Beranda / Romansa / Laurene / 4. Setelah Kelas Biologi

Share

4. Setelah Kelas Biologi

Penulis: Audreynatasha20
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-01 18:31:21

Langkah kakinya menuju arah pintu keluar kelas, ia melihat ke kiri dan ke kanan, suasana masih tampak sepi karena jam pelajaran masih berlangsung, dan bel istirahat pun belum berbunyi. Akhirnya dia memutuskan untuk menunggu Sella, teman sebangkunya yang masih sibuk mengerjakan soal-soal ulangan biologi dari Pak Dito di dalam kelas, tetapi tiba-tiba ia melihat ada seseorang yang menyusulnya keluar dari kelas, dan orang itu adalah Tony. Tony menatap ke arah nya dengan tajam. Tony kenapa ya? Belum sempat Laurene berpikir untuk menjawab pertanyaan yang berkecamuk di dalam hatinya tiba-tiba Tony menarik tangannya.

"Ikut aku!"seru Tony sambil menggenggam erat pergelangan tangannya.

"Apaan sih Tony! Aku gak mau! Lepasin tanganku, sakit tau!"

"Aku gak peduli!" jawab Tony ketus tanpa melihat kearah dan menarik tangan Laurene.

Tangannya digenggam sangat erat oleh Tony, alhasil ia tidak bisa kemana-mana. Laurene hanya bisa mengikuti langkah kaki Tony. Tony melangkah ke arah taman yang terletak di belakang sekolah.

"Rene, aku ga suka ya kamu dekat-dekat dengan anak baru itu! "

"Mak... maksud kamu... Shawn?" ucapnya dengan suara yang hampir tak terdengar dengan pandangan penuh tanda tanya pada Tony.

"Iya, anak baru itu! Aku ga suka kamu dekat-dekat dengannya! Kamu menyebut namanya saja aku tidak suka! "

Apa-apaan sih nih si Tony! Kok ngebentak-bentak kayak gitu. Rasanya tidak pernah ia seperti ini sebelumnya.

"Kamu apa-apaan sih, Tony! Kok kamu ngatur-ngatur aku kaya gitu?" Laurene pun mulai merasa kesal pada Tony.

"Kita kan sekarang udah sama-sama gede, boleh dong aku berteman dengan siapa aja yang aku suka. Kamu ga bisa dong terus-terusan mengatur aku, dan memaksaku untuk terus berteman hanya dengan kamu aja."

"Tapi Rene, aku gak suka sama anak baru itu! Aku mau mulai sekarang kamu jauhi dia. Dia bukan cowok yang baik untuk kamu, Rene."

"Dari mana kamu tahu kalau Shawn bukan cowok yang baik? Kamu aja gak kenal sama dia!"

"Aku tahu kok cowok yang baik dan yang tidak baik. Kamu tidak boleh sembarangan menuduh orang lain seperti itu, apalagi kalau kamu belum kenal sama orang itu."

"Pokoknya aku bilang kamu gak boleh dekat-dekat sama dia lagi, titik!"

"Kamu gak bisa dong ngatur-ngatur aku,Ton. Aku aja gak pernah kan ngatur-ngatur kamu. Kamu mau temenan sama siapa aja, aku gak pernah melarang kamu."

"Dari kecil kamu selalu suka ngatur-ngatur aku, aku bosan."

"Pokoknya kamu tidak boleh dekat-dekat sama anak baru itu lagi! Titik!"

"Serah-serah aku lah,Ton. Kenapa kamu jadi marah-marah gitu sama aku?"

"Aku bilang dia bukan cowok baik-baik, Rene!"

"Terus cowok yang baik tuh yang gimana? Semua cowok selalu kamu bilang gak baik, gak baik inilah, gak baik itulah." Tony pun hanya terdiam tidak bisa berkata-kata.

"Cowok yang baik emang yang kaya kamu gitu? Yang bisanya cuma bikin tanganku sakit kayak gini. Lihat ini, lihat! Sampai berbekas gini tangan aku. Emangnya kamu pikir gak sakit apa!" Bola matanya mulai berkaca-kaca, terasa sakit di pergelangan tangannya, tapi rasa sakit itu juga telah menusuk ke dalam hatinya.

"Maaf, aku gak sengaja,Rene." Tony pun segera melepaskan cengkeramannya pada tangan Laurene.

"Gak sengaja apaan, kamu sengaja kok! Tadi kamu datang-datang langsung mencengkeram tanganku dengan sangat kencang dan menarik tanganku dengan kasar. Terus kamu bilang itu tidak sengaja?" balas Laurene dengan kesal sambil menahan air mata yang tiba-tiba saja mulai menyeruak ke dalam kedua bola matanya.

"Aku hanya tidak suka cowok itu dekat-dekat sama kamu, Rene."

"Apaan sih Tony! Sampai kapan sih kamu punya sifat childish kayak gini? Aku capek sama kamu terus-terusan seperti ini."

Aku sangat kesal sama Tony, sampai kapan dia akan seperti ini? Dia memang temanku sejak kecil, tapi itu bukan berarti dia bisa semuanya mengatur hidupku, mengatur dengan siapa aku boleh berteman, dan dengan siapa aku tidak boleh berteman. Tidak! Aku tidak mau diatur-atur terus sama Tony."

Laurene pun segera berlari menuju ke kelasnya.

"Laurene ...." Tony memanggil dan berusaha mengejar Laurene, dan Laurene pun terus berlari meninggalkan Tony. Ia sangat kesal dan kecewa pada Tony, teman masa kecilnya itu.

Saat ia sedang melangkah menuju ke perpustakaan, perpustakaan adalah satu-satunya tempat di sekolah ini yang dapat membuat ia merasa lebih nyaman dan tenang, tempat dimana ia dapat melarikan diri dan menyembunyikan semua kesedihannya. Tiba-tiba ia mendengar ada suara yang memanggil namanya dari arah belakang. Ia langsung berbalik, dan melihat siapa pemilik suara itu. Ternyata itu adalah suara Shawn, anak baru itu. Shawn datang dengan senyum manis yang terukir lebar di bibirnya sepertinya ia sangat senang di hari pertamanya sekolah di sini.

"Hey Shawn. Thanks udah nolongin aku tadi, berkat bantuan kamu aku jadi ga dimarahin sama Pak Dito." ucap Laurene kepada Shawn. Entah mengapa seketika insiden yang sengaja dilakukan oleh Tony di taman belakang sekolah barusan, sesaat terlupakan.

"You're welcome, lagian aku yang salah kok kalau bukan karena aku, mungkin kamu gak bakal telat masuk ke kelas Pak Dito."

"Eh, engga kok. Jelas- jelas yang salah tuh aku. Aku yang tadi gak hati-hati, gak liat jalan, seharusnya aku yang minta maaf."

"Udah gak usah dibahas lagi, Shawn. Oh ya, bagaimana hari pertamamu di sekolah ini? Menyenangkan gak?"

"Iya menyenangkan sekali, soalnya aku  mendapat banyak teman baru. Teman sebangku orangnya baik, dia sangat friendly kepadaku, dan kelakuannya sangat lucu."

"Wah,syukurlah! Coba aku tebak, pasti temanmu itu cewek ya? Pasti saat kamu masuk kelas semua cewek-cewek di kelas kamu pada terpesona sama kamu."

"Haha. Kenapa kamu berpikir seperti itu,Laurene?"

"Karena kamu tampan."

Laurene langsung menutup mulutnya, ia sangat malu karena keceplosan bilang Shawn tampan. Walaupun benar kenyataannya memang seperti itu, tapi kan malu bilang begitu di depan orangnya, bisa-bisa nanti gede kepala dia. Seketika Laurene menyesal, dan meruntuki kebodohannya sendiri.

"Eh bukan begitu maksudku."

"Haha. Tadi kamu bilang aku tampan, tidak ada ralat. Berarti aku benar tampan."

"Gapapa, aku tidak akan menertawaimu kok." lanjut Shawn sambil tertawa senang.

"Kamu bilang gak menertawakan aku, tapi sekarang apa? Buktinya kamu sedang melakukan hal itu."

"Habisnya kamu lucu sih, coba sekarang kamu ke kaca jendela itu, dan lihat wajahmu di sana, merah seperti tomat yang sudah matang."

"Ih Shawn!"

Andai saja Tony bisa seromantis Shawn dan tidak mencari ribut terus denganku, pasti aku akan sangat senang, dan tidak akan bertengkar terus dengannya, tapi persahabatan itu memang aneh, tidak mudah dipisahkan. Buktinya walaupun sering berantem sampai sekarang masih tetap bersahabat dengan Tony. Walaupun Tony sering meledekku, menertawakan ku gara-gara aku suka ngehalu ingin naik motor ninja bersama pacar impianku, aku tetap masih bersahabat dengannya. Kenapa tadi Tony Tiba-tiba berubah banget ya? Jadi marah-marah gak jelas gitu. Kasar pula, sampe sakit tanganku.

Laurene melihat pergelangan tangannya, untunglah sekarang sudah gak sakit lagi.

"Sorry Laurene, sekali lagi aku minta maaf ya karena insiden tadi pagi jadi membuat siku tangan kamu luka dan memar."

"Gak apa-apa kok Shawn, itu juga karena salahku juga bukan salahmu."

"Salahku."

"Bukanlah, aku yang nabrak kamu, itu jelas salahku."

"Tidak, itu salahku Laurene."

"Sudah Shawn. Kalau gitu gimana kalau kesalahannya kita bagi setengah-setengah aja ya, biar adil." Mereka pun berdua tertawa gembira. Seketika kekesalannya tadi pada Tony terlupakan.

"Boleh aku lihat siku tangan kamu?"

"Udah gapapa kok Shawn."

"Masih memar gak?"

Belum sempat ia menjawab, Shawn sudah mendekat ke arahnya dan memegang tangan Laurene, melihat ke arah siku tangannya. Shawn memegang tangannya dengan sangat hati-hati. Seketika ia teringat kejadian tadi, saat Tony mencengkeram tangannya dengan sangat kencang dan kasar.

"Tidak apa-apa Shawn, siku tanganku sudah membaik kok, tadi kan cuman luka kecil dan memar sedikit."

"Baiklah. Aku senang kalau siku tangan kamu sudah membaik. Kamu mau ke mana,Laurene?"

"Mau ke perpustakaan Shawn, kamu mau ke mana?"

"Sama, aku mau ke perpustakaan juga. Btw kamu tidak mau makan dulu?"

"Tidak Shawn, jam pelajaran sebenarnya belum berakhir, tapi karena guru Bahasa inggris gak datang jadi kita disuruh untuk mencari buku referensi Bahasa Inggris di perpustakaan."

"Wah, kamu belajar giat banget sih, Laurene. Salut aku sama kamu."

"Makasih Shawn. Bukannya kamu sekarang seharusnya pelajaran Pak Dito ya?"

"Iya, sekarang memang sedang pelajaran Pak Dito,tapi tadi aku minta izin ke toilet."

"Kamu kabur ya?"

"Tidak, aku tidak kabur. Tadi aku beneran kok mau ke toilet."

"Terus sekarang kenapa kamu ada di sini?"

"Karena ngeliat kamu lewat."

"Ya udah, kalau gitu lebih baik sekarang kamu segera balik ke kelas kamu sebelum Pak Dito mencarimu."

"Aku boleh gak ikut kamu ke perpustakaan, Laurene?"

"Jangan Shawn! Kabur dari kelas saat pelajaran itu tidak baik."

"Nanti aku akan cari alasan dan akan bilang ke Pak Dito. Lagian aku bukan kabur, aku hanya mau belajar di perpustakaan sama kamu, Laurene."

"Eh, gak bisa begitu dong! Aku kan bukan guru kamu!" kata Laurene sambil tertawa.

Ada-ada saja si anak baru ini. Emang dia gak tau ya caranya sekolah, ke sekolah tuh belajar sama guru, bukannya sama aku!

"Sekarang kamu cepat balik ke kelas kamu sana! Ini masih jam belajar, nanti kalau sudah istirahat baru kamu boleh ke perpus."

"Gak mau ah, aku mau ke perpus aja sekarang."

"Mungkin kita bisa belajar bersama? Sekalian kamu menunjukkan padaku di mana letak perpustakaan kita."

"Jangan, Shawn! Sebaiknya kamu segera kembali ke kelasmu untuk belajar."

"Tidak mau! Aku ingin ke perpustakaan saja."

"Tidak boleh. Itu namanya melanggar peraturan, Shawn."

"Sebaiknya kamu kembali ke kelas dan belajar."

"Sebentar lagi juga kelas berakhir jadi tidak apa-apa lah aku ke perpustakaan sekarang."

Aduh, gimana ya cara ngomong sama makhluk aneh yang satu ini supaya dia bisa paham dan mengerti peraturan sekolah?

"Terserah kamu lah kalau itu mau kamu, tapi aku gak tanggung jawab ya. Aku tidak mau menanggung resikonya jika kamu tiba- tiba keciduk sama Pak Dito."

"Ok, no problem. Aku cuma ingin ke perpus bareng kamu."

Kalimat yang baru saja diucapkan oleh Shawn membuat dirinya mematung sesaat, anak baru yang tampan ini bilang begitu padanya? Rasanya hampir tak percaya dengan apa yang barusan didengarnya.

"Kamu bilang apa barusan, Shawn?"

"Tidak, tidak ada. It's ok, no problem."

Laurene hanya bisa terdiam sesaat, lalu kakinya mulai melangkah ke arah perpustakaan bersama Shawn yang mengikuti dirinya di belakangnya, tapi perasaannya jadi semakin tak menentu.

Aneh juga kelakuan anak baru yang satu ini, yang tiba-tiba muncul di harinya kali ini. Makhluk tampan ini sebenarnya berasal dari planet mana ya? Kenapa ya ini anak baru mau ke perpus bersamaku, bukankah seharusnya ia belajar biologi di kelasnya pak Dito saat ini. Bagaimana kalau ada yang melihat mereka berdua atau Pak Dito memergoki mereka? Bisa-bisa pak Dito salah sangka dan mengira akulah yang telah mengajak anak baru ini atau aku dikira tidak bisa memberi contoh yang baik buat siswa baru. Aduh, ini anak baru cari masalah aja, tapi aku hanya bisa berharap pak Dito tidak akan melihatnya dan semoga tidak ada anak yang melihat dirinya berdua dengan anak baru ini saat jam pelajaran sedang berlangsung seperti sekarang ini, gumam Laurene. Banyak pertanyaan yang memenuhi otaknya sekarang.

Laurene menghela nafas sesaat, yang bisa dilakukannya saat ini hanyalah terus berjalan melangkahkan kakinya menuju perpustakaan sekolah.

Percuma saja berdebat dengan makhluk aneh yang satu ini.

Bab terkait

  • Laurene   5. Library

    Sekarang Ia dan Shawn sudah berada di perpustakaan sekolah. Berada di perpustakaan membuat hati Laurene merasa senang, suasana yang tenang dan sepi sangat disukainya, membuat ia merasa nyaman dan lebih konsentrasi untuk belajar. "Shawn, aku cari buku referensi untuk pelajaran bahasa inggris dulu ya." "Ya ampun Laurene, kita kan baru sampe baru aja duduk." "Aku kesini kan mau cari buku bukannya mau duduk-duduk. Ngapain juga kesini cuma buat ngeliatin buku-buku dari jauh, ya baca lah." "Kamu aja yang duduk Shawn, ga usah ikut denganku. Aku mau mencari buku referensi Bahasa Inggris dulu. Kamu tunggu di sini aja, aku akan segera kembali." "Haha, beneran? Kamu ga mau aku bantuin?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-01
  • Laurene   6. Classroom

    Akhirnya Laurene pun sampai di depan pintu ruangan kelasnya 10 MIA 3, masih dengan Shawn yang mengikuti di belakangnya. Matanya melihat ke dalam kelas, memastikan bahwa guru PPKN belum datang, dan untunglah guru PPKNnya memang belum datang. Ia pun merasa sangat lega. "Laurene, guru kamu belum datang kan?" Laurene pun menoleh ke belakang, Shawn masih berdiri persis di belakangnya. "Iya Shawn, belum datang." jawab Laurene pada Shawn. "Masih aman kok. Makasih ya Shawn karena udah mau nganter aku sampai kelas." "Sama-sama Laurene. Aku juga terima kasih karena kamu sudah mau belajar bareng aku tadi di perpustakaan." "No problemShawn, aku juga senang kok bisa belajar ba

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-01
  • Laurene   7. Setelah Ekskul Padus

    Laurene melihat jam tangan putih yang melingkar di tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul lima lewat empat puluh lima menit. Ia baru saja selesai ekskul padus. "Ren, duluan ya." "Eh iya, Don. Makasih ya udah bantuin beres-beres." "Iya, sama-sama Ren. Sampai jumpa." "Sampai jumpa, Don. Bye." Dona adalah teman anggota padus, ia selalu rajin membantu Laurene membereskan ruang musik setiap kali mereka selesai latihan padus. Sebagai ketua Ceria Choir, Laurene selalu pulang paling akhir dan paling sore karena harus membereskan ruang musik, untung saja ia mempunyai teman-teman yang baik yang selalu membantunya. Setelah selesai

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-15
  • Laurene   8. Amazing Night

    Mandi adalah hal pertama yang ingin Laurene lakukan saat masuk ke kamarnya. Badannya sudah terasa lengket berkeringat karena seharian di sekolah. Ia benar-benar harus menyiapkan ekstra energi pada setiap hari rabu, kamis dan hari senin karena setelah kelas ada kegiatan ekskul sampai sore bahkan kadang-kadang hingga malam hari, apalagi kalau ada acara lomba, benar-benar melelahkan. Ia langsung menaruh tas sekolahnya di atas meja belajarnya dan segera melesat menuju ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, badannya terasa segar dan lelahnya pun sedikit berkurang. Lalu, ia langsung menuju meja belajarnya dan mulai membuka buku biologinya. Hari ini entah mengapa Laurene enggan untuk turun ke bawah untuk makan. Hari ini Ia tidak merasa lapar, padahal rasanya tadi di sekolah ia hanya makan sedikit itupun makan makanan bekal dari mama; sepoton

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-16
  • Laurene   9. Pilih Dia atau Dia

    Kring ... kring ... kring. Suara jam beker di atas meja belajarnya berbunyi membangunkan Laurene yang sedang tidur nyenyak. Masih dengan setengah sadar, ia segera bangun dari tempat tidurnya menuju meja belajar, dan mematikan jam bekernya. Jam di atas meja belajarnya itu menunjukkan pukul lima tepat. Haduh, ini pasti akibat semalam begadang jadi bawaannya malas banget untuk bangun pagi, rasanya masih ngantuk masih ingin bersembunyi di balik selimut yang hangat, tapi kalau gak bangun sekarang mana ada waktu lagi buat belajar ya. Nanti di kelas gimana kalo aku gak bisa ngerjain soal-soal atau gimana kalau tiba-tiba ada ulangan mendadak kayak kemarin. Aku harus segera cuci muka dan mulai belajar. Ayo semangat Laurene!

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • Laurene   10. UKS

    Laurene membuka matanya, kepalanya terasa sangat pusing dan sekujur tubuhnya terasa lemas sekali.Laurene mencoba melihat sekelilingnya “Aku ada di mana ini?” kata Laurene perlahan, suaranya hampir tak terdengar. “Kamu sudah sadar, Ren?“ Ia seperti mengenal suara itu, ia mencoba membuka lebar kedua matanya, ternyata itu adalah suara Sella yang sedang duduk di samping tempat tidurnya. Laurene memandang sekitarnya sekali lagi, ia baru menyadari kalau saat ini ia sedang terbaring di tempat tidur di UKS. “Kenapa aku ada di sini, Sell?" tanya Laurene pada Sella. “Kamu tadi pingsan di parkiran, Ren.” Tiba-tiba ia mendengar suara lain dari samping kanannya. Ia langsung melihat pemilik s

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28
  • Laurene   11. Hari yang Gelap

    "Hati-hati Ren, pelan-pelan aja jalannya." Sella membantu Rene turun dari tempat tidur UKS itu, lalu memapahnya berjalan perlahan-lahan menuju ke kelas 10 MIA 3. "Ren, kamu yakin mau ikut pelajaran fisika sekarang?" tanya Sella sambil menatap wajah Rene dalam-dalam seakan tak yakin pada keinginan Laurene itu. Wajah Laurene masih terlihat pucat, ia juga masih terlihat lemah. "Iya Sell, aku mau ke kelas aja." balas Laurene sambil memegang tangan Sella dengan erat. "Tidak mau istirahat aja dulu, Ren?" tanya Sella lagi. "Gak deh Sell, aku dah gapapa kok. Aku mau ikut pelajaran aja." "Bener kamu udah kuat?" Sella masih belum yakin

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01
  • Laurene   12. Harus Pulang

    Entah sudah berapa lama Laurene tak sadarkan diri, dan entah sudah berapa lama pula ia terlelap dalam tidurnya yang tanpa mimpi itu. Akhirnya Laurene membuka matanya juga. "Puji Tuhan, akhirnya kamu sadar juga Ren." Laurene melihat Sella duduk di samping tempat tidurnya sambil menggenggam tangannya. Laurene melihat ada air mata yang membasahi kedua pipinya. "Kamu kenapa nangis, Sell?" tanya Laurene menatap bingung pada Sella. "Abis kamu pingsannya lama banget, kita semua di sini khawatir banget sama kamu, tapi untunglah sekarang kamu udah sadar." Sella pun memeluk sahabatnya itu dengan erat. Sella merasa sangat lega melihat sahabatnya itu akhirnya sadar juga. "Alhamdulilah, kamu

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-09

Bab terbaru

  • Laurene   19. Langit Orange Merah

    Cinta kadang tak butuh kata-kata ...Cinta adalah sebuah rasa ...Rasa yang indah tak terlukiskan oleh kata-kata ...Rasa yang kadang tak butuh rangkaian kata-kata indah Laurene melayangkan pandangannya ke penjuru kantin, tapi Sella belum terlihat. Ia ingat chat yang dikirim oleh Sella tadi katanya dia sudah sampai di kantin. Laurene terus melayangkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin, berharap Sella akan muncul tetapi hasilnya nihil. Sella kenapa belum kelihatan juga ya? Bukannya tadi dia sendiri yang bilang udah sampai di kantin. ApaSellabelum sampai ke kantin tapi dia bilang udah sampai kantin ya?Dasar nih anak, paling suka ngerjain deh! Kalau tahu Sella belum datang,

  • Laurene   18. Catatan Kecil untuk Shawn

    Keindahan yang terlihat di depan mata kadang kala hanyalah keindahan semu semata, yang mungkin saja akan sirna saat mentari tenggelam di balik kegelapan malam, dan menghilang saat gelap tersapu dan diterpa berkas cahaya mentari pagi hari yang merona... Sekarang sudah pukul tiga sore, tetapi Laurene belum bisa segera pulang ke rumahnya karena sore ini masih ada kegiatan ekskul paduan suara. Laurene membuka kunci pintu ruang musik, melangkah masuk, lalu meletakkan tas sekolahnya di atas meja di dalam ruang musik itu. Ruangan musik itu masih sepi, bahkan sangat sepi sehingga detik-detik jarum jam di dinding ruangan itu terdengar sangat jelas olehnya. Detik-detik jarum jam tersebut terus berdentang tiada hentinya, sesaat telah menyadarkan Laurene bahwa waktu terus berputar meninggalkan detik demi detik di belakangnya, dan

  • Laurene   17. Tak Percaya

    Laurene masuk ke dalam kamarnya. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Laurene. Hari pertama ia masuk sekolah kembali setelah dua hari harus istirahat di rumah. Banyak catatan pelajaran yang tertinggal yang harus ia catat, ada juga beberapa tugas susulan yang harus segera ia selesaikan. Untunglah tubuhnya sudah lumayan pulih kembali, dan pusing di kepalanya pun sudah menghilang. Ia membawa segelas susu hangat dan roti rasa kopi yang tadi dibuatkan mama untuknya, lalu meletakkannya di atas meja belajarnya. Susu vanilla yang hangat terasa nyaman mengalir di tenggorokannya, namun roti rasa kopi di hadapannya tidak terlalu membuatnya berselera seperti biasanya. Terbayang kembali kejadian di sekolah tadi siang, terbayang kembali semua kata demi kata dari cerita Sella padanya tadi di ruang padus. Mereka berdua sengaja ngumpet di

  • Laurene   16. Telpon dari Sella

    Laurene baru keluar dari kamar mandi, baru selesai mandi sore. Tubuhnya terasa jauh lebih segar sore ini. Air hangat yang tadi mengguyur tubuhnya, membuat sekujur tubuhnya sekarang terasa lebih segar. Ditambah dengan tidur yang cukup semalam, asupan makanan yang bergizi dan vitamin dari dokter Adrian. Sore ini, Laurene benar-benar merasa jauh lebih sehat. Kepalanya sudah tidak terasa pusing lagi, dan tubuhnya juga tidak terasa lemas tak bertenaga lagi. Ia merasa semuanya terasa jauh lebih baik. Laurene mulai merapikan buku-buku pelajarannya, lalu ia melihat jadwal pelajaran untuk besok, dan memasukkan buku-buku yang harus dibawanya ke sekolah besok. Ia memeriksa kembali semua pekerjaan rumahnya untuk besok, untunglah pekerjaan rumah buat besok sudah selesai ia kerjakan semuanya. Besok aku akan masuk sekolah kembali. Tidak

  • Laurene   15. Jarak yang Tak Berjarak

    Kadang jarak itu sulit didefinisikan ....Dekat tak berjarak kadang justru membuat jarak ....Jauh berjarak kadang membuat tak ada jarak. Laurene sudah mencoba untuk tidur kembali, tapi matanya tidak mau diajak kompromi. Ia tidak bisa tidur kembali. Ia pun bangun dari tempat tidurnya, dan minum susu panas yang dibuatkan mama untuknya, lalu menyalakan laptopnya dan memutar lagu dari penyanyi kesayangannya, Taylor Swift. Laurene mencoba merapikan meja belajarnya, satu demi satu buku-buku yang berserakan di atas meja belajarnya itu dirapikannya. Laurene memandang boneka teddy bear warna pink di lantai di samping lemari bukunya itu, di sana masih tergeletak beberapa balon yang berwarna warni di samping boneka teddy bear yang besar itu. Ia melihat kembali kartu ucap

  • Laurene   14. Hari Libur Sekolah

    Kring ... kring ... kring. Suara jam beker di atas meja kecil di samping tempat tidur Laurene berbunyi kencang, membuat Laurene terbangun dari tidurnya. Tadi malam Laurene tidur sangat nyenyak. Entah berapa jam ia sudah tertidur, terasa lama sekali. Pagi ini tubuhnya terasa lebih segar, walaupun masih sedikit pusing. Laurene ingin segera bangun dan mandi lalu bergegas berangkat ke sekolah seperti biasanya, tapi semua itu tidak jadi ia lakukan. Hari ini ia tidak bisa pergi ke sekolah, mama tidak mengizinkannya pergi ke sekolah. Kemarin dokter Adrian sudah membuatkan surat izin untuk tidak pergi ke sekolah agar Laurene hari ini dapat beristirahat di rumah. Mama juga sudah menitipkan surat dokter itu pada Sella untuk disampaikan ke Bu Lela, guru wali kelas mereka. Apa yang akan aku lakukan hari ini ya? Berdiam diri d

  • Laurene   13. Surprise yang Aneh

    Laurene berbaring di tempat tidurnya yang nyaman dengan bedcover yang berwarna pink, ditemani sahabatnya Sella. Sella duduk di pinggir tempat tidur Laurene sambil memegang piring di tangannya yang berisi makanan yang dibuatkan mama khusus untuk Laurene, dan sebentar-sebentar Sella menyuapi makanan itu ke mulut Laurene. Dokter Adrian baru saja pulang, setelah selesai memeriksa Laurene. Tadi mama Laurene sangat cemas melihat kondisi putri kesayangannya itu, jadi mama langsung menelpon dokter Adrian. Dokter keluarga yang sudah sangat dikenalnya sejak ia masih kecil. Untunglah setelah memeriksa Laurene dokter Adrian tidak menemukan gejala penyakit yang serius di tubuh Laurene, Laurene hanya kecapean saja ditambah kurang makan dan kurang istirahat. Mama Laurene pun merasa sangat lega, demikian juga dengan Sella. "Aduuh Laurene, kamu

  • Laurene   12. Harus Pulang

    Entah sudah berapa lama Laurene tak sadarkan diri, dan entah sudah berapa lama pula ia terlelap dalam tidurnya yang tanpa mimpi itu. Akhirnya Laurene membuka matanya juga. "Puji Tuhan, akhirnya kamu sadar juga Ren." Laurene melihat Sella duduk di samping tempat tidurnya sambil menggenggam tangannya. Laurene melihat ada air mata yang membasahi kedua pipinya. "Kamu kenapa nangis, Sell?" tanya Laurene menatap bingung pada Sella. "Abis kamu pingsannya lama banget, kita semua di sini khawatir banget sama kamu, tapi untunglah sekarang kamu udah sadar." Sella pun memeluk sahabatnya itu dengan erat. Sella merasa sangat lega melihat sahabatnya itu akhirnya sadar juga. "Alhamdulilah, kamu

  • Laurene   11. Hari yang Gelap

    "Hati-hati Ren, pelan-pelan aja jalannya." Sella membantu Rene turun dari tempat tidur UKS itu, lalu memapahnya berjalan perlahan-lahan menuju ke kelas 10 MIA 3. "Ren, kamu yakin mau ikut pelajaran fisika sekarang?" tanya Sella sambil menatap wajah Rene dalam-dalam seakan tak yakin pada keinginan Laurene itu. Wajah Laurene masih terlihat pucat, ia juga masih terlihat lemah. "Iya Sell, aku mau ke kelas aja." balas Laurene sambil memegang tangan Sella dengan erat. "Tidak mau istirahat aja dulu, Ren?" tanya Sella lagi. "Gak deh Sell, aku dah gapapa kok. Aku mau ikut pelajaran aja." "Bener kamu udah kuat?" Sella masih belum yakin

DMCA.com Protection Status