Beranda / Romansa / Lady D Milik Sang Penguasa / Bab 101. Bibirmu manis sekali

Share

Bab 101. Bibirmu manis sekali

Penulis: Runayanti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-05 11:08:44

Tapi di sisi lain, ada rasa hangat yang bertahan di dadanya. Sesuatu yang ia takuti untuk akui selama ini. Bahwa ia merasa nyaman bersama Yama. Bahwa mungkin, hanya mungkin, ia mulai menyukai lelaki itu lebih dari sekadar malam bergairah. Cinta satu malam yang ada di novel atau drama ternama. Dan semalam, Dea tidak memungkiri kenikmatan dan kepuasan yang ia dapatkan.

Saat Yama bergerak dalam tidurnya, Dea buru-buru menutup matanya, berpura-pura masih tidur. Ia bisa merasakan lelaki itu mengangkat kepalanya dan mendesah pelan.

"Dea... aku tahu kau sudah bangun."

Dea membuka satu matanya, mendapati Yama menatapnya dengan ekspresi datar namun penuh perhatian.

"Kamu... sadar semalam?" tanya Dea, sedikit gugup.

"Tentu saja," jawab Yama, menyandarkan tubuhnya di sandaran ranjang. Kemejanya yang tidak terkancing, menampilkan lekuk otot perut berkotak-kotak yang membuat Dea merasa malu u

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 102. Kuda jantan

    Dea menelan ludah, tangannya menggenggam erat selimut yang masih menyelimuti tubuhnya. Ia ingin mengatakan sesuatu, tetapi ragu-ragu. Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan. Bahkan, ia sendiri masih mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka.Yama memasukkan ponselnya ke dalam saku dan berbalik menatap Dea dengan ekspresi serius. “Kamu istirahat saja dulu di sini,” katanya dengan nada yang tidak bisa ditolak. “Aku akan keluar untuk mengurus sesuatu.”Dea menggigit bibirnya. Ada banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan, tetapi mulutnya seperti terkunci. Ia hanya bisa menatap Yama dengan ekspresi bingung.Seolah memahami pikirannya, Yama melangkah mendekat, menatapnya dengan intens. “Jangan pernah lari dariku lagi,” ucapnya dengan nada rendah, tapi penuh ancaman terselubung. “Atau aku akan benar-benar membencimu kali ini.”Dea menahan na

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-06
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 103.Menolak bertemu

    Dengan perasaan puas, ia mengembuskan napas perlahan dan menyandarkan tubuhnya pada kursi. Matanya bersinar dengan kilatan kemenangan yang berbahaya."Tunggu saja, Dea... aku akan memastikan kehancuranmu kali ini."Di luar sana, dunia berputar seperti biasa. Langit biru membentang luas tanpa peduli pada konspirasi yang sedang direncanakan di bawahnya. Namun, bagi mereka yang terlibat dalam skenario ini, langit tak lebih dari saksi bisu dari kisah yang akan segera berubah menjadi malapetaka.Dan di kandang kuda kerajaan, sebuah drama menarik akan segera dimulai!Yama turun dari mobilnya dengan penuh percaya diri, mengenakan jas hitam yang tampak elegan di bawah cahaya matahari sore yang mulai meredup. Mereka baru saja tiba di halaman istana kerajaan.Bob mengikuti di belakangnya, membawa kotak khusus yang berisi dokumen serta surat persembahan untuk Pangeran Edward. Namun, saat me

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-06
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 104. Kau akan membutuhkanku...

    Yama, yang awalnya bersikap tenang, mendadak membatu. Pangeran Frans, yang berdiri di sampingnya, juga terdiam selama beberapa detik sebelum sudut bibirnya melengkung dalam ekspresi penuh amarah dan rasa jijik.Di dalam kandang, tepat di atas jerami yang seharusnya menjadi tempat peristirahatan kuda hadiah, terlihat dua tubuh manusia yang terbaring dalam keadaan mengenaskan.Dea, tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya, terbaring dengan kepala bersandar di perut seekor kuda hitam yang dipilih sebagai hadiah untuk Pangeran Edward, memeluk kuda itu seperti boneka bantal yang empuk. Sementara itu, seorang pria yang juga dalam keadaan polos, Sanjaya, berada di sampingnya, memeluk pinggang ramping milik Dea. Napas mereka masih tersengal-sengal, wajahnya merah merona. Tubuh mereka bercampur keringat dan jerami, seolah-olah mereka baru saja melakukan tindakan yang paling hina di tempat itu.Kuda yang menjadi bantalan mereka

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-07
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 105. Nenek atau Meisya?

    Yama masih berdiri tegak, tetapi matanya berkabut dengan amarah. Ia tidak bodoh. Ada seseorang yang telah menjebaknya.Sementara itu, Pangeran Frans menoleh ke arah seorang pengawal."Pastikan dua orang itu dibawa ke penjara istana," katanya dingin. "Dan kuda itu... jangan biarkan makhluk yang sudah ternoda tetap berada di sini. Cepat hilangkan semuanya sebelum hal ini sampai di telinga Ratu."Para penjaga langsung bergerak, menarik Dea dan Sanjaya keluar dari kandang dengan kasar. Dea mengerang, mencoba melawan, tetapi tubuhnya terlalu lemah.Kali ini, Yama tidak bersuara apa pun selain mengepalkan tangannya sendiri erat-erat.Dalam sekejap, kandang kuda yang sebelumnya penuh dengan kebanggaan berubah menjadi tempat yang penuh kehinaan.Yama masih berdiri di tempatnya, pikirannya berputar. Ia tahu hanya ada satu orang yang bisa melakukan semua kekacauan ini.

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-07
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 106. Bertemu Ratu

    Para penasihat saling bertukar pandang. Tidak ada yang berani membantah, karena mereka tahu betul bahwa Ratu memiliki intuisi yang tajam dalam membaca permainan politik seperti ini.Lalu, Ratu menatap Lady Marlene dengan mata penuh pemikiran. "Wanita itu, siapa namanya? Dea?"Lady Marlene tampak ragu sebelum mengangguk. "Ya, Yang Mulia. Wanita itu bernama Dea."Ratu mengangguk pelan, lalu berkata, "Bawa dia kemari."Lady Marlene tampak sedikit terkejut. "Yang Mulia, Anda ingin bertemu dengannya?"Ratu tersenyum tipis. "Saya mau melihat langsung wanita mana yang memiliki kesialan seperti itu."Ucapan itu membuat beberapa orang di ruangan menegang.Salah satu penasihat pria yang duduk di barisan kanan, Lord Gregory, segera berseru dengan ekspresi ngeri, "Tapi, Ratu... dia adalah wanita hina dan berstatus rendah!"Ratu m

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 107. Tepat seperti dugaan Ratu

    Meski tubuhnya lemah, matanya tetap menyala dengan tekad yang keras.Ratu tidak mengatakan apa-apa selama beberapa saat. Ia hanya menatap Dea dengan mata tajam, menilai wanita yang kini berlutut lemah di hadapannya. Sorot mata tanpa putus asa.Akhirnya, dengan suara yang lembut namun penuh otoritas, ia berbicara."Menurutmu... Siapa yang sudah melakukan ini padamu?"Dea tidak menjawab. Ia hanya mengangkat wajahnya, menatap langsung ke arah Ratu.Di matanya, ada banyak hal yang ingin ia katakan. Tetapi jika ia berbicara sekarang, ia tahu itu tidak akan mengubah apa pun.Ia bukan siapa-siapa di ruangan ini.Namun, Ratu hanya tersenyum kecil, seolah memahami segalanya tanpa perlu Dea mengucapkan sepatah kata pun.Dea menatap Ratu dengan napas tersengal. Tenggorokannya terasa kering, tetapi ia tahu ini adalah kesempatan terakhirnya unt

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 108. Ratu bijaksana

    "Dan saya...," ucap sang Ratu seraya mengedarkan tatapan tajamnya ke sekeliling lalu kembali menatap tajam ke arah Dea, "tidak pernah salah."Ruangan itu dipenuhi keheningan yang mencekam. Para penasihat menundukkan kepala, wajah mereka penuh ketakutan."Kerajaan ini sudah lama menjadi milikku," lanjut Ratu dengan nada lebih tajam. "Dan kalian berani mengatakan bahwa penilaianku salah?"Sret! Ratu mengembangkan kipas tangannya dengan sekali hentakan elegan. Wanita yang terlihat bijaksana itu mengibaskan kipas mewahnya walau pendingin ruangan bekerja dengan baik, seolah-olah hal itu sudah menjadi sebuah kebiasaan baginya.Lutut para penasihat mulai gemetar. Beberapa dari mereka langsung menundukkan kepala lebih dalam."Ratu bijaksana," suara mereka serempak. "Maafkan kami."Mereka memilih diam. Karena mereka tahu, menentang keputusan Ratu hanya akan berakhir dengan satu hal

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 109. Saatnya bercerita

    Sementara di dalam kamar hotel, seusai menutup panggilan, hati Yama masih belum tenang. Ia merasakan gelisah yang aneh, sesuatu yang jarang terjadi pada dirinya yang selalu rasional dan dingin. Dia sudah meminta bantuan Nenek dan yang lebih kesalnya, dia sudah menyetujui persyaratan untuk menikah dengan Meisya dalam tiga hari berikutnya.Namun, pikirannya dipenuhi oleh wajah Dea, terkurung di tempat yang seharusnya tidak pernah ia masuki. Rasa frustrasi semakin membebani dadanya ketika menyadari bahwa tidak ada kekuasaan yang mengizinkannya untuk bisa mengunjungi Dea."Bagaimana bila kita mencari Pangeran Frans, dia tinggal di dalam istana, bukan?"Yama menoleh ke arah Bob, yang seolah-olah bisa membaca pikiran atasannya. Ide ini tidak jelek, tetapi dengan demikian, berarti dia harus merendahkan dirinya.Yama menimbang sejenak, Nenek hanya akan tiba di istana besok dan mungkin Dea sudah mengalami siksaan lebih seh

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09

Bab terbaru

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 155. Menikah dua hari lagi

    "Anak yang tidak bersalah itu harus mendapat kedudukan di kerajaan daripada menjadi budak bagi Nenek munafik itu!" geramnya.Ratu mulai memikirkan taktik untuk tetap mempertahankan Dea di sisinya."Atur pernikahan Dea dengan Pangeran Frans dalam dua hari lagi!" perintahnya kepada seorang asistennya.***Dea menghela napas panjang saat lagi-lagi langkahnya dibatasi oleh bayangan hitam para pengawal kerajaan. Di mana pun ia berada, entah itu taman belakang istana, ruang baca, bahkan lorong menuju kamarnya, selalu ada setidaknya dua pasang mata yang mengawasi. Entah sada berapa banyak pengawal yang berkeliaran di dalam rumah besar yang dia tempati saat ini.Ia tahu maksud Ratu baik. Pengawalan itu adalah bentuk perlindungan, katanya. Alasannya adalah karena Dea adalah seorang Lady yang dihormati dan akan memiliki status tinggi saat menikah dengan Pangeran Frans.Tapi bagi Dea

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 154. Dea hamil

    Pintu terbuka, seorang pelayan masuk, membawa kabar bahwa Yama sudah selesai terapi pagi dan sedang membaca buku di taman.Wanita tua itu segera menenangkan ekspresinya lalu memberikan isyarat dengan tangan agar pelayan itu kembali ke posisinya.“Kamu boleh pergi sekarang,” katanya pada pria itu. “Dan pastikan laporan ini tidak bocor ke siapa pun, termasuk Meisya.”"Baik, Nyonya."Setelah ruangan kembali sepi, wanita tua itu duduk dengan perlahan di kursi empuknya. Rasa lelah mulai merambat ke seluruh tubuhnya, tapi pikirannya terus bekerja. Ia tidak akan membiarkan satu momen pun luput dari perhitungannya.***Tiba-tiba, telepon antik di meja berdering. Nenek Yama mengangkatnya dengan cepat.“Ya?”“Yang Mulia Ratu Inggris ingin berbicara,” ujar suara di ujung sana.

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 153. Disfungsi

    “Tetap di sini sebentar lagi,” potong Yama pelan. Suaranya berat, masih serak pagi.Meisya membeku. Lalu tersenyum tipis, dan kembali menyandarkan kepala di dadanya. Memeluk pinggang pria itu dengan erat.Namun, diam-diam, Yama hanya ingin mencoba membangunkan sesuatu dalam dirinya.Beberapa menit berlalu dan Yama kembali merasa kesal dengan dirinya serta ketidakmampuan yang dia miliki saat ini. Bagian bawah celananya sama sekali tidak beraksi walau kedua bukit depan milik Meisya menempel erat di tubuhnya.Hari itu, sesi terapi Yama lebih semangat dari biasanya. Ia mulai bisa berjalan beberapa langkah tanpa tongkat, hanya dengan bantuan tangan Meisya yang menggenggamnya erat dari samping. Walau beberapa kali terjatuh dan peluh keringat membasahi wajah dan pakaiannya, Yama tidak menyerah.“Bagus, Tuan Yama,” ucap fisioterapis dengan kagum. “Luar biasa untuk pasien

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 152. Kamu begitu tampan

    Meisya tertegun. “Kenapa kamu bertanya seperti itu?” Hati Meisya berdebar, sangat takut terhadap penolakan untuk kesekian kalinya.Yama diam. Menunggu kelanjutan kalimat wanita itu.“Karena... aku tidak tahu sampai kapan aku akan seperti ini. Aku tidak bisa berpaling darimu," sahut Meisya beberapa saat kemudian.Meisya tersenyum, menatap bintang. “atau mungkin karena aku tidak mencintai orang lain. Hanya kamu, Yama.”Yama menatap wajah Meisya dalam keremangan cahaya. Gadis itu terlihat sangat cantik dan tanpa celah. Secara keseluruhan melebih Dea yang mencuri hatinya selama ini.Lalu perlahan, ia menyentuh jemari gadis itu.Untuk pertama kalinya, sentuhan itu bukan karena ingin dibantu berjalan. Tapi karena keinginan untuk berterima kasih.“Kalau waktu bisa menyembuhkan kakiku,” bisik Yama, “apa waktu jug

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 151. Kamu bisa sembuh, Sayang

    Hari-hari itu panjang, melelahkan, dan penuh luka yang tidak pernah benar-benar terucap. Namun Meisya bertahan. Dia mencintai Yama sejak kecil. Semua kelicikan yang dia perbuat kepada Dea adalah karena kecemburuannya.Adapun kesalahan terbesarnya adalah bahwa dia mencelakakan hidup mendiang ibu Yama, namun semua itu adalah karena perintah Nenek Yama sendiri dan dia hanya melakukan beberapa tugas yang tanpa sengaja mencelakakan wanita malang itu. Meisya berada dalam ketakutan setiap mengingat kapan waktunya Yama mengetahui rahasia terdalamnya, namun lebih takut lagi bila kehilangan diri Yama.Ketika dokter mengatakan Yama harus mulai menjalani terapi jalan agar saraf di kakinya kembali aktif, Meisya adalah orang pertama yang menawarkan diri untuk membantu. Dengan sabar, ia menggenggam tangan Yama, melangkah pelan-pelan menyusuri lorong rumah sakit.“Kamu tidak harus cepat. Satu langkah saja sudah cukup hari ini,” ucap Meisy

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 150. Meisya yang setia

    Pintu kamar terbuka perlahan, Yama menoleh, sosok ramping dengan setangkai bunga dan sebuah rantang thermal. Meisya melangkah masuk dengan senyum penuh kelembutan, meski wajahnya terlihat sedikit kuyu karena terlalu sering menangis.“Yama…” bisiknya lembut, “aku datang.”Tak ada reaksi. Yama menatap langit-langit seakan tak ada siapa pun di ruangan itu. Di antara semua orang yang menjengguknya, dia paling tidak ingin bertemu dengan Meisya. Namun wanita itu sangat rajin walau sering menerima penolakan keras dari Yama.Yama bahkan pernah melempar bubur yang dibawa Meisya.Meisya meletakkan bunga krisan kecil berwarna-warni di meja samping ranjang pasien. Lalu ia duduk perlahan di kursi besi, membuka rantang bubur, dan mengaduk perlahan. Aromanya ayam herbal memenuhi udara. Uap mengepul dari rantang thermal tersebut. Berhasil mencuri perhatian Yama karena wanginya.“Kamu harus makan, Sayang” kata

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 149. Lepaskan aku

    Namun, adakah dia bisa begitu tega untuk membiarkan anak itu hidup tanpa dukungan dari orang yang seharusnya bertanggung jawab? Selama ini, dia berusaha melihat sisi baik dari Yama, berharap ada cinta yang tersembunyi di dalamnya, meskipun ia tidak pernah mengungkapkannya. Sampai detik ini pun, dia masih belum memiliki kabar dari Yama selain mimpi buruk yang membuatnya kecewa.Pangeran Frans melangkah mendekat, tatapannya masih tidak berubah. "Sayangku, Dea...kamu harus memikirkan masa depan anakmu, Cintaku. Jangan biarkan dirimu terjebak dalam bayang-bayang masa lalu dan harapan kosong. Lupakan Yama.""Kamu tahu, mengapa aku memutuskan mengejarmu? Padahal sebelumnya aku membantu pertemuan kalian dengan menculikmu?"Dea menengadahkan kepalanya, menatap Pangeran Frans dalam-dalam."Karena dia terlalu pengecut!" geram Pangeran Frans."Aku sudah membantu dengan menculikmu, tetapi tidak ada yang dapat dia bahas atau lakukan.

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 148. Yama tidak akan pernah mengakui anak itu

    Sementara di kamar Dea, Dea terkejut mendapati kabar dari sang Dokter yang memeriksanya bahwa dirinya sudah hamil."Ini adalah anak Yama," gumamnya dengan perasaan tidak menentu seraya memeang perutnya yang masih datar.Kedua matanya berkaca-kaca, antara menerima kenyataan yang seharusnya membuat dirinya bahagia. Dia sangat mencintai Yama dari lubuk hati terdalamnya. Satu-satunya pria yang pernah menyentuhnya hanya Yama."Kamu adalah bukti cinta Mama kepada Papamu," bisik Dea dengan suara bergetar. Dia ingat malam bergairah milik mereka berdua. Dia merindukan semua sentuhan panas dari pria yang sangat dia cintai itu. Pria yang sudah jauh darinya."Mama akan bertahan," ucapnya lirih.Keesokkan harinya, Pangeran Frans pergi mengunjungi Dea dengan sekeranjang buah-buahan dan balon berwarna warni."Dea Sayang..." Pangeran Frans menyodorkan balon-balon yang sudah diikat pita ke hadapan

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 147. Hamil

    Yama memegang erat tangan Dea lalu berkata, "kita akan menjalani kematian bersama-sama. Aku mencintaimu, Dea."Dea mengangguk dan membiarkan Yama menciumnya. Sebuah ciuman perpisahan sekaligus penyatuan yang alami."Aku juga mencintaimu, Yama."Dea memekik tertahan saat merasakan pesawat yang mulai terjatuh dan ledakan-ledakan kecil terjadi.Panik membuat Dea terbangun dari tidurnya."Yama!" pekiknya lalu menyadari dirinya sedang terduduk di atas ranjang.Air mata mengalir membasahi wajahnya kembali.Tubuhnya penuh keringat . "Hanya mimpi..." desisnya dengan lirih."Aku sungguh merindukanmu, Yama."Dea menangis sejadi-jadinya di atas ranjang yang dingin dan sepi itu.***Keesokkan harinya, wajah Dea semakin pucat dan semakin kuyu. Dea bahkan tidak mengganti pakaiannya yang basah oleh keringat. Dia terlihat seperti boneka tidak bernyawa yang bersandar di sandaran ranjang, menatap kosong ke jendela.Di

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status