Home / Romansa / Laurene / 6. Classroom

Share

6. Classroom

last update Last Updated: 2021-06-01 20:06:20

Akhirnya Laurene pun sampai di depan pintu ruangan kelasnya 10 MIA 3, masih dengan Shawn yang mengikuti di belakangnya. Matanya melihat ke dalam kelas, memastikan bahwa guru PPKN belum datang, dan untunglah guru PPKNnya memang belum datang. Ia pun merasa sangat lega.

"Laurene, guru kamu belum datang kan?" Laurene pun menoleh ke belakang, Shawn masih berdiri persis di belakangnya.

"Iya Shawn, belum datang." jawab Laurene pada Shawn.

"Masih aman kok. Makasih ya Shawn karena udah mau nganter aku sampai kelas."

"Sama-sama Laurene. Aku juga terima kasih karena kamu sudah mau belajar bareng aku tadi di perpustakaan."

"No problem Shawn, aku juga senang kok bisa belajar bareng."

"Kamu segera balik ke kelas kamu sana, nanti guru kamu keburu datang. Nanti malah kamu yang telat masuk kelas."

"Ok Laurene. Sampai jumpa nanti." Shawn pun segera berlalu sambil melambaikan tangannya pada Laurene, dan Laurene pun membalasnya.

"Bye." jawab Laurene dengan senyuman.

Shawn pun segera berlari menuju ke kelasnya dan menghilang di balik pintu kelas 10 MIA 4. Laurene segera melangkah masuk ke kelasnya dan ia melihat tatapan dari beberapa siswi di kelasnya, tatapan seolah tidak suka padanya. Laurene bertanya-tanya dalam hati, apa yang telah terjadi ya? Apa ia telah berbuat kesalahan?

"Ren." Suara Sella tiba-tiba mengagetkannya.

"Iya Sell, kenapa?"

"Mereka kayaknya iri deh sama kamu Ren."

"Iri? Maksudnya apa Sell? Aku gak ngerti."

"Iya, iri sama kamu Ren. Tadi aku dengar mereka ngerumpi tentang kamu, dan anak baru kelas sebelah itu."

"Oh, Shawn maksudnya?" Laurene bertanya pada Sella seakan tak percaya. Sella pun mengangguk.

"Emang mereka ngomong apa, Sell?" Laurene penasaran apa sih yang telah dibicarakan oleh teman-teman sekelasnya itu.

"Mereka bilang Shawn ...."

"Mereka bilang Shawn kenapa, Sell? "

"Bagus ya Rene, sekarang aku dilupain ya. Kamu malah asyik jalan-jalan sama anak baru itu."

Tiba-tiba terdengar suara Tony entah dari mana munculnya, tau-tau ia sudah berada di samping Laurene. Ia pun berbalik dan melihat ke samping, melihat muka Tony yang merah seperti tomat. Laurene pun tahu kalau Tony sedang kesal dan marah padanya.

"Kata siapa aku jalan-jalan sama Shawn? Aku bukan jalan-jalan, tapi aku ke perpustakaan. Aku belajar bareng Shawn."

"Halah, aku lihat kok jelas-jelas tadi kamu bukan belajar sama dia, tapi romantisan di perpustakaan."

"Apaan sih kamu Ton! Kok tiba-tiba marah-marah gitu sama aku."

"Iya kan? Kamu romantisan sama anak baru itu kan? Ngaku aja deh!"

"Sebenarnya kamu kenapa sih, Ton? Aneh banget. Mau kamu apa sih Ton? Kok marah-marah terus sama aku." ujar Laurene dengan kesal melihat sikap Tony seperti itu padanya.

"Aku? Kamu mau tau, mau aku apa?"

"Iya, mau kamu apa? Aku capek tau, aku lelah sama sikap kamu yang suka marah-marah gak jelas sama aku."

"Mau aku ... kamu jangan dekat-dekat sama anak baru itu! Aku tidak suka! Kamu juga tidak boleh jalan sama dia lagi, kalau kamu mau ke perpustakaan bilang dong sama aku, bukan sama cowok brengsek itu!"

"Lha, emang kenapa? Kok kamu jadi sewot gitu. Emang salah ya aku ke perpus bareng Shawn?"

Laurene benar-benar tidak menyangka, teman kecilnya ini akan membentaknya seperti itu. Mengapa sikap Tony tiba-tiba berubah seperti itu kepadanya?

Apa salah jika aku hanya mau punya teman selain Tony dan Sella? Apa salah jika aku juga ingin bebas berteman dengan siapa saja seperti yang lainnya.

Ia juga tak menyangka, Tony akan berani membentaknya di hadapan teman-teman sekelasnya.

"Kita memang sahabat dari kecil Ton, tapi kita kan cuma sahabat. Kamu itu bukan kakakku! Bukan siapa-siapa aku! Jadi kamu gak boleh dong ngatur-ngatur aku, apalagi ngatur aku harus berteman dengan siapa atau ngelarang aku tidak boleh berteman dengan Shawn atau siapapun!" seru Laurene dengan emosi.

"Emang kamu siapa aku sih? Aku saja tidak pernah kok ngatur kamu, kamu harus berteman dengan siapa atau ngatur kamu tidak boleh berteman dengan siapa jadi kamu juga tidak berhak ngatur aku untuk berteman dengan siapa yang aku mau!" Laurene pun menjawab dengan kesal dan air mata pun mulai berlinang di kedua bola matanya. .

"Iya, tapi aku ...."

"Sudahlah Ton, kamu juga keterlaluan sih. Bener apa kata Laurene, kita gak boleh overprotektif sama sahabat. Kamu udah bikin Laurene nangis tuh!" Sella pun mencoba melerai mereka.

"Eh, liat deh si miss cupu lagi berantem tuh sama pangerannya. Kasian banget sih."

"Iya ya, mumpung mereka lagi berantem ada kesempatan nih buat gw deketin Tony "

"Yoilah, gw jg mau dong deketin Tony." 

Laurene dapat mendengar bisik-bisik suara beberapa teman cewek di kelasnya itu, tapi ia tak peduli pada ocehan teman-temannya itu, ia terlalu kesal pada Tony.

"Ren, sini duduk dulu yuk!" ajak Sella membujuk Laurene.

Ia pun tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa pasrah mengikuti apa kata Sella. Berlama-lama berdiri di samping Tony membuat hatinya bertambah kesal pada Tony. Laurene pun segera menghempaskan tubuhnya, dan duduk disamping Sella.

"Ren, mungkin Tony cemburu kali ya sama kamu, iya kayaknya cemburu deh karena kamu terlalu dekat sama Shawn. Aku yakin kok sebenernya dia itu ga ada niatan untuk membentak kamu Ren apalagi membuat kamu nangis, dia cuma cemburu."

"Apaan! Dari dulu dia emang suka begitu, Sell. Dari aku masih kecil ia suka banget deh ngatur-ngatur aku, mentang-mentang aku gak punya kakak, dia seenaknya gitu sama aku. Masa aku ga boleh temenan sama cowok lain. Emang dia siapanya aku, dia kan cuma sahabat dari kecil doang." ucap Laurene. Air mata pun mulai menetes membasahi kedua pipi Laurene.

"Jangan-jangan ...."

"Jangan-jangan apa, Sell?"

"Selamat siang anak-anak." Obrolan mereka pun terhenti seketika karena pak guru PPKN masuk ke kelas.

"Selamat siang pak." Anak-anak menjawab dengan serentak.

"Lho, kamu kenapa menangis Laurene?"

"Tidak apa-apa pak, mata saya hanya kemasukan debu." ucap Laurene sambil mengusap air matanya dengan kedua telapak tangannya.

"Benar seperti itu Laurene? Kalau ada masalah kamu bisa konsultasi ke guru BP."

"Benar pak."

"Baik pak, tapi benar saya tidak apa-apa, tidak ada masalah kok pak." jawab Laurene sambil menunduk.

"Baiklah kalau begitu. Sekarang saya mau membagikan hasil ulangan PPKN kalian. Reno tolong bagikan hasil ulangan teman-temanmu."

Nama yang baru saja disebut oleh guru PPKN itu adalah Reno. Reno memiliki jabatan sebagai ketua kelas 10 MIA 3. Ia melihat Reno langsung menjalankan tugas tanpa membuang waktu. Reno berjalan mendekat ke arahnya sepertinya sudah tiba waktunya untuk mendapat hasil ulangan PPKNnya.

"Selamat ya Laurene, kamu mendapat nilai sempurna."

Ia kaget, benar-benar tidak menyangka kalau ia akan memperoleh nilai sempurna di mapel PPKN.

"Ren, kamu dapat berapa?" Terdengar suara Sella dari sampingnya. Akhirnya senyum pun terukir di wajahnya setelah melihat nilai ulangan PPKNnya.

"Hehe. Perjuanganku gak sia-sia juga, Sell."

"Ya, berapa sayang?"

"100. Hehe."

"Wah, kamu pinter banget sih Ren. Selamat ya."

"Ga juga sih Sell, ini kebetulan aja yang aku pelajari keluar semua waktu ulangan."

"Btw makasih ya, makasih juga tadi udah belain aku."

"Iya, sama-sama Ren."

"Oh ya, kamu dapet berapa Sell?"

"Not bad lah, 88."

"Itu bagus Sell. Selamat juga ya."

"Segitu mah masih jelek Ren, aku harus belajar lebih giat lagi supaya bisa dapet nilai sempurna sama sepertimu."

"Aku yakin next time kamu pasti bisa kok, Sell."

Saat sedang asyik bicara sama Sella tiba-tiba pak guru memotong pembicaraan mereka dengan memberi tugas yang ada di buku cetak.

Ini kan soal latihan yang aku pelajari semalam. Untung saja semalam aku sudah mempelajarinya duluan.

"Kerjakan dengan benar ya! Waktu kalian 1 jam dari sekarang."

"Baik pak." ucap anak-anak serentak.

Yang tadinya suasana ramai berubah menjadi hening, mereka pada fokus pada soal-soal PPKN yang baru saja diberikan oleh pak guru.

"Aduh, soalnya malah susah lagi." Terdengar suara berbisik-bisik di belakang Laurene.

"Coba aja kalau semalem gue lebih milih belajar PPKN ketimbang main game mungkin aja gw bisa ngerjain nih soal." Terdengar lagi suara di belakangnya, itu pasti suara Rita si miss perfect itu.

"Nomor 3 jawabannya apa sih, kasih tau dong."

Aduh si miss perfect di belakang berisik banget sih jadi ga konsentrasi nih, gumam Laurene dalam hati. Ia mendengar juga suara teman-teman yang lain dari arah belakang, banyak yang mengeluh soalnya susah banget.

"Kerjakan sendiri! Jangan berisik! Sampai saya dengar ada yang nanya jawaban, saya bakal langsung kasih nol!"

Untunglah pak guru segera menyelamatkan situasi seketika suasana kembali hening.

"Mengerti semuanya?"

"Mengerti pak." Seisi kelas pun menjawab dengan serentak bagaikan paduan suara.

Related chapters

  • Laurene   7. Setelah Ekskul Padus

    Laurene melihat jam tangan putih yang melingkar di tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul lima lewat empat puluh lima menit. Ia baru saja selesai ekskul padus. "Ren, duluan ya." "Eh iya, Don. Makasih ya udah bantuin beres-beres." "Iya, sama-sama Ren. Sampai jumpa." "Sampai jumpa, Don. Bye." Dona adalah teman anggota padus, ia selalu rajin membantu Laurene membereskan ruang musik setiap kali mereka selesai latihan padus. Sebagai ketua Ceria Choir, Laurene selalu pulang paling akhir dan paling sore karena harus membereskan ruang musik, untung saja ia mempunyai teman-teman yang baik yang selalu membantunya. Setelah selesai

    Last Updated : 2021-06-15
  • Laurene   8. Amazing Night

    Mandi adalah hal pertama yang ingin Laurene lakukan saat masuk ke kamarnya. Badannya sudah terasa lengket berkeringat karena seharian di sekolah. Ia benar-benar harus menyiapkan ekstra energi pada setiap hari rabu, kamis dan hari senin karena setelah kelas ada kegiatan ekskul sampai sore bahkan kadang-kadang hingga malam hari, apalagi kalau ada acara lomba, benar-benar melelahkan. Ia langsung menaruh tas sekolahnya di atas meja belajarnya dan segera melesat menuju ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, badannya terasa segar dan lelahnya pun sedikit berkurang. Lalu, ia langsung menuju meja belajarnya dan mulai membuka buku biologinya. Hari ini entah mengapa Laurene enggan untuk turun ke bawah untuk makan. Hari ini Ia tidak merasa lapar, padahal rasanya tadi di sekolah ia hanya makan sedikit itupun makan makanan bekal dari mama; sepoton

    Last Updated : 2021-06-16
  • Laurene   9. Pilih Dia atau Dia

    Kring ... kring ... kring. Suara jam beker di atas meja belajarnya berbunyi membangunkan Laurene yang sedang tidur nyenyak. Masih dengan setengah sadar, ia segera bangun dari tempat tidurnya menuju meja belajar, dan mematikan jam bekernya. Jam di atas meja belajarnya itu menunjukkan pukul lima tepat. Haduh, ini pasti akibat semalam begadang jadi bawaannya malas banget untuk bangun pagi, rasanya masih ngantuk masih ingin bersembunyi di balik selimut yang hangat, tapi kalau gak bangun sekarang mana ada waktu lagi buat belajar ya. Nanti di kelas gimana kalo aku gak bisa ngerjain soal-soal atau gimana kalau tiba-tiba ada ulangan mendadak kayak kemarin. Aku harus segera cuci muka dan mulai belajar. Ayo semangat Laurene!

    Last Updated : 2021-06-25
  • Laurene   10. UKS

    Laurene membuka matanya, kepalanya terasa sangat pusing dan sekujur tubuhnya terasa lemas sekali.Laurene mencoba melihat sekelilingnya “Aku ada di mana ini?” kata Laurene perlahan, suaranya hampir tak terdengar. “Kamu sudah sadar, Ren?“ Ia seperti mengenal suara itu, ia mencoba membuka lebar kedua matanya, ternyata itu adalah suara Sella yang sedang duduk di samping tempat tidurnya. Laurene memandang sekitarnya sekali lagi, ia baru menyadari kalau saat ini ia sedang terbaring di tempat tidur di UKS. “Kenapa aku ada di sini, Sell?" tanya Laurene pada Sella. “Kamu tadi pingsan di parkiran, Ren.” Tiba-tiba ia mendengar suara lain dari samping kanannya. Ia langsung melihat pemilik s

    Last Updated : 2021-06-28
  • Laurene   11. Hari yang Gelap

    "Hati-hati Ren, pelan-pelan aja jalannya." Sella membantu Rene turun dari tempat tidur UKS itu, lalu memapahnya berjalan perlahan-lahan menuju ke kelas 10 MIA 3. "Ren, kamu yakin mau ikut pelajaran fisika sekarang?" tanya Sella sambil menatap wajah Rene dalam-dalam seakan tak yakin pada keinginan Laurene itu. Wajah Laurene masih terlihat pucat, ia juga masih terlihat lemah. "Iya Sell, aku mau ke kelas aja." balas Laurene sambil memegang tangan Sella dengan erat. "Tidak mau istirahat aja dulu, Ren?" tanya Sella lagi. "Gak deh Sell, aku dah gapapa kok. Aku mau ikut pelajaran aja." "Bener kamu udah kuat?" Sella masih belum yakin

    Last Updated : 2021-07-01
  • Laurene   12. Harus Pulang

    Entah sudah berapa lama Laurene tak sadarkan diri, dan entah sudah berapa lama pula ia terlelap dalam tidurnya yang tanpa mimpi itu. Akhirnya Laurene membuka matanya juga. "Puji Tuhan, akhirnya kamu sadar juga Ren." Laurene melihat Sella duduk di samping tempat tidurnya sambil menggenggam tangannya. Laurene melihat ada air mata yang membasahi kedua pipinya. "Kamu kenapa nangis, Sell?" tanya Laurene menatap bingung pada Sella. "Abis kamu pingsannya lama banget, kita semua di sini khawatir banget sama kamu, tapi untunglah sekarang kamu udah sadar." Sella pun memeluk sahabatnya itu dengan erat. Sella merasa sangat lega melihat sahabatnya itu akhirnya sadar juga. "Alhamdulilah, kamu

    Last Updated : 2021-07-09
  • Laurene   13. Surprise yang Aneh

    Laurene berbaring di tempat tidurnya yang nyaman dengan bedcover yang berwarna pink, ditemani sahabatnya Sella. Sella duduk di pinggir tempat tidur Laurene sambil memegang piring di tangannya yang berisi makanan yang dibuatkan mama khusus untuk Laurene, dan sebentar-sebentar Sella menyuapi makanan itu ke mulut Laurene. Dokter Adrian baru saja pulang, setelah selesai memeriksa Laurene. Tadi mama Laurene sangat cemas melihat kondisi putri kesayangannya itu, jadi mama langsung menelpon dokter Adrian. Dokter keluarga yang sudah sangat dikenalnya sejak ia masih kecil. Untunglah setelah memeriksa Laurene dokter Adrian tidak menemukan gejala penyakit yang serius di tubuh Laurene, Laurene hanya kecapean saja ditambah kurang makan dan kurang istirahat. Mama Laurene pun merasa sangat lega, demikian juga dengan Sella. "Aduuh Laurene, kamu

    Last Updated : 2021-07-15
  • Laurene   14. Hari Libur Sekolah

    Kring ... kring ... kring. Suara jam beker di atas meja kecil di samping tempat tidur Laurene berbunyi kencang, membuat Laurene terbangun dari tidurnya. Tadi malam Laurene tidur sangat nyenyak. Entah berapa jam ia sudah tertidur, terasa lama sekali. Pagi ini tubuhnya terasa lebih segar, walaupun masih sedikit pusing. Laurene ingin segera bangun dan mandi lalu bergegas berangkat ke sekolah seperti biasanya, tapi semua itu tidak jadi ia lakukan. Hari ini ia tidak bisa pergi ke sekolah, mama tidak mengizinkannya pergi ke sekolah. Kemarin dokter Adrian sudah membuatkan surat izin untuk tidak pergi ke sekolah agar Laurene hari ini dapat beristirahat di rumah. Mama juga sudah menitipkan surat dokter itu pada Sella untuk disampaikan ke Bu Lela, guru wali kelas mereka. Apa yang akan aku lakukan hari ini ya? Berdiam diri d

    Last Updated : 2021-07-22

Latest chapter

  • Laurene   19. Langit Orange Merah

    Cinta kadang tak butuh kata-kata ...Cinta adalah sebuah rasa ...Rasa yang indah tak terlukiskan oleh kata-kata ...Rasa yang kadang tak butuh rangkaian kata-kata indah Laurene melayangkan pandangannya ke penjuru kantin, tapi Sella belum terlihat. Ia ingat chat yang dikirim oleh Sella tadi katanya dia sudah sampai di kantin. Laurene terus melayangkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin, berharap Sella akan muncul tetapi hasilnya nihil. Sella kenapa belum kelihatan juga ya? Bukannya tadi dia sendiri yang bilang udah sampai di kantin. ApaSellabelum sampai ke kantin tapi dia bilang udah sampai kantin ya?Dasar nih anak, paling suka ngerjain deh! Kalau tahu Sella belum datang,

  • Laurene   18. Catatan Kecil untuk Shawn

    Keindahan yang terlihat di depan mata kadang kala hanyalah keindahan semu semata, yang mungkin saja akan sirna saat mentari tenggelam di balik kegelapan malam, dan menghilang saat gelap tersapu dan diterpa berkas cahaya mentari pagi hari yang merona... Sekarang sudah pukul tiga sore, tetapi Laurene belum bisa segera pulang ke rumahnya karena sore ini masih ada kegiatan ekskul paduan suara. Laurene membuka kunci pintu ruang musik, melangkah masuk, lalu meletakkan tas sekolahnya di atas meja di dalam ruang musik itu. Ruangan musik itu masih sepi, bahkan sangat sepi sehingga detik-detik jarum jam di dinding ruangan itu terdengar sangat jelas olehnya. Detik-detik jarum jam tersebut terus berdentang tiada hentinya, sesaat telah menyadarkan Laurene bahwa waktu terus berputar meninggalkan detik demi detik di belakangnya, dan

  • Laurene   17. Tak Percaya

    Laurene masuk ke dalam kamarnya. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Laurene. Hari pertama ia masuk sekolah kembali setelah dua hari harus istirahat di rumah. Banyak catatan pelajaran yang tertinggal yang harus ia catat, ada juga beberapa tugas susulan yang harus segera ia selesaikan. Untunglah tubuhnya sudah lumayan pulih kembali, dan pusing di kepalanya pun sudah menghilang. Ia membawa segelas susu hangat dan roti rasa kopi yang tadi dibuatkan mama untuknya, lalu meletakkannya di atas meja belajarnya. Susu vanilla yang hangat terasa nyaman mengalir di tenggorokannya, namun roti rasa kopi di hadapannya tidak terlalu membuatnya berselera seperti biasanya. Terbayang kembali kejadian di sekolah tadi siang, terbayang kembali semua kata demi kata dari cerita Sella padanya tadi di ruang padus. Mereka berdua sengaja ngumpet di

  • Laurene   16. Telpon dari Sella

    Laurene baru keluar dari kamar mandi, baru selesai mandi sore. Tubuhnya terasa jauh lebih segar sore ini. Air hangat yang tadi mengguyur tubuhnya, membuat sekujur tubuhnya sekarang terasa lebih segar. Ditambah dengan tidur yang cukup semalam, asupan makanan yang bergizi dan vitamin dari dokter Adrian. Sore ini, Laurene benar-benar merasa jauh lebih sehat. Kepalanya sudah tidak terasa pusing lagi, dan tubuhnya juga tidak terasa lemas tak bertenaga lagi. Ia merasa semuanya terasa jauh lebih baik. Laurene mulai merapikan buku-buku pelajarannya, lalu ia melihat jadwal pelajaran untuk besok, dan memasukkan buku-buku yang harus dibawanya ke sekolah besok. Ia memeriksa kembali semua pekerjaan rumahnya untuk besok, untunglah pekerjaan rumah buat besok sudah selesai ia kerjakan semuanya. Besok aku akan masuk sekolah kembali. Tidak

  • Laurene   15. Jarak yang Tak Berjarak

    Kadang jarak itu sulit didefinisikan ....Dekat tak berjarak kadang justru membuat jarak ....Jauh berjarak kadang membuat tak ada jarak. Laurene sudah mencoba untuk tidur kembali, tapi matanya tidak mau diajak kompromi. Ia tidak bisa tidur kembali. Ia pun bangun dari tempat tidurnya, dan minum susu panas yang dibuatkan mama untuknya, lalu menyalakan laptopnya dan memutar lagu dari penyanyi kesayangannya, Taylor Swift. Laurene mencoba merapikan meja belajarnya, satu demi satu buku-buku yang berserakan di atas meja belajarnya itu dirapikannya. Laurene memandang boneka teddy bear warna pink di lantai di samping lemari bukunya itu, di sana masih tergeletak beberapa balon yang berwarna warni di samping boneka teddy bear yang besar itu. Ia melihat kembali kartu ucap

  • Laurene   14. Hari Libur Sekolah

    Kring ... kring ... kring. Suara jam beker di atas meja kecil di samping tempat tidur Laurene berbunyi kencang, membuat Laurene terbangun dari tidurnya. Tadi malam Laurene tidur sangat nyenyak. Entah berapa jam ia sudah tertidur, terasa lama sekali. Pagi ini tubuhnya terasa lebih segar, walaupun masih sedikit pusing. Laurene ingin segera bangun dan mandi lalu bergegas berangkat ke sekolah seperti biasanya, tapi semua itu tidak jadi ia lakukan. Hari ini ia tidak bisa pergi ke sekolah, mama tidak mengizinkannya pergi ke sekolah. Kemarin dokter Adrian sudah membuatkan surat izin untuk tidak pergi ke sekolah agar Laurene hari ini dapat beristirahat di rumah. Mama juga sudah menitipkan surat dokter itu pada Sella untuk disampaikan ke Bu Lela, guru wali kelas mereka. Apa yang akan aku lakukan hari ini ya? Berdiam diri d

  • Laurene   13. Surprise yang Aneh

    Laurene berbaring di tempat tidurnya yang nyaman dengan bedcover yang berwarna pink, ditemani sahabatnya Sella. Sella duduk di pinggir tempat tidur Laurene sambil memegang piring di tangannya yang berisi makanan yang dibuatkan mama khusus untuk Laurene, dan sebentar-sebentar Sella menyuapi makanan itu ke mulut Laurene. Dokter Adrian baru saja pulang, setelah selesai memeriksa Laurene. Tadi mama Laurene sangat cemas melihat kondisi putri kesayangannya itu, jadi mama langsung menelpon dokter Adrian. Dokter keluarga yang sudah sangat dikenalnya sejak ia masih kecil. Untunglah setelah memeriksa Laurene dokter Adrian tidak menemukan gejala penyakit yang serius di tubuh Laurene, Laurene hanya kecapean saja ditambah kurang makan dan kurang istirahat. Mama Laurene pun merasa sangat lega, demikian juga dengan Sella. "Aduuh Laurene, kamu

  • Laurene   12. Harus Pulang

    Entah sudah berapa lama Laurene tak sadarkan diri, dan entah sudah berapa lama pula ia terlelap dalam tidurnya yang tanpa mimpi itu. Akhirnya Laurene membuka matanya juga. "Puji Tuhan, akhirnya kamu sadar juga Ren." Laurene melihat Sella duduk di samping tempat tidurnya sambil menggenggam tangannya. Laurene melihat ada air mata yang membasahi kedua pipinya. "Kamu kenapa nangis, Sell?" tanya Laurene menatap bingung pada Sella. "Abis kamu pingsannya lama banget, kita semua di sini khawatir banget sama kamu, tapi untunglah sekarang kamu udah sadar." Sella pun memeluk sahabatnya itu dengan erat. Sella merasa sangat lega melihat sahabatnya itu akhirnya sadar juga. "Alhamdulilah, kamu

  • Laurene   11. Hari yang Gelap

    "Hati-hati Ren, pelan-pelan aja jalannya." Sella membantu Rene turun dari tempat tidur UKS itu, lalu memapahnya berjalan perlahan-lahan menuju ke kelas 10 MIA 3. "Ren, kamu yakin mau ikut pelajaran fisika sekarang?" tanya Sella sambil menatap wajah Rene dalam-dalam seakan tak yakin pada keinginan Laurene itu. Wajah Laurene masih terlihat pucat, ia juga masih terlihat lemah. "Iya Sell, aku mau ke kelas aja." balas Laurene sambil memegang tangan Sella dengan erat. "Tidak mau istirahat aja dulu, Ren?" tanya Sella lagi. "Gak deh Sell, aku dah gapapa kok. Aku mau ikut pelajaran aja." "Bener kamu udah kuat?" Sella masih belum yakin

DMCA.com Protection Status