok. Aku mau ikut pelajaran aja." "Bener kamu udah kuat?" Sella masih belum yakin

DMCA.com Protection Status