Home / Romansa / Laurene / 3. Telat masuk kelas

Share

3. Telat masuk kelas

last update Last Updated: 2021-06-01 18:30:36

Tidak terasa Laurene pun sampai di depan pintu kelas 10 MIA 3. Jantungnya saat ini benar-benar tak bisa dikendalikan, berdebar tak menentu.

Hari ini adalah hari rabu artinya hari ini akan diawali dengan kelas Pak Dito. Pak Dito adalah guru biologi yang super galak. Ia mengajar di kelas 10 MIA 3 dan 10 MIA 4, tapi ia akan masuk ke kelas MIA 4 saat jam pelajaran ke-3 dan ke-4 setelah dari kelas Laurene.

"Laurene, are you okay?"

Laurene pun menengok ke belakangnya, ia seakan lupa dengan sosok cowok tampan di belakangnya itu, yang tadi berjanji mengantarnya ke kelas, dan akan menjelaskan kepada guru biologinya yang galak ini.Ia pun segera menjawab pertanyaan Shawn dengan gugup.

"I'm ok, I'm oka ... okay."

"Haha. Kamu sedang tidak baik-baik saja, Laurene." ujar Shawn kepada Laurene.

Laurene melihat tangan Shawn yang tadinya ada di dalam saku celananya, sekarang bergerak mendekat ke arahnya. Ia bingung apa yang akan dilakukan Shawn. Jantung Laurene pun berdetak dua kali lebih cepat seperti akan melompat keluar.Ia melihat sekilas ke arah kelas, ada tatapan tajam yang sedang mengamatinya. Laurene menyadari keberadaannya yaitu Tony. Laurene masih saja fokus memandang Tony yang sepertinya tidak suka dirinya bersama Shawn, lalu seketika ia merasa tangan Shawn mengusap dahinya dengan sapu tangannya.

Aduh, ini Shawn ngapain lagi sih! Gimana kalau sampai yang lain melihat aku dan Shawn? Apalagi kalau sampai Pak Dito lihat. Gimana ini? Mungkin aku bisa dikeluarkan dari sekolah ini  karena dikira bolos pelajaran biologi dan bermesraan di depan kelas, gumam Laurene dalam hati.

Shawn masih mengusap dahi Laurene dengan sapu tangannya. Seketika ia merasa seperti ingin pingsan karena belum ada cowok yang bersikap seperti ini kepadanya, dan ia pun seketika refleks melangkah mundur.

"Maaf Laurene, ada keringat tadi di dahimu."

"Eh, eng ... engga usah Shawn. Biar aku sendiri saja." Laurene mengambil saputangan dari tangan Shawn dan mengusap keringat di dahinya.

"Aku akan mengembalikan saputanganmu nanti kalau sudah aku cuci."

"Tidak usah Laurene, buat kamu saja."

"Eh ga Shawn, jangan! Ini punyamu, aku akan tetap mengembalikannya nanti."

"Baiklah kalau itu mau kamu Laurene, tapi kamu tidak usah gugup begitu, aku akan bilang ke Pak Dito alasan mengapa kamu telat." Laurene pun menganggukkan kepalanya.

"Kalau bukan karena aku, mungkin kamu tidak akan terlambat Laurene."

"Eh, ini bukan salahmu Shawn. Aku yang tidak melihat jalan jadinya menabrak kamu. Sudahlah jangan dibahas lagi, ayo masuk!"

"Permisi pak."

"Iya, siapa ya?"

Laurene melihat muka Pak Dito yang sepertinya tidak bersahabat seperti ingin memarahinya. Shawn pun langsung ambil posisi berdiri di samping Laurene.

"Laurene! Kenapa kamu sekarang baru datang! Lupa pelajaran saya dimulai satu jam yang lalu? Iya?" perkataan Pak Dito seperti hendak menelan dirinya. Laurene ingin meminta maaf, tapi suaranya tidak mau keluar hanya sampai ditenggorokan tiba-tiba Shawn sudah mendahuluinya.

"Maaf pak, saya Shawn kelas 10 MIA 4. Saya yang sudah menyebabkan Laurene terlambat Pak, bukan salah Laurene. Semua karena saya, saya yang bersalah Pak."

"Oh, kamu anak baru itu ya? Kok bisa begitu?"

"Begini Pak, saat Laurene sedang berlari mau menuju ke kelasnya, saya tidak melihat jalan lalu menabraknya, akhirnya Laurene jatuh dan tangannya terluka dan memar. Jadi tadi saya langsung memaksa Laurene ke UKS. Sebenarnya dia menolak, takut telat masuk kelas Biologi katanya, tapi saya harus bertanggung jawab Pak karena saya yang menyebabkan dia jatuh dan luka memar pada tangannya jadi saya harus mengobati luka dan memar itu, kalau tidak segera diobati takutnya infeksi dan ia tidak dapat menulis Pak."

Ia melihat raut wajah pak Dito tidak seseram sebelumnya,apa Pak Dito menerima penjelasan Shawn ya? Apa Pak Dito akan memaafkan dirinya atau ia akan mendapat hukuman karena telat pada kelas beliau? Laurene hanya bisa berdoa semoga Pak Dito memaafkannya. Laurene melihat Pak Dito mau berbicara, tapi langsung dipotong dengan suara ramai anak-anak cewek yang ada di kelasnya itu. Mereka membicarakan Shawn.

"Aduh, beruntung banget sih si cewek kutu buku itu! Nabrak pangeran, udah gitu diobati pula. Gapapa deh gw mah rela dimarahin sama Pak Dito pun, asal bisa deket sama tuh anak baru itu. Apalagi bisa minta nomor teleponnya."

"Pagi ini cerah banget ya, ketemu sama cowok ganteng. Emang gw lagi butuh pencerahan di sela-sela pelajaran."

"Cowok, udah punya pacar belum? Pasti belum kan? Udah sama Dira aja."

"Kayaknya tuh cowok pinter, boleh juga tuh. Pepet aja ah. Siapa tahu bisa dibantuin belajar."

Ia melihat tatapan semua anak cewek di kelasnya sepertinya sedang mengagumi ketampanan Shawn. Yang bisa ia lakukan hanyalah diam.

"Semuanya diamm!" Tiba-tiba terdengar suara Pak Dito berteriak keras, seketika kelas menjadi sepi.

"Untuk Laurene ... ya sudah saya maafkan kamu, tapi lain kali tidak ada kata telat lagi ya! Saya paling tidak suka ada anak yang telat di jam pelajaran saya. Kalian ini harus disiplin. Bangun harus pagi, dan pergi ke sekolah harus lebih awal. Sebelum masuk kelas review dulu apa yang sudah diajarkan guru, bukan bercanda. Mengerti semuanya?" Pak Dito memulai ceramahnya lagi.

"Mengerti Pak." Teman sekelasnya menjawab serentak seperti kelompok paduan suara.

"Ya sudah, Laurene lain kali perhatikan jalanmu! Jangan sampai jatuh lagi! Sekarang kamu boleh duduk."

"Baik Pak, terima kasih."

Laurene segera beranjak menuju ke mejanya. Sella langsung menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan oleh Laurene, tetapi ia hanya memilih untuk diam dan ia berencana akan menceritakan semuanya pada Sella saat istirahat nanti.

"Untuk kamu Shawn, silakan masuk ke kelas sebelah."

"Baik pak, terima kasih. Saya minta maaf telah menganggu waktu bapak."

"Tidak apa-apa. Selamat datang ya di sekolah kami, semoga kamu betah."

"Terima kasih, pak. Saya permisi dulu." ujar Shawn melempar senyum pada Laurene, lalu berjalan ke luar kelas.

Laurene melihat senyum khas Shawn yang tertuju kepadanya, seketika kelas yang tadinya sudah diam menjadi berisik lagi karena momen itu. Ia mendengar teman-temannya yang membicarakan dirinya dan Shawn.

"Wih, Laurene dapat gebetan ganteng banget, kenalin dong Ren."

"Iya. Beruntung banget sih."

"Kok bisa sih cowok sekeren Shawn dekat sama cewek kayak dia?"

"Sudah, sudah. Sekarang kalian tutup bukunya dan siapkan selembar kertas, kita ulangan harian yang pertama." ucap Pak Dito dengan tegas.

Mendengar hal itu seisi kelas terdiam dan ia pun kaget,tapi untunglah semalam ia sudah belajar biologi. Lebih tepatnya ia selalu belajar pelajaran buat besok sampai sering tidur larut malam bahkan pernah ia tidak tidur semalaman. Hehe.

Dengan percaya diri,ia mengeluarkan selembar kertas, tak lupa ia berdoa agar ia bisa mengerjakan semua soal yang diberikan Pak Dito. Kira-kira tiga puluh menit pak Dito sudah selesai mendikte soalnya. Dengan segera ia melihat soal pertama, ia merasa soal itu mudah. Kurang lebih 3 menit, ia sudah menyelesaikan soal nomor 1, beralih ke soal nomor 2, dan semua begitu mudah ia lewati. Begitu sampai ke soal nomor 15. Untung yang sudah ia pelajari semalam semuanya keluar di ulangan kali ini.

"Pak, saya sudah selesai."

"Wah, apa benar sudah selesai? Masih ada waktu tiga puluh menit lagi."

"Sudah pak."

"Baik. Bawa kemari kertas ulanganmu, saya akan langsung memeriksanya."

Ia beranjak dari tempat duduknya menuju meja Pak Dito, menyerahkan kertas ulangannya dan menunggu pak Dito memeriksanya. Selama Pak Dito memeriksa kertas ulangannya ia pun berdoa dalam hati semoga dapat nilai sempurna. Melihat Pak Dito berhenti memeriksa, lebih tepatnya sudah selesai, membuatnya panas dingin. Ia hanya berharap kabar baik yang akan diucapkan Pak Dito.

"Laurene, saya tidak menyangka kamu dapat hasil yang benar-benar ba ...."

"Paling juga remedial pak, mana mungkin dia bisa ngerjain soal susah kayak begini." ujar Rita, teman sekelasnya yang dijuluki 'miss perfect' oleh teman-temannya.

Ia mendengar apa yang baru diucapkan oleh si 'miss perfect' itu, tapi ia hanya bisa diam dan bersabar. Entah mengapa anak ini selalu seperti itu padanya. Laurene hanya menghela nafas, dan menunggu jawaban dari Pak Dito.

"Kamu tidak boleh berkata seperti itu Rita, tidak baik. Hasil ulangan Laurene ini sempurna. Benar-benar sempurna. Selamat ya Laurene, kamu mendapat nilai 100 di mata pelajaran saya. Pertahankan nilaimu."

"Terima kasih, pak. Saya akan berusaha untuk mempertahankannya."

Ia benar-benar tidak menyangka akan mendapat nilai sempurna di ulangan pertama pada mata pelajaran biologi. Tak sia-sia ia belajar semalam.

"Sama-sama. Kamu boleh istirahat duluan, Laurene."

"Terima kasih, pak." Sekali lagi Laurene mengucapkan terima kasih pada Pak Dito.

Related chapters

  • Laurene   4. Setelah Kelas Biologi

    Langkah kakinya menuju arah pintu keluar kelas, ia melihat ke kiri dan ke kanan, suasana masih tampak sepi karena jam pelajaran masih berlangsung, dan bel istirahat pun belum berbunyi. Akhirnya dia memutuskan untuk menunggu Sella, teman sebangkunya yang masih sibuk mengerjakan soal-soal ulangan biologi dari Pak Dito di dalam kelas, tetapi tiba-tiba ia melihat ada seseorang yang menyusulnya keluar dari kelas, dan orang itu adalah Tony. Tony menatap ke arah nya dengan tajam. Tony kenapa ya? Belum sempat Laurene berpikir untuk menjawab pertanyaan yang berkecamuk di dalam hatinya tiba-tiba Tony menarik tangannya. "Ikut aku!"seru Tony sambil menggenggam erat pergelangan tangannya. "Apaan sih Tony! Aku gak mau! Lepasin tanganku, sakit tau!" "Aku gak peduli!" jawab Tony ketus tanpa melihat

    Last Updated : 2021-06-01
  • Laurene   5. Library

    Sekarang Ia dan Shawn sudah berada di perpustakaan sekolah. Berada di perpustakaan membuat hati Laurene merasa senang, suasana yang tenang dan sepi sangat disukainya, membuat ia merasa nyaman dan lebih konsentrasi untuk belajar. "Shawn, aku cari buku referensi untuk pelajaran bahasa inggris dulu ya." "Ya ampun Laurene, kita kan baru sampe baru aja duduk." "Aku kesini kan mau cari buku bukannya mau duduk-duduk. Ngapain juga kesini cuma buat ngeliatin buku-buku dari jauh, ya baca lah." "Kamu aja yang duduk Shawn, ga usah ikut denganku. Aku mau mencari buku referensi Bahasa Inggris dulu. Kamu tunggu di sini aja, aku akan segera kembali." "Haha, beneran? Kamu ga mau aku bantuin?"

    Last Updated : 2021-06-01
  • Laurene   6. Classroom

    Akhirnya Laurene pun sampai di depan pintu ruangan kelasnya 10 MIA 3, masih dengan Shawn yang mengikuti di belakangnya. Matanya melihat ke dalam kelas, memastikan bahwa guru PPKN belum datang, dan untunglah guru PPKNnya memang belum datang. Ia pun merasa sangat lega. "Laurene, guru kamu belum datang kan?" Laurene pun menoleh ke belakang, Shawn masih berdiri persis di belakangnya. "Iya Shawn, belum datang." jawab Laurene pada Shawn. "Masih aman kok. Makasih ya Shawn karena udah mau nganter aku sampai kelas." "Sama-sama Laurene. Aku juga terima kasih karena kamu sudah mau belajar bareng aku tadi di perpustakaan." "No problemShawn, aku juga senang kok bisa belajar ba

    Last Updated : 2021-06-01
  • Laurene   7. Setelah Ekskul Padus

    Laurene melihat jam tangan putih yang melingkar di tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul lima lewat empat puluh lima menit. Ia baru saja selesai ekskul padus. "Ren, duluan ya." "Eh iya, Don. Makasih ya udah bantuin beres-beres." "Iya, sama-sama Ren. Sampai jumpa." "Sampai jumpa, Don. Bye." Dona adalah teman anggota padus, ia selalu rajin membantu Laurene membereskan ruang musik setiap kali mereka selesai latihan padus. Sebagai ketua Ceria Choir, Laurene selalu pulang paling akhir dan paling sore karena harus membereskan ruang musik, untung saja ia mempunyai teman-teman yang baik yang selalu membantunya. Setelah selesai

    Last Updated : 2021-06-15
  • Laurene   8. Amazing Night

    Mandi adalah hal pertama yang ingin Laurene lakukan saat masuk ke kamarnya. Badannya sudah terasa lengket berkeringat karena seharian di sekolah. Ia benar-benar harus menyiapkan ekstra energi pada setiap hari rabu, kamis dan hari senin karena setelah kelas ada kegiatan ekskul sampai sore bahkan kadang-kadang hingga malam hari, apalagi kalau ada acara lomba, benar-benar melelahkan. Ia langsung menaruh tas sekolahnya di atas meja belajarnya dan segera melesat menuju ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, badannya terasa segar dan lelahnya pun sedikit berkurang. Lalu, ia langsung menuju meja belajarnya dan mulai membuka buku biologinya. Hari ini entah mengapa Laurene enggan untuk turun ke bawah untuk makan. Hari ini Ia tidak merasa lapar, padahal rasanya tadi di sekolah ia hanya makan sedikit itupun makan makanan bekal dari mama; sepoton

    Last Updated : 2021-06-16
  • Laurene   9. Pilih Dia atau Dia

    Kring ... kring ... kring. Suara jam beker di atas meja belajarnya berbunyi membangunkan Laurene yang sedang tidur nyenyak. Masih dengan setengah sadar, ia segera bangun dari tempat tidurnya menuju meja belajar, dan mematikan jam bekernya. Jam di atas meja belajarnya itu menunjukkan pukul lima tepat. Haduh, ini pasti akibat semalam begadang jadi bawaannya malas banget untuk bangun pagi, rasanya masih ngantuk masih ingin bersembunyi di balik selimut yang hangat, tapi kalau gak bangun sekarang mana ada waktu lagi buat belajar ya. Nanti di kelas gimana kalo aku gak bisa ngerjain soal-soal atau gimana kalau tiba-tiba ada ulangan mendadak kayak kemarin. Aku harus segera cuci muka dan mulai belajar. Ayo semangat Laurene!

    Last Updated : 2021-06-25
  • Laurene   10. UKS

    Laurene membuka matanya, kepalanya terasa sangat pusing dan sekujur tubuhnya terasa lemas sekali.Laurene mencoba melihat sekelilingnya “Aku ada di mana ini?” kata Laurene perlahan, suaranya hampir tak terdengar. “Kamu sudah sadar, Ren?“ Ia seperti mengenal suara itu, ia mencoba membuka lebar kedua matanya, ternyata itu adalah suara Sella yang sedang duduk di samping tempat tidurnya. Laurene memandang sekitarnya sekali lagi, ia baru menyadari kalau saat ini ia sedang terbaring di tempat tidur di UKS. “Kenapa aku ada di sini, Sell?" tanya Laurene pada Sella. “Kamu tadi pingsan di parkiran, Ren.” Tiba-tiba ia mendengar suara lain dari samping kanannya. Ia langsung melihat pemilik s

    Last Updated : 2021-06-28
  • Laurene   11. Hari yang Gelap

    "Hati-hati Ren, pelan-pelan aja jalannya." Sella membantu Rene turun dari tempat tidur UKS itu, lalu memapahnya berjalan perlahan-lahan menuju ke kelas 10 MIA 3. "Ren, kamu yakin mau ikut pelajaran fisika sekarang?" tanya Sella sambil menatap wajah Rene dalam-dalam seakan tak yakin pada keinginan Laurene itu. Wajah Laurene masih terlihat pucat, ia juga masih terlihat lemah. "Iya Sell, aku mau ke kelas aja." balas Laurene sambil memegang tangan Sella dengan erat. "Tidak mau istirahat aja dulu, Ren?" tanya Sella lagi. "Gak deh Sell, aku dah gapapa kok. Aku mau ikut pelajaran aja." "Bener kamu udah kuat?" Sella masih belum yakin

    Last Updated : 2021-07-01

Latest chapter

  • Laurene   19. Langit Orange Merah

    Cinta kadang tak butuh kata-kata ...Cinta adalah sebuah rasa ...Rasa yang indah tak terlukiskan oleh kata-kata ...Rasa yang kadang tak butuh rangkaian kata-kata indah Laurene melayangkan pandangannya ke penjuru kantin, tapi Sella belum terlihat. Ia ingat chat yang dikirim oleh Sella tadi katanya dia sudah sampai di kantin. Laurene terus melayangkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin, berharap Sella akan muncul tetapi hasilnya nihil. Sella kenapa belum kelihatan juga ya? Bukannya tadi dia sendiri yang bilang udah sampai di kantin. ApaSellabelum sampai ke kantin tapi dia bilang udah sampai kantin ya?Dasar nih anak, paling suka ngerjain deh! Kalau tahu Sella belum datang,

  • Laurene   18. Catatan Kecil untuk Shawn

    Keindahan yang terlihat di depan mata kadang kala hanyalah keindahan semu semata, yang mungkin saja akan sirna saat mentari tenggelam di balik kegelapan malam, dan menghilang saat gelap tersapu dan diterpa berkas cahaya mentari pagi hari yang merona... Sekarang sudah pukul tiga sore, tetapi Laurene belum bisa segera pulang ke rumahnya karena sore ini masih ada kegiatan ekskul paduan suara. Laurene membuka kunci pintu ruang musik, melangkah masuk, lalu meletakkan tas sekolahnya di atas meja di dalam ruang musik itu. Ruangan musik itu masih sepi, bahkan sangat sepi sehingga detik-detik jarum jam di dinding ruangan itu terdengar sangat jelas olehnya. Detik-detik jarum jam tersebut terus berdentang tiada hentinya, sesaat telah menyadarkan Laurene bahwa waktu terus berputar meninggalkan detik demi detik di belakangnya, dan

  • Laurene   17. Tak Percaya

    Laurene masuk ke dalam kamarnya. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Laurene. Hari pertama ia masuk sekolah kembali setelah dua hari harus istirahat di rumah. Banyak catatan pelajaran yang tertinggal yang harus ia catat, ada juga beberapa tugas susulan yang harus segera ia selesaikan. Untunglah tubuhnya sudah lumayan pulih kembali, dan pusing di kepalanya pun sudah menghilang. Ia membawa segelas susu hangat dan roti rasa kopi yang tadi dibuatkan mama untuknya, lalu meletakkannya di atas meja belajarnya. Susu vanilla yang hangat terasa nyaman mengalir di tenggorokannya, namun roti rasa kopi di hadapannya tidak terlalu membuatnya berselera seperti biasanya. Terbayang kembali kejadian di sekolah tadi siang, terbayang kembali semua kata demi kata dari cerita Sella padanya tadi di ruang padus. Mereka berdua sengaja ngumpet di

  • Laurene   16. Telpon dari Sella

    Laurene baru keluar dari kamar mandi, baru selesai mandi sore. Tubuhnya terasa jauh lebih segar sore ini. Air hangat yang tadi mengguyur tubuhnya, membuat sekujur tubuhnya sekarang terasa lebih segar. Ditambah dengan tidur yang cukup semalam, asupan makanan yang bergizi dan vitamin dari dokter Adrian. Sore ini, Laurene benar-benar merasa jauh lebih sehat. Kepalanya sudah tidak terasa pusing lagi, dan tubuhnya juga tidak terasa lemas tak bertenaga lagi. Ia merasa semuanya terasa jauh lebih baik. Laurene mulai merapikan buku-buku pelajarannya, lalu ia melihat jadwal pelajaran untuk besok, dan memasukkan buku-buku yang harus dibawanya ke sekolah besok. Ia memeriksa kembali semua pekerjaan rumahnya untuk besok, untunglah pekerjaan rumah buat besok sudah selesai ia kerjakan semuanya. Besok aku akan masuk sekolah kembali. Tidak

  • Laurene   15. Jarak yang Tak Berjarak

    Kadang jarak itu sulit didefinisikan ....Dekat tak berjarak kadang justru membuat jarak ....Jauh berjarak kadang membuat tak ada jarak. Laurene sudah mencoba untuk tidur kembali, tapi matanya tidak mau diajak kompromi. Ia tidak bisa tidur kembali. Ia pun bangun dari tempat tidurnya, dan minum susu panas yang dibuatkan mama untuknya, lalu menyalakan laptopnya dan memutar lagu dari penyanyi kesayangannya, Taylor Swift. Laurene mencoba merapikan meja belajarnya, satu demi satu buku-buku yang berserakan di atas meja belajarnya itu dirapikannya. Laurene memandang boneka teddy bear warna pink di lantai di samping lemari bukunya itu, di sana masih tergeletak beberapa balon yang berwarna warni di samping boneka teddy bear yang besar itu. Ia melihat kembali kartu ucap

  • Laurene   14. Hari Libur Sekolah

    Kring ... kring ... kring. Suara jam beker di atas meja kecil di samping tempat tidur Laurene berbunyi kencang, membuat Laurene terbangun dari tidurnya. Tadi malam Laurene tidur sangat nyenyak. Entah berapa jam ia sudah tertidur, terasa lama sekali. Pagi ini tubuhnya terasa lebih segar, walaupun masih sedikit pusing. Laurene ingin segera bangun dan mandi lalu bergegas berangkat ke sekolah seperti biasanya, tapi semua itu tidak jadi ia lakukan. Hari ini ia tidak bisa pergi ke sekolah, mama tidak mengizinkannya pergi ke sekolah. Kemarin dokter Adrian sudah membuatkan surat izin untuk tidak pergi ke sekolah agar Laurene hari ini dapat beristirahat di rumah. Mama juga sudah menitipkan surat dokter itu pada Sella untuk disampaikan ke Bu Lela, guru wali kelas mereka. Apa yang akan aku lakukan hari ini ya? Berdiam diri d

  • Laurene   13. Surprise yang Aneh

    Laurene berbaring di tempat tidurnya yang nyaman dengan bedcover yang berwarna pink, ditemani sahabatnya Sella. Sella duduk di pinggir tempat tidur Laurene sambil memegang piring di tangannya yang berisi makanan yang dibuatkan mama khusus untuk Laurene, dan sebentar-sebentar Sella menyuapi makanan itu ke mulut Laurene. Dokter Adrian baru saja pulang, setelah selesai memeriksa Laurene. Tadi mama Laurene sangat cemas melihat kondisi putri kesayangannya itu, jadi mama langsung menelpon dokter Adrian. Dokter keluarga yang sudah sangat dikenalnya sejak ia masih kecil. Untunglah setelah memeriksa Laurene dokter Adrian tidak menemukan gejala penyakit yang serius di tubuh Laurene, Laurene hanya kecapean saja ditambah kurang makan dan kurang istirahat. Mama Laurene pun merasa sangat lega, demikian juga dengan Sella. "Aduuh Laurene, kamu

  • Laurene   12. Harus Pulang

    Entah sudah berapa lama Laurene tak sadarkan diri, dan entah sudah berapa lama pula ia terlelap dalam tidurnya yang tanpa mimpi itu. Akhirnya Laurene membuka matanya juga. "Puji Tuhan, akhirnya kamu sadar juga Ren." Laurene melihat Sella duduk di samping tempat tidurnya sambil menggenggam tangannya. Laurene melihat ada air mata yang membasahi kedua pipinya. "Kamu kenapa nangis, Sell?" tanya Laurene menatap bingung pada Sella. "Abis kamu pingsannya lama banget, kita semua di sini khawatir banget sama kamu, tapi untunglah sekarang kamu udah sadar." Sella pun memeluk sahabatnya itu dengan erat. Sella merasa sangat lega melihat sahabatnya itu akhirnya sadar juga. "Alhamdulilah, kamu

  • Laurene   11. Hari yang Gelap

    "Hati-hati Ren, pelan-pelan aja jalannya." Sella membantu Rene turun dari tempat tidur UKS itu, lalu memapahnya berjalan perlahan-lahan menuju ke kelas 10 MIA 3. "Ren, kamu yakin mau ikut pelajaran fisika sekarang?" tanya Sella sambil menatap wajah Rene dalam-dalam seakan tak yakin pada keinginan Laurene itu. Wajah Laurene masih terlihat pucat, ia juga masih terlihat lemah. "Iya Sell, aku mau ke kelas aja." balas Laurene sambil memegang tangan Sella dengan erat. "Tidak mau istirahat aja dulu, Ren?" tanya Sella lagi. "Gak deh Sell, aku dah gapapa kok. Aku mau ikut pelajaran aja." "Bener kamu udah kuat?" Sella masih belum yakin

DMCA.com Protection Status