Home / Romansa / LOVE GAME / Part 04-Mengalah

Share

Part 04-Mengalah

Axcel menarik tangan Clarissa dan membawanya ke gudang, dihempaskannya kasar tangan gadis itu membuat Clarissa mengaduh kesakitan dan nyaris saja tubuhnya terjatuh ke lantai karena hempasan kasar yang dilakukan Axcel padanya. Clarissa dapat melihat amarah yang besar dari wajah tampan yang kini terlihat sangat menyeramkan itu. Clarissa tidak mungkin dibunuh disini kan? Clarissa sangat takut karena sekarang mereka berada di gudang yang gelap dan pengap.

"Sebenarnya apa sih tujuanmu mengaku-ngaku menjadi pacarku huh?" kak Axcel bertanya pada Clarissa dengan nada sinis sambil terus memberikan tatapan tajam pada Clarissa yang sudah menciut ketakutan.

"Kak, soal yang waktu itu aku minta maaf," cicit Clarissa penuh dengan penyesalan.

Clarissa hanya bisa menunduk karena tidak berani menatap Axcel yang tengah menatapnya dengan tatapan sinis seolah akan mengulitinya hidup-hidup. Sebenarnya Clarissa selalu kepikiran akan nasib Axcel dan Indira setelah hal tidak pantas yang dirinya lakukan saat itu. Clarissa selalu dihantui rasa bersalah setelah melakukan tindakan bodoh itu.

"Maaf kau bilang? Maafmu tidak akan pernah bisa memperbaiki keadaan!" bentak Axcel dengan nada sinis.

"Maaf, Kak. Aku mohon maafkan aku," pinta Clarissa.

Dia benar-benar menyesal, dia memohon pada lelaki itu agar dimaafkan, karena Clarissa sangat berharap bisa dimaafkan. Apapun akan Clarissa lakukan untuk menebus kesalahan yang telah dia lakukan.

"Apa alasanmu melakukan itu?" tanya Axcel dingin

"A-aku waktu itu lagi main game TOD bersama teman-temanku di kafe. Lalu kebetulan aku dapat dare harus mengaku jadi pacar siapapun pria pertama yang masuk ke Kafe saat itu," Jawab Clarissa jujur, tapi dia tidak bisa menahan dirinya yang gemetar.

Mendengar jawaban dari Clarissa membuat Axcel merasa tidak habis pikir, bisa-bisanya gadis gila itu menjadikannya target dari sebuah permainan konyol dan ajang bersenang-senang. Padahal gara-gara hal itu Axcel jadi harus kehilangan wanita yang sangat dia cintai. Dan itu hanya karena sebuah permainan gadis itu dan teman-temannya. Axcel mengusap wajahnya dengan kasar, saat ini dia benar-benar geram.

"Jadi kau menjadikanku bahan taruhan? Dasar gadis gila!" bentak Axcel benar-benar marah.

Bagaimana tidak, karena game yang Clarissa mainkan membuat Axcel jadi kehilangan pacarnya, orang yang sangat dia cintai. Dan dengan entengnya gadis itu hanya bisa mengucapkan maaf? Mudah sekali dia meminta maaf setelah kekacauan yang dibuatnya.

"Maaf Kak, sungguh aku menyesal. Maafkan aku, aku harus bagaimana untuk menebus kesalahanku?" tanya Clarissa sedih

Dia bersungguh-sungguh ingin menebus kesalahannya, dari pada Clarissa hidup dengan rasa bersalah karena telah mempermainkan orang lain dan mengacaukan kehidupannya.

"Oke, aku ada penawaran untukmu. Kau akan aku berikan tanda tanganku, tapi dengan syarat. Kau harus membayar mahal untuk tanda tangan dan penebusan kesalahanmu itu." Axcel menyeringai licik, sebuah ide untuk balas dendam pada gadis di depannya sudah mulai tergambar di kepalanya.

"Aku harus apa, Kak?" Clarissa merasa senang akhirnya dia bisa mendapatkan tanda tangan dari seniornya itu sekaligus menebus kesalahannya. Walau sebenarnya Clarissa juga harap-harap cemas, entah hukuman apa yang akan seniornya itu berikan kepadanya untuk membayar semua itu.

"Kau harus menjadi budakku, melayani semua perintahku tanpa ada bantahan!" ujar Axcel final tanpa bisa di debat.

Dia sudah memiliki rencana untuk membuat gadis bernama Clarissa itu tersiksa menjadi budaknya. Mengapa dia memakai istilah budak bukannya pelayan? Karena menurutnya itu sesuai untuk Clarissa, seorang gadis gila yang menghancurkan hidupnya bahkan terlalu bagus untuk menyandang panggilan pelayan, sepertinya istilah budak lebih baik untuknya. Katakanlah Axcel kejam, tapi dia tidak akan sekejam ini kalau bukan Clarissa duluan yang memulainya.

"Baiklah, aku setuju jika itu bisa menebus kesalahanku," ujar Clarissa tulus.

“Sini kertas dan pena milikmu, kita buat kesepakatan secara tertulis dulu.” Axcel mengambil buku dan pena yang sedari tadi selalu dibawa-bawa oleh Clarissa untuk meminta tanda tangan dari panitia dan seniornya. Kemudian Axcel juga menulis surat perjanjian singkat yang isinya Clarissa bersedia menjadi budaknya tanpa bayaran, dia harus melakukan apapun permintaan Axcel tanpa penolakan.

“Tanda tangan!”  Axcel menyodorkan bolpoint serta buku dengan tulisan perjanjian yang sudah dibuatnya pada Clarissa.

Clarissa dengan tenang meraih dan menandatanganinya, setelah itu barulah Axcel melepas kertas berisi perjanjian itu dari buku Clarissa untuk disimpan. Dia lalu menandatangani buku milik Clarissa sesuai permintaan dari Ridwan sang ketua panitia. Setelah selesai dengan urusannya, Clarissa bergegas kembali menemui Anna yang sudah lama menunggunya didekat ruang UKS yang berada tidak terlalu jauh dari gudang.

"Clarissa, kamu kok lama banget, ngapain aja sama kak Axcel?" tanya Anna penuh selidik

"Gapapa kok Anna, tadi aku disuruh-suruh dulu sebelum di kasih tanda tangan hehe, tapi akhirnya aku dapet kok tanda tangannya!" jawab Clarissa berbohong.

Dia terpaksa berbohong karena tidak ingin oranglain tau tentang hal ini. Selain memang Axcel melarangnya memberitahu siapapun, dia juga merasa tidak baik juga memberitahu oranglain.

"Wah, bagus dong, ayo kita ke tempat kak Ridwan!" pekik Anna semangat.

Anna dan Clarissa pun pergi menemui seniornya, mereka berjalan dari depan ruang UKS menuju lapangan dimana kak Ridwan berada. Nampaknya dia sedang menolak menandatangani milik beberapa kelompok yang sama kurang lengkap juga seperti Anna dan Clarissa.

“Kalian harus mendapatkan tanda tangan dari Pak Hartanto untuk menebus kekurangannya, baru kakak mau tandatangan!” ujar Kak Ridwan jual mahal.

Nampak mereka pergi dengan lesu mencari guru yang bernama pak Hartanto. Setelah beberapa siswa itu pergi, Anna dan Clarissa langsung mendekati seniornya itu.

"Kak, kami sudah mendapatkan tanda tangan dari kak Axcel," Clarissa menyerahkan kertas miliknya dan Anna.

"Gimana bisa? Ini asli?" nampak kak Ridwan heran, sepertinya ini di luar perkiraannya. Sepertinya Axcel memang galak, makanya Ridwan sengaja menyuruh mereka mendapatkan tandatangannya karena dia tau itu sulit. Seperti prinsip senior kebanyakan, kalau ada yang sulit kenapa harus mudah.

"Asli, Kak. kalo gak percaya tanya langsung saja sama kak Axcel," jawab Clarissa .

"Wah, hebat kalian bisa mendapatkan tanda tangan dari kak Axcel. Dia kan galak, dingin dan cuek, dia biasanya gak pernah mau nih disuruh beginian," ujar senior bernama Ridwan itu dengan nada memuji.

Clarissa langsung bergidik ngeri setelah mendengar karakter Axcel, pantas saja sejak pertama kali mereka bertemu auranya begitu mengintimidasi orang. Ridwan mengambil buku Clarissa dan Anna lalu menandatanganinya.

Setelah waktunya habis, mereka berkumpul di lapangan. Bagi yang tidak lengkap akan menerima hukuman di keesokan harinya dengan menjadi pelayan dari para senior, karena sekarang sudah waktunya pulang. Lalu setelah semuanya beres dan hari itu menjadi hari terakhir acara MOS. Acara ditutup dengan menyanyi, menari, menulis kesan dan pesan.

Setelah itu semua anak baru pulang kerumahnya, menunggu hari esok untuk resmi menjadi anak putih abu-abu. Carissa juga pulang kerumahnya, dia pulang dengan menaiki ojek.

"Rissa, anak Mami udah pulang," sambut Elisa yang merupakan mamanya.

"Iya, Mah. Papah sore ini pulang cepat yah?" tanya Clarissa saat menerima pesan dari papanya yang mengajak mereka makan malam bersama

"Iya sayang, sebentar lagi juga papa kamu sampai," jawab sang mama.

Akhirnya Clarissa bergegas masuk ke kamarnya untuk mandi dan ganti baju. Setelah selesai dia turun ke bawah, disana sudah ada kak Angel, mamah dan papah nya.

"Rissa, kesayangannya papa!" pekik papanya melambaikan tangannya pada putrinya.

"Tumben papa pulang cepat?" tanya Rissa pada papanya

"Kebetulan sedang tidak banyak pekerjaan," jawab papanya.

"Ini papa ada hadiah, tadi Papa mampir beli sesuatu untuk Clarissa dan Angel." Papanya mengeluarkan paper bag berisi dua gaun cantik untuk kedua bidadari kecilnya.

"Wah, bagus banget, Pah. Rissa suka!" pekik Clarissa antusias.

"Pah, kok punya Angel yang ini, aku maunya yang dikasih untuk Clarissa itu!" protes Angel pada ayahnya.

"Ya sudah, Rissa tuker yah sama punya kakakmu," papa membujuk anak bungsunya supaya mau bertukar dengan sang kakak.

"Yah, tapi Clarissa suka yang ini. Hmm, tapi kalo kak Angel mau, ya udah gapapa tuker aja," jawab Clarissa pasrah.

Dia memilih mengalah walau sebenarnya dia lebih menyukai gaun yang di pegangnya. Memang selama ini walaupun Clarissa yang merupakan seorang adik tapi Clarissa lah yang selalu mengalah pada kakaknya, karena Clarissa sangat menyayangi kakaknya. Selain itu dia lebih bisa berfikir dewasa dan mengalah, baginya dari pada harus ribut dengan kakanya lebih baik dia mengalah saja.

***

Di kamarnya, Clarissa sedang menyiapkan peralatan sekolahnya. Besok dia sudah resmi menjadi siswa baru, dia akan mengenakan seragam baru serta mengikuti pelajaran. Saat sedang memasukkan beberapa buku ke dalam tasnya, tiba-tiba ponselnya berdering.

Kak Axcel

Besok dateng ke sekolah yang pagi, jam setengah 6 pagi harus sudah berada di gerbang sekolah, gue tunggu. Tanpa bantahan!

Itulah pesan dari seniornya yang membuat Clarissa menganga, jam setengah enam pagi harus sudah disekolah? Berarti dia harus berangkat dari rumah sekitar jam lima seperempat, padahal matahari saja belum muncul sepertinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status