Namaku Clarissa Shaffira, saat ini aku sedang berada di Kafe bersama dengan teman-temanku untuk merayakan kelulusan SMP kami sekaligus merayakan diterimanya kami di SMA yang sama. Aku sudah berteman cukup lama dengan Christian, Lala dan Ares. Lebih tepatnya kami sudah bersahabat sejak kami masih duduk di bangku SD.
Saat ini kami sedang memainkan sebuah permainan truth or dare. Kebetulan Christian sudah mendapatkan truth dengan mengakui hal paling memalukan yang dia rahasiakan yaitu tentang celana boxer kesayangannya yang berwarna pink bergambar hello kitty yang masih dia pakai sampai saat ini.
Sedangkan Lala dan Ares sudah mendapatkan dare mereka yang menurutku lumayan keterlaluan. Ares harus membuat seorang gadis yang terkenal cupu bernama Rayanna agar jatuh cinta padanya. Sementara Lala harus mengaku hamil pada pria pertama yang masuk kedalam Kafe. Menurutku tindakan Lala saat berdrama tadi cukup keterlaluan, dia bisa-bisanya begitu percaya diri mengaku hamil dari lelaki bernama Andra tadi.
Kini hanya tersisa giliranku, mereka sengaja membuatku tidak bisa memilih dan langsung memberikan dare padaku karena aku jadi yang terakhir. Aku sungguh cemas karena takut mereka akan memberikan tantangan yang sulit dan tidak masuk akal.
"Rissa, dare buat lo adalah ngaku jadi pacar siapapun cowok yang nanti masuk lewat pintu itu. Mau itu bapak-bapak kek, om-om kek, atau bahkan kakek-kakek sekalipun." Lala tak mau kalah karena tadi dia diberikan dare yang berat oleh teman-temannya. Nyebelin banget Lala ngasih dare nya, mau bales dendam apa gimana? Padahal tadi yang ngasih dare sama Lala kan bukan aku.
"Loh, kok gitu sih, La? Kalian gila! Gimana kalo nanti beneran yang masuk bapak-bapak? Nanti istrinya bisa salah paham, bisa-bisa aku digampar atau parahnya lagi dikatain pelakor. Terus kalau yang masuk om-om mesum nasib aku gimana? Nanti bisa-bisa aku dijadiin simpanan lagi! Atau parahnya lagi kalo kakek-kakek yang dateng." Aku mulai panik dengan segala imajinasi yang ada sementara teman-temanku malah tertawa mendengarnya.
"Haha imajinasi lo liar banget deh, tapi bukannya malah seru yah?" Lala malah tertawa terbahak-bahak mendengar kekhawatiranku.
"Iya-iya, betul tuh. Tapi kalo beneran kaya gitu, bukannya malah makin ngakak gak sih?" Ares dan Chris juga ikut tertawa membuatku kesal.
Kami terus memandang kearah pintu Kafe, sembari aku berdoa didalam hati tentang keselamatanku, aku merapalkan segala doa yang aku bisa. Kuharap semua bayanganku tidak benar, semoga bukan bapak-bapak atau om-om mesum juga bukan kakek-kakek tua yang menjadi sasaran dareku.
Lalu masuklah seorang pemuda tampan yang kurasa masih seumuran anak SMA, dia sangat dingin dan auranya menakutkan. Baru melihatnya saja sudah membuat bulu kudukku merinding, terus gimana aku mau ngelakuin dare coba? Tapi Lala mulai menyikut lenganku supaya aku memulai aksiku.
Aku akhirnya memberanikan diriku berjalan menghampiri nya dan mulai merapalkan semua doa yang aku bisa. Kalian tau? Aku sangat takut sekarang, aura lelaki itu sangat menyeramkan bahkan dia begitu mengintimidasi sekitarnya.
"Sayang, kamu kemana aja? Aku kangen!" Aku memulai aksiku dengan gugup, sementara dia hanya diam saja sambil menatapku dengan tatapan tajam sambil mengernyitkan alisnya bingung.
"Kamu kok gak ada kabar? Padahal aku kangen tau!" kini mulai terbiasa dengan drama gila yang tidak masuk akal ini.
"Siapa?" lelaki itu bertanya padaku dengan nada dan ekspresi yang datar.
"Kamu lupa sama aku, Bebs? Kita pacaran sudah dua tahun lebih dan kamu lupain aku gitu aja? Jahat kamu, Bebs!" Aku mulai mendramatisir kata-kataku, tapi setelah mengatakannya aku mulai merutuki kebodohanku sendiri yang sudah mulai gila seperti Lala. Lalu apa bedanya aku dengan Lala tadi yang dengan percaya dirinya mengaku hamil anak dari pria yang menjadi sasaran darenya? Kalau sekarang saja aku sudah sama gilanya seperti Lala.
"Axcel, dia siapa?" seorang wanita tiba-tiba datang dibelakang lelaki dingin itu.
Oh, jadi namanya Axcel toh, tapi siapa perempuan cantik yang bersamanya itu? Apakah mungkin itu pacarnya? Kalau memang betul dia adalah pacar dari lelaki bernama Axcel itu, maka habislah diriku. Bisa saja nanti aku ditampar didepan umum atau bahkan dimaki-maki dan dituduh sebagai pelakor atau selingkuhan.
"Indira, aku juga gak tau dia siapa!" lelaki itu nampak mencoba menjelaskan pada wanita yang kuketahui bernama Indira. Dia gadis yang cantik, anggun, dan nada suaranya terdengar lemah lembut. Kalau dipikir-pikir dia seperti Angel, kakakku. Wajahnya yang putih bersih dan bibir pink alami membuatnya terlihat sangat manis seperti gadis korea.
"Aku udah denger semuanya Axcel, aku rasa keputusan aku buat pindah ke London udah tepat!" gadis yang bernama Indira itu nampak terdengar seperti sedang menahan tangisnya, sungguh aku tidak tega melihatnya. Apa aku sudahi saja yah? Kasihan juga kalau sampai mereka bertengkar hanya karena diriku.
"Indira, ini gak seperti yang kamu kira. Aku aja gak kenal dia, please jangan tinggalin aku, Ra!" Lelaki dingin bernama Axcel itu nampak memohon agar Indira tidak meninggalkannya. Aku dapat melihat cinta yang begitu besar dari Axcel untuk Indira, raut wajahnya terlihat begitu pilu, aku jadi tak tega melihatnya.
"Cukup Axcel! Tadinya aku mau mempertahankan hubungan ini, tadinya aku mau pertimbangin biar bisa menetap disini dan tidak ikut pindah. Tapi kalau tau bakal jadi kaya gini, aku jadi makin yakin untuk melanjutkan sekolah di London aja!" tegas Indira
Aku hendak memberi tahunya kalau ini semua salah paham dan menjelaskan, tapi malah keburu perempuan bernama Indira itu berlari pergi dari Kafe dan dikejar oleh lelaki bernama Axcel. Aku merasa sangat berdosa. Aku harap kesalahpahaman ini cepat berlalu, aku hendak lari mengejar mereka dan menjelaskan.
Tapi nihil, perempuan bernama Indira itu sudah keburu pergi dengan taksi dan lelaki yang bernama Axcel itu sudah menaiki mobilnya hendak mengejar taksi yang dinaiki Indira.Rasa bersalah menghujam hatiku, bagaimana ini? Aku harap ini tidak menjadi masalah besar nantinya. Tapi kenapa perasaanku terasa tidak enak? Aku melangkahkan kakiku lagi memasuki Kafe tempatku dan para teman-teman gilaku berkumpul.
"Astaga, gue gak nyangka ternyata lo juga bisa sedrama gue, Rissa!" ujar Lala
Lala tertawa geli karena merasa tak percaya bahwa aku bisa segila dirinya tadi. Tapi entah mengapa sedari tadi aku merasa perasaan aneh, aku merasa bersalah karena diriku menyebabkan pertengkaran sepasang kekasih hanya demi sebuah permainan. Apakah mereka bisa menyelesaikan kesalahpahaman ini atau justru malah hubungan mereka berakhir karena diriku.
"Gaes, aku ngerasa gak enak banget deh sama mereka tadi, firasatku juga jadi gak enak gini. Aku ngerasa bersalah banget sama mereka, aku takut kalau sampai mereka putus gara-gara aku," ujarku dengan perasaan yang tidak karuan.
"Udahlah Rissa, mending sekarang kita pulang aja. Biar lo gue yang anterin soalnya Lala dianter pulang sama Ares." Chris menawarkan tumpangannya, dia memang selalu perhatian pada teman-temannya, terutama pada Lala dan diriku. Chris selalu siap jika dimintai bantuan asalkan dia bisa bantu, dia pasti bantu. Dia rela mengantar jemput aku ataupun Lala asalkan ada waktu.
Kami pun pulang, aku diantarkan oleh Chris dan Lala diantar oleh Ares. Sesampainya dirumah aku merebahkan diriku ke kasur setelah tadi mandi.
Tok tok tok
Aku membuka pintu kamarku, ternyata yang mengetuk pintu kamarku adalah mamaku. Aku sudah menduganya, pasti mama datang untuk menyuruhku makan. Beliau memang sangat perhatian padaku, aku sangat menyayangi keluargaku, mama, papa dan kak Angel.
"Rissa sayang, ayo kita makan dulu." Benar saja Mama mengajakku untuk makan malam bersama.
"Tapi Mah, Rissa baru aja tadi makan di Kafe sama temen-temen," tolakku halus pada mama.
"Oh, ya udah, kalo gitu kami makan dulu yah?"
“Iya, Mah.” Jawabku.
Mama kemudian turun ke ruang makan, di sana kak Angel dan papaku sudah bersiap untuk makan. Aku kembali merebahkan diriku dan mencoba melupakan kejadian tadi.
Game sialan!
Sungguh aku membenci game itu sekarang, karena aku merasa sangat bersalah telah menyebabkan pasangan tadi bertengkar. Kenapa aku bisa sebodoh itu? Kenapa aku mau-mau saja berdrama seperti tadi? Ini semua salahku, kalau saja aku menolak dengan tegas walau mungkin teman-teman akan marah padaku. Pasti aku tidak akan menyebabkan oranglain bertengkar seperti tadi.
Aku pun memejamkan mataku dan berharap melupakan kejadian tadi sore. Aku juga berharap masalah antara lelaki bernama Axcel dan perempuan bernama Indira itu cepat terselesaikan.
Axcel POV Namaku Axcel Aditama Riguela, anak tunggal dari pasangan Alexander Riguela dan Andini Marselina Riguela. Saat ini aku berada di kelas XII di sebuah SMA ternama yang merupakan milik papaku. Bisa dibilang aku anak berada, siapa yang tidak mengenal keluarga Riguela? Kakekku yang bernama Samuel Riguela merupakan pemilik beberapa perusahaan besar warisan turun temurun keluarga yang dia kembangkan menjadi lebih besar. Papaku yang merupakan anak lelaki satu-satunya dikeluarga Riguela, tentu saja dia yang akan meneruskan bisnis keluarga. Sedangkan kakak dari papaku yang bernama Alana Swarini Riguela atau sekarang sudah berganti marga menjadi Negulian karena sudah menikah dengan keluarga Negulian yang juga deretan keluarga kaya. Aku memiliki pacar bernama Indira Cantika, kami sudah berpacaran sejak masih SMP kelas VIII. Aku sangat mencintai Indira, dia pacar pertamaku, dan kurasa dia cinta pertamaku. Hubungan kami san
Axcel POV Hatiku terasa sangat sakit mengetahui gadis yang sangat aku cintai pergi begitu saja tanpa pamit. Dia bahkan pergi tanpa mendengarkan penjelasan dariku terlebih dahulu. Akhirnya aku berjalan gontai keluar bandara lalu melajukan mobilku menuju rumah orangtuaku. "Indira, kenapa kamu ninggalin aku? Kenapa kamu gak percaya padaku? Kamu bahkan gak mau mendengarkan penjelasanku terlebih dulu." Kini aku duduk di ranjang king sizemiliku sambil memegang fotoku yang sedang bersama dengan Indira. Aku tak menyangka kisahku dan Indira yang sangat sempurna akan hancur seperti ini. Kami berpacaran selama kurang lebih empat tahun tapi harus kandas hanya karena kesalahpahaman. Padahal aku dan Indira yang digadang-gadang oleh banyak orang sebagai pasangan paling romantis, serasi, bahkan diharapkan sampai ke pelaminan ternyata harus kandas seperti ini. "Ini semua gara-gara gadis gila itu, awas saja aku kalau berte
Axcel menarik tangan Clarissa dan membawanya ke gudang, dihempaskannya kasar tangan gadis itu membuat Clarissa mengaduh kesakitan dan nyaris saja tubuhnya terjatuh ke lantai karena hempasan kasar yang dilakukan Axcel padanya. Clarissa dapat melihat amarah yang besar dari wajah tampan yang kini terlihat sangat menyeramkan itu. Clarissa tidak mungkin dibunuh disini kan? Clarissa sangat takut karena sekarang mereka berada di gudang yang gelap dan pengap. "Sebenarnya apa sih tujuanmu mengaku-ngaku menjadi pacarku huh?" kak Axcel bertanya pada Clarissa dengan nada sinis sambil terus memberikan tatapan tajam pada Clarissa yang sudah menciut ketakutan. "Kak, soal yang waktu itu aku minta maaf," cicit Clarissa penuh dengan penyesalan. Clarissa hanya bisa menunduk karena tidak berani menatap Axcel yang tengah menatapnya dengan tatapan sinis seolah akan mengulitinya hidup-hidup. Sebenarnya Clarissa selalu kepikiran akan nasib Axcel dan Indira setelah hal tidak pantas y
Clarissa POV Hari ini adalah hari pertamaku memasuki masa putih abu-abu, setelah kemarin telah selesai berkutat dengan MOS dan segala tetek bengeknya. Aku sudah terbiasa bangun pagi untuk bersiap sekolah, walau terkadang kalau tidurku larut malam karena tugas menumpuk membuatku terlambat bangun dan harus dibangunkan oleh mamaku. "Clarissa, nanti semangat yah belajarnya!" mama memberikan aku semangat saat aku sedang berjalan ke dapur untuk mengambil minum, karena saat ini mama sedang memasak untuk sarapan kami. Aku tersenyum ke arahnya sambil mengambil gelas dari rak piring, saat ini aku masih mengenakan piyama panjang bergambar doraemon. "Iya, Mah. Tapi sayang Clarissa gak sekelas sama Ares, Lala dan Chris." Aku sedikit sedih menceritakan hal itu pada mama, mengingat aku dan para sohibku tidak bisa bersama. Padahal sejak SD sampai SMP kami selalu bersama, walau sekarang kami juga masih satu sekolah hanya beda kelas saja. Kuli
Clarissa terjatuh tak sadarkan diri di kantin, membuat anak-anak yang tengah makan atau mengantri makan menjadi kaget. Axcel kebetulan memang sedang melihat kearah Clarissa sehingga dia tau gadis itu pingsan. Axcel dengan malas langsung bangkit dari tempat duduknya dan pergi menuju tempat Clarissa yang tengah tergeletak di lantai."Dih, ini anak malah pingsan, ngrepotin aja!" gerutu Axcel kesal, lalu dia mengangkat tubuh Clarissa untuk membawanya ke UKS.Semua murid memandang kearah Axcel saat dirinya menggendong Clarissa ala bridal style dan melangkah pergi menuju UKS. Banyak siswi yang berteriak histeris karena merasa iri hati, tidak bisa dipungkiri bahwa Axcel adalah salah satu pentolan sekolah. Dia tampan, kaya, gaul dan gayanya yang cool serta tak tersentuh membuat para siswi mengidolakannya. Dia juga terkenal sebagai pria yang setia, karena berdasarkan track record Axcel hanya pernah berpacaran satu kali dengan mantan kekasihny
Pagi ini Clarissa terbangun dari tidurnya, dia memang sudah terbiasa untuk bangun lebih pagi. Clarissa langsung bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, tapi sesuai dengan janjinya pada Axcel dia harus menjemput lelaki itu kerumahnya.Kak AxcelJangan lupa, jemput tepat waktu!Clarissa.Kak, jangan lupa kirim alamat rumahnya.Kak AxcelJln. KH Mas Mansyur, karet tengsin, Jakarta Pusat.Clarissa yang rumahnya berada di Jakarta barat harus menempuh perjalanan yang lumayan jauh tentu saja. Untuk menghindari macet, dia sengaja minta ijin berangkat lebih pagi pada orangtuanya. Tidak lupa Clarissa sarapan roti dengan selai karena makanan untuk sarapan belum siap. Tapi itu sudah cukup untuk sekedar mengganjal perutnya, karena dia tidak mau kalau sampai kejadian seperti waktu kemarin terulang kembali.“Kamu kok dari kemarin berangkatnya pa
Axcel terus menarik Clarissa ke luar dari Mall menuju ke parkiran, setelah sampai di parkiran dia menyuruh Clarissa masuk ke dalam mobilnya dan menaruh belanjaan mereka di kursi belakang."Kita makan malem dulu," ujar Axcel sambil menjalankan mobilnya ke sebuah restoran langganannya.Sesampainya di sana Axcel mengajak Clarissa masuk, mereka kemudian duduk di kursi yang kosong, Axcel bahkan mengijinkan Clarissa memilih makanan yang Clarissa inginkan dan Axcel yang akan membayarnya.Karena tidak ingin terlalu merepotkan, Clarissa akhirnya memesan makanan yang paling murah di sana. Hal itu membuat Axcel mengernyitkan alisnya, biasanya perempuan suka sesuatu yang mahal dan mewah. Indira saja kalau setiap makan selalu pesan yang mahal-mahal, Axcel pikir semua perempuan seperti itu.Saat sedang makan, sedari tadi Clarissa nampak gelisah sambil berulang kali melirik jam tangannya. Karena ini sudah semakin larut, tadi Clarissa berbohong pada orangtuanya dengan me
Cukup lama Clarissa menangis dipelukan Axcel, dengan sabar Axcel menenangkan dan menepuk-nepuk punggung Clarissa supaya gadis itu tenang. Clarissa akhirnya sadar bahwa ternyata sejak tadi dia memeluk dan menangis dipelukan devil yang selama ini membuatnya kesulitan. Clarissa langsung melepaskan pelukannya dan segera menyeka air matanya dengan tangan."Kak, m-maafkan aku. Tadi aku refleks memeluk Kakak karena aku sedang ketakutan," ujar Clarissa saat dirinya sudah mulai tenang.Clarissa merutuki dirinya sendiri, bisa-bisanya sejak tadi dia tidak sadar telah memeluk erat lelaki itu bahkan menangis sesenggukan dipelukannya. Apakah seniornya ini akan marah padanya? Atau justru Axcel akan menganggapnya kegatelan karena sudah berani memeluknya."Ya sudah, ayo pulang. Gue anterin lo balik, tadi gue udah bilang sama Ares dan Lala kalau lo gak bisa jalan sama mereka," ujar Axcel datar membuat Clarissa mengela nafasnya sedikit lega karena ternyata Axcel tidak marah karena