Home / Romansa / Lady D Milik Sang Penguasa / Bab 107. Tepat seperti dugaan Ratu

Share

Bab 107. Tepat seperti dugaan Ratu

Author: Runayanti
last update Last Updated: 2025-04-08 10:08:23

Meski tubuhnya lemah, matanya tetap menyala dengan tekad yang keras.

Ratu tidak mengatakan apa-apa selama beberapa saat. Ia hanya menatap Dea dengan mata tajam, menilai wanita yang kini berlutut lemah di hadapannya. Sorot mata tanpa putus asa.

Akhirnya, dengan suara yang lembut namun penuh otoritas, ia berbicara.

"Menurutmu... Siapa yang sudah melakukan ini padamu?"

Dea tidak menjawab. Ia hanya mengangkat wajahnya, menatap langsung ke arah Ratu.

Di matanya, ada banyak hal yang ingin ia katakan. Tetapi jika ia berbicara sekarang, ia tahu itu tidak akan mengubah apa pun.

Ia bukan siapa-siapa di ruangan ini.

Namun, Ratu hanya tersenyum kecil, seolah memahami segalanya tanpa perlu Dea mengucapkan sepatah kata pun.

Dea menatap Ratu dengan napas tersengal. Tenggorokannya terasa kering, tetapi ia tahu ini adalah kesempatan terakhirnya unt

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 108. Ratu bijaksana

    "Dan saya...," ucap sang Ratu seraya mengedarkan tatapan tajamnya ke sekeliling lalu kembali menatap tajam ke arah Dea, "tidak pernah salah."Ruangan itu dipenuhi keheningan yang mencekam. Para penasihat menundukkan kepala, wajah mereka penuh ketakutan."Kerajaan ini sudah lama menjadi milikku," lanjut Ratu dengan nada lebih tajam. "Dan kalian berani mengatakan bahwa penilaianku salah?"Sret! Ratu mengembangkan kipas tangannya dengan sekali hentakan elegan. Wanita yang terlihat bijaksana itu mengibaskan kipas mewahnya walau pendingin ruangan bekerja dengan baik, seolah-olah hal itu sudah menjadi sebuah kebiasaan baginya.Lutut para penasihat mulai gemetar. Beberapa dari mereka langsung menundukkan kepala lebih dalam."Ratu bijaksana," suara mereka serempak. "Maafkan kami."Mereka memilih diam. Karena mereka tahu, menentang keputusan Ratu hanya akan berakhir dengan satu hal

    Last Updated : 2025-04-09
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 109. Saatnya bercerita

    Sementara di dalam kamar hotel, seusai menutup panggilan, hati Yama masih belum tenang. Ia merasakan gelisah yang aneh, sesuatu yang jarang terjadi pada dirinya yang selalu rasional dan dingin. Dia sudah meminta bantuan Nenek dan yang lebih kesalnya, dia sudah menyetujui persyaratan untuk menikah dengan Meisya dalam tiga hari berikutnya.Namun, pikirannya dipenuhi oleh wajah Dea, terkurung di tempat yang seharusnya tidak pernah ia masuki. Rasa frustrasi semakin membebani dadanya ketika menyadari bahwa tidak ada kekuasaan yang mengizinkannya untuk bisa mengunjungi Dea."Bagaimana bila kita mencari Pangeran Frans, dia tinggal di dalam istana, bukan?"Yama menoleh ke arah Bob, yang seolah-olah bisa membaca pikiran atasannya. Ide ini tidak jelek, tetapi dengan demikian, berarti dia harus merendahkan dirinya.Yama menimbang sejenak, Nenek hanya akan tiba di istana besok dan mungkin Dea sudah mengalami siksaan lebih seh

    Last Updated : 2025-04-09
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 110. Aku datang untuk menyelamatkanmu

    Yama tertegun melihatnya. Walau kepalanya terasa sedikit berat, namun dia masih belum kehilangan kesadarannya. "Eh, Kau menangis?"Frans mengusap air matanya dengan sapu tangan sutra yang entah dari mana ia keluarkan. "Astaga, Yama-ku yang tampan! Aku tidak pernah menyangka kau memiliki kisah cinta yang begitu tragis! Ini seperti cerita di drama istana! Aku bahkan bisa merasakan rasa sakit dan frustrasimu!"Yama mengerutkan dahi, merasa canggung melihat seorang pria flamboyan menangis karena kisahnya. "Kau berlebihan," ucap Yama seraya mengambil botol wine lalu hendak menuangnya lagi ke dalam gelasnya, tetapi isi botol itu sudah habis. Yama menatap botol kosong itu dengan kecewa."Tentu saja tidak!" sahut Frans, mengelap ingusnya. "Aku tidak bisa membiarkan kisah cinta menyedihkan ini berakhir seperti ini. Aku akan membantumu, tanpa pamrih!"Yama menatapnya dengan ekspresi bingung. "Tanpa pamrih?"

    Last Updated : 2025-04-10
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 111. Jatuh ke tangan Meisya

    Dea memutar matanya. "Katakan kepada Yama. Aku tidak mau terlibat dalam rencana bodoh!" Dea ingin menutup kembali pintu kaca jendelanya, namun dihalangi oleh Frans."Bodoh?! Sayang sekali, aku sudah membawa tali sutra khusus untuk ini!" Frans mengangkat gulungan tali sutra biru berkilauan yang jelas lebih cocok untuk dekorasi daripada penyelamatan.Tepat saat itu, seorang pengawal lewat dan Frans buru-buru menjatuhkan diri ke tanah, berguling dengan dramatis, lalu bersembunyi di balik semak-semak. "Hampir saja!" bisiknya.Dea menatapnya, menghela napas panjang. Ini akan menjadi malam yang panjang."Aku tidak mengenalmu, tapi sampaikan kepada Yama, aku baik-baik saja dan Ratu sudah berjanji, akan membantuku keluar dari masalah ini."Pangeran Frans menggeleng pelan, "oh, tidak! Tidak, Dea. Kamu akan berada dalam masalah. Kehidupan di dalam istana tidak segampang yang kau kira!"

    Last Updated : 2025-04-10
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 112. Aku masih perawan

    Nada suaranya menggema dalam ruangan yang sunyi. Matanya mulai memerah, tidak hanya karena marah, tetapi karena putus asa. "Aku harus bertahan dengan sisa uang yang kupunya, Meisya! Ayah butuh pengobatan setiap hari! Ibuku... ibuku bertingkah seperti turis kaya yang foya-foya seolah tidak ada hari esok!"Meisya menyipitkan mata. “Memblokir? Kapan aku melakukan itu?” Dia melipat tangan di dada.“Aduh, gadis bodoh… Kamu mungkin sudah tertipu. Di mana kartu itu sekarang?” tanya Meisya, penuh dengan kepura-puraan.“Sudah kuserahkan ke pihak kepolisian,” jawab Dea cepat. “Mereka bilang aku bisa ditangkap kalau terus menggunakannya. Aku tak bisa menghubungimu… jadi kupikir…”“Astaga…” Meisya berpura-pura memeriksa ponselnya dengan dramatis, matanya berkedip cepat seolah menemukan sesuatu yang mengejutkan. “Lihat i

    Last Updated : 2025-04-11
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 113. Cinta tidak membuat perutmu kenyang!

    Keheningan kembali menyelimuti ruangan itu. Tapi tidak untuk waktu yang lama. Meisya memutar tubuhnya sedikit, membenahi lipatan pada blazernya dengan angkuh, lalu kembali membuka suara."Dan kamu, Dea..." katanya, suaranya kini lebih lirih namun tajam seperti pisau. "Kamu sungguh jahat."Dea mengerutkan alis. "Jahat?""Aku sudah melakukan segalanya agar kamu jauh dari Yama," lanjut Meisya, matanya menatap lurus tanpa berkedip, "aku memindahkanmu, kuberikan uang, bahkan menjamin pengobatan ayahmu, tapi kamu tetap saja... kembali ke arahnya.""Aku tidak tahu harus percaya siapa!" seru Dea, nadanya nyaris putus asa. "Segalanya kabur, setiap orang memanipulasiku, dan kamu... kamu memutar semua kenyataan seenaknya!""Apa?!" Meisya terkejut, dan menyadari bahwa Dea belum sepenuhnya percaya terhadap ceritanya.Meisya menegakkan tubuh, senyumnya kembali muncul, lembut namun sinis

    Last Updated : 2025-04-11
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 114. Lengkap dengan penyakit menular

    Perkataannya seperti pisau tajam yang menggores hati Dea, namun wanita itu hanya bisa memejamkan kedua matanya sehingga air mata membasahi pipinya.Meisya melangkah pelan ke arah jendela, menatap ke luar sejenak sebelum berbalik lagi.“Yang lebih parah…” katanya lirih, “Sebagai pria yang tumbuh dewasa, Yama kesulitan menghapusmu dari hidupnya. Aku bisa melihat itu. Dia… terseret dalam bayang-bayang tubuhmu yang—”“Cukup!” bentak Dea, tangannya mengepal keras.Tapi Meisya tidak berhenti.“Saya tebak, dia masih tertarik padamu,” bisiknya, “bukan karena perasaan… tapi karena tubuhmu. Tubuhmu yang sudah ternoda. Daripada menyewa pelacur, lebih baik tubuh yang setidaknya masih tidak tercemar penyakit menular, bukan?”"Yama adalah pebisnis yang pintar, sesudah kamu... akan ada lagi wanita lain

    Last Updated : 2025-04-12
  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 115. Pengadilan Dadakan

    Pangeran Frans muncul dengan ekspresi panik, rambutnya acak-acakan dan jubah tidurnya belum sepenuhnya rapi. Ia berdiri di hadapan Ratu dengan dada naik turun.Ratu mengangkat alis, sedikit mengernyit. “Apa lagi sekarang, Pangeran Frans?”Pangeran itu menjura, lalu berdiri tegak dengan gaya dramatis. “Yang Mulia... mohon ampun... ini bukan maksud saya... saya hanya ingin mengobrol!” katanya sambil merentangkan tangan ke samping, seolah berada di atas panggung sandiwara.Ratu memicingkan mata. “Jelaskan. Apa yang terjadi?”“Saya... saya menculik Dea tadi malam,” kata Frans pelan tapi cepat, menunduk seolah takut pada bayangannya sendiri. “Bukan dalam arti jahat! Hanya... hanya membawa dia ke kamar tamu. Maksud saya, kami hanya berbincang. Saya ingin mengenalnya lebih dekat. Ia... menarik.”Ia berhenti sejenak, mengusap pe

    Last Updated : 2025-04-12

Latest chapter

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 136. Lepaskan Nona Dea!

    Namun, Yama akhirnya bisa bernapas lega pada saat seseorang akhirnya menemukannya. Saat dia melihat bayangan samar di antara es yang sudah membentuk lingkaran sekeliling matanya."T-tolong."Seorang lelaki tua dari pemukiman bawah, dengan kereta kayu berisi ramuan dan kayu bakar. Matanya membelalak saat melihat tubuh tergeletak di antara bebatuan. "Hei!" pekiknya seraya berlari mendekati dengan langkah besar menginjak salju yang tebal.Luka dan darah Yama yang mulai membeku sudah hampir menyatu dengan salju. Pria tua itu bergidik dengan bekas noda cukup panjang di belakang Yama."Astaga… kamu masih hidup!" serunya panik menyadari sudah berapa lama Yama berusaha bertahan hanya dengan merangkak dalam luka yang tetap mengalirkan darah.Yama tak bisa menjawab. Dia merasa kedua lututnya mungkin sudah hancur. Tapi dia tidak peduli.Ia hanya menggeliat pelan, matanya mengerjap samar. Tapi itu cukup j

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 135. Bertahan

    Ia mulai mencoba menggulingkan tubuhnya, mencari posisi yang bisa memudahkan upayanya. Lututnya yang terluka menyeret di atas bebatuan kasar, menimbulkan goresan baru yang membuatnya terasa nyeri berkelanjutan.Yama mendesis, menahan nyeri.Kantung mayat yang cukup tebal itu lumayan membantu sehingga dirinya tidak menjadi patung es di dalam jurang itu.Namun, setiap tarikan napasnya seperti dihantam paku-paku dingin menusuk langsung ke paru-parunya. Tapi Yama tetap bergerak, perlahan, pasti. Sampai dia benar-benar mendapat lubang yang cukup besar untuk menghirup udara lebih."Sedikit lagi!" gumamnya seraya beristirahat. Yama sudah berhasil mengorek lubang sebesar satu jari telunjuk di kantong mayat yang membungkusnya. Kantong mayat dengan kualitas premium milik kekaisaran bukan terbuat dari kantung plastik murahan, sehingga tanpa disadari, kantung itu sudah membantu menjaga kehangatan tubuh Yama. Bila tidak demikian, Yama mungkin sudah menin

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 134. Kecurigaan

    "Nona Dea," sapanya dengan suara bergetar dan canggung.“Eh, kamu!” suara itu membuatnya tercekat. “Kamu lihat Yama?”Ajudan itu menelan ludah. Pandangannya melirik ke belakang dengan canggung, lalu kembali ke wajah Dea yang terlihat khawatir. “T-tidak, Nona Dea... S-saya tidak melihatnya,” jawabnya cepat dan semakin terlihat canggung sambil menggeleng. “M-mungkin dia masih di bukit barat?”"A-aku harus kembali ke tenda," lanjutnya. Ia langsung berlari setelah itu, seperti dikejar sesuatu yang tidak kasat mata.Dea terdiam, keningnya berkerut. Hati kecilnya merasa ada yang aneh dengan gestur ajudan itu. Tapi ia menaikkan bahu lalu memilih masuk ke dalam tenda. Berharap, mungkin Pangeran Frans tahu.Di dalam, Pangeran Frans bangkit dari kursinya dan menyambutnya dengan senyum lembut. Ia memeluk Dea erat, seperti ingin menunjukkan bahwa ia peduli.

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 133. Menghilangkan Yama

    Ketika pagi menyambut, sinar matahari menerobos masuk melalui celah kain tenda.Yama terbangun lebih dulu. Dea masih terlelap, kepalanya bersandar di dadanya, tangannya melingkar di pinggangnya tanpa sadar. Wajahnya damai. Tapi justru itu yang membuat dada Yama sesak. Ia takut momen ini hanya sementara. Ia takut, ketika mata itu terbuka, yang ia lihat adalah penyesalan.Tapi saat Dea benar-benar terbangun, suasana menjadi canggung seperti yang ia bayangkan.Dea cepat-cepat menarik diri. “Maaf... aku—aku nggak tahu...”Yama ikut bangkit, menunduk. “Aku juga minta maaf. Aku nggak... maksudku, tadi malam... kita cuma butuh kehangatan.”“Iya,” Dea menyambar cepat. “Cuma... supaya nggak beku.”Keduanya diam beberapa saat, lalu saling memberi senyum canggung sebelum keluar dari tenda masing-masing, seolah malam

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 132. Tak tahu malu!

    Pangeran Frans terhuyung dan terduduk di lantai es yang dingin. Bibirnya robek, darah mengalir. Tapi ia tertawa kecil. “Kalian benar-benar pasangan yang cocok. Satu keras kepala, satu impulsif.”Dea berdiri tegak di sisi Yama. “Pangeran Frans, mohon menjaga statusmu! Jika kamu datang lagi seperti ini, aku akan pastikan seluruh tim medis dan keamanan tahu siapa kamu sebenarnya, Frans.”Frans menatap Dea sekali lagi. Ada sesuatu yang berubah dalam matanya. Bukan lagi gairah atau keinginan, tapi kekecewaan dan luka dalam egonya.“Aku hanya... ingin kamu tahu bahwa aku juga adalah seorang pria sejati, aku ingin membuktikannya dengan memberikan keperjakaanku padamu, Sayang,” ucapnya lirih.Dea memalingkan wajahnya yang terasa hangat saat Pangeran Frans menunjukkan bagian intinya tanpa rasa malu."Tak tahu malu!" teriak Yama seraya merangkul Dea dalam peluka

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 131. Laki-laki sempurna

    “Aku lihat cara kamu menatapnya.” Suaranya rendah. “Aku tahu... kamu mencintainya.”Dea menghela napas. “Aku menganggapnya sebagai sahabatku.""Lalu aku?"Dea menatapnya dalam-dalam lalu menjawab, "sahabatku yang baik.”Frans tertawa kecil—pendek, tapi getir. Wajahnya tidak lagi bercanda.Ia mendekat, suara tertahan. “Sahabat baik?"Frans tertawa kecil.“Sahabat, ya?” Bibirnya miring mengejek. “Kamu sungguh tidak tahu apa yang sudah kamu lakukan padakuDea bergeming. "Apa maksudmu?"“Aku tak bisa tidur sejak malam itu. Kamu masuk ke pikiranku seperti racun. Dan yang paling membuatku muak adalah… aku bahkan tidak tahu, kenapa harus kamu?”“Karena kamu sangat baik, Frans.” Dea berbisik. “Dan kamu tidak suka wanita, jangan lupa

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 130. Dia hanya butuh Yama

    Ia melompat ke atas kendaraan milik relawan, memberikan instruksi tegas, suaranya gemetar bukan karena dingin, tapi karena sesuatu yang lain. Ketakutan yang tak bisa ia mengerti.“Bawa kami ke lokasi! Siapkan alat-alat penggali manual! Semua tenaga medis ikut!”Pangeran Frans akhirnya menyusul, melompat ke kendaraan berikutnya. Tapi kali ini, tidak ada senyum jenaka, tidak ada komentar sarkastik. Ia hanya duduk diam dengan rahang mengeras, menyaksikan Dea mengurus semuanya dengan penuh kepanikan."Dia segelisah itu karena Yama?"Frans menggenggam lututnya, cemburu yang mendidih dalam dadanya mulai mengusik logika. Ia ingin percaya bahwa hubungan mereka hanya sebatas masa lalu. Tapi kekhawatiran yang ia lihat di mata Dea barusan... bukan kekhawatiran biasa.Sesampainya di lokasi longsor, senja mulai merambat. Embun sisa longsor masih membuat pandangan mereka dalam jang

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 129. Longsor

    Yama tersenyum kecil. “Tapi setidaknya… kau tidak bilang ‘tidak mungkin.’”Dan malam itu, untuk pertama kalinya sejak lama, Dea tersenyum. Pangeran Frans yang mendengar percakapan mereka yang singkat itu, mengepalkan kedua tangannya di luar tenda. Dia mulai merasa marah dan sudah saatnya untuk bertindak.Namun, keesokkan harinya, pagi-pagi sekali Pangeran muncul dengan semangkuk bubur di tangannya."Dea, Sayang. Bubur hangat untuk kesayanganku yang cantik," ucapnya dengan hangat lalu duduk di tepi ranjang Dea.Dea mengucek kedua matanya yang masih mengantuk dan meregangkan pinggangnya yang kaku."Hmm, ini terlihat enak dan hangat, tetapi mengapa harus mengantarkannya sampai ke tenda?" Dea segera menegakkan punggungnya."Dea, apakah kamu akan memberikan kesempatan lagi kepada Yama?"Dea sedikit terkejut pada saat mendengar pertanyaan Pangeran Frans, dia menghentik

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 128. Pertemuan

    Tangannya sibuk membalut luka di lutut seorang anak perempuan kecil, yang menangis tertahan. Pipinya merah membeku, rambutnya sedikit kusut, tetapi matanya tetap tenang dan lembut saat bicara pada si anak.“Tak apa, sebentar lagi selesai. Kamu hebat sekali, ya. Satu lagi, ya?” Dea berusaha membujuk agar anak kecil itu mau menelan pil anti nyeri untuk meringankan rasa sakit pada lukanya.Suara itu—masih sama. Sama seperti yang dulu ia dengar saat mereka duduk berdua di pinggir sungai kecil, saat dunia masih terasa sederhana. Tapi kini, dunia mereka penuh luka dan rahasia.Yama berdiri mematung. Untuk beberapa detik, waktu terasa berhenti. Dadanya sesak oleh sesuatu yang tidak bisa ia uraikan: rasa bersalah, harapan, dan kerinduan yang ia sembunyikan terlalu lama.Namun sebelum sempat ia membuka suara, langkah lain mendekat dari sisi tenda yang lain.“Sayang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status