Axcel POV
Hatiku terasa sangat sakit mengetahui gadis yang sangat aku cintai pergi begitu saja tanpa pamit. Dia bahkan pergi tanpa mendengarkan penjelasan dariku terlebih dahulu. Akhirnya aku berjalan gontai keluar bandara lalu melajukan mobilku menuju rumah orangtuaku.
"Indira, kenapa kamu ninggalin aku? Kenapa kamu gak percaya padaku? Kamu bahkan gak mau mendengarkan penjelasanku terlebih dulu." Kini aku duduk di ranjang king size miliku sambil memegang fotoku yang sedang bersama dengan Indira.
Aku tak menyangka kisahku dan Indira yang sangat sempurna akan hancur seperti ini. Kami berpacaran selama kurang lebih empat tahun tapi harus kandas hanya karena kesalahpahaman. Padahal aku dan Indira yang digadang-gadang oleh banyak orang sebagai pasangan paling romantis, serasi, bahkan diharapkan sampai ke pelaminan ternyata harus kandas seperti ini.
"Ini semua gara-gara gadis gila itu, awas saja aku kalau bertemu kami bertemu lagi! Aku akan pastikan bahwa aku akan membalas semuanya, semua kekacauan yang dia sebabkan!" geramku kesal.
Tiba-tiba ponselku berdering, ternyata kak Andra meneleponku. Dia mengajakku bertemu, dia akan datang ke rumahku dan menginap di sini karena kebetulan papa Alex dan mama Andin sedang pergi ke rumah kakek dan nenek.
"Kak Andra, sini masuk. Aku mau cerita sesuatu sama Kakak," ucapku dengan muka sedih saat dia baru sampai di kediamanku.
"Kakak juga mau cerita sama kamu," jawabnya datar.
Kak Andra memang sejak dulu dingin dan datar, karena itu memang sifatnya. Tapi kalau dengan keluarganya tak jarang juga dia berlaku hangat. Selisih umurku dan Kak Andra adalah 6-7 tahunan, usiaku saat ini menginjak 17 tahun dan dirinya 24 tahun. Oh iya, kak Andra ini punya adik namanya Rayanna yang umurnya sekitar 15 tahun, dia baru masuk SMA. Aku sangat menyayangi sepupu-sepupuku ini karena aku anak tunggal dan tidak memiliki kakak atau adik kandung. Makanya aku selalu menganggap kak Andra dan Rayanna seperti kakak dan adikku sendiri.
Tapi diantara keluarga kami, hanya Anna yang sedikit berbeda. Memang sih keturunan keluarga kami semuanya tampan dan cantik, hanya saja Anna berpenampilan sedikit, nerd? Dia memakai kacamata tebal, gayanya juga cupu, makanya sejak dulu dia sering dibully oleh teman-temannya. Tapi aku dan kak Andra selalu berusaha keras melindunginya. Kami menerima Anna apa adanya, terlepas penampilannya yang tidak sekeren kami.
"Kak, aku putus sama Indira," ujarku mencurahkan masalahku.
"Loh, kenapa?" Kak Andra merasa heran pasalnya dia tau kalau aku dan Indira sudah berpacaran sejak lama. Hubungan kami bisa dibilang romantis dan selalu harmonis, dia juga paling tau kalau aku sangat mencintai Indira.
"Dia salah paham gara-gara tadi di Kafe ada gadis gila yang mengaku sebagai pacarku. Lalu Indira tidak sengaja mendengarnya kemudian salahpaham. Dia langsung meninggalkanku, bahkan dia tidak mau mendengar penjelasanku terlebih dulu. Dan yang lebih parahnya lagi, dia pergi ke London untuk melanjutkan sekolah disana karena orangtuanya memang pindah kesana." Kini aku menjelaskan semuanya pada kak Andra tentang kisahku dan Indira.
"Astaga Axcel, malang sekali nasibmu, tapi kamu tidak jauh beda denganku, kenapa cerita kita mirip sih?" Kak Andra merasa iba padaku, tapi perkataan terakhirnya membuatku bingung.
"Kakak kenapa?" tanyaku penasaran
"Ini semua gara-gara gadis gila itu!" ujar Kak Andra geram.
"Gadis gila? Wah, ada berapa banyak gadis gila yang merusak kebahagiaan orang lain di dunia ini? Sungguh menjengkelkan!" ujarku tak habis pikir.
"Kau tau Axcel, aku dan Kinan sudah berteman sejak lama. Aku sudah memendam rasa padanya sejak saat kami masih kecil, tapi dia hanya menganggapku sahabat. Makanya aku tidak pernah berpacaran selama ini, aku selalu menunggu saat yang tepat untuk menyatakan perasaanku pada Kinan." Kak Andra memulai ceritanya tentang masalah yang tengah dia hadapi.
"Iya, aku tau kalau sejak dulu Kakak menyukai kak Kinan," ujarku.
Karena memang betul yang dikatakan kak Andra, dia sangat mirip dengan papanya pernah mencintai orang yang tidak menerima perasaannya. Hal itu membuat kak Andra tidak bisa membuka hati untuk oranglain dan membuatnya tidak pernah pacaran selama ini.
"Kau tau, aku sampai digosipkan gay hanya karena tidak pernah menerima gadis manapun yang mencoba dekat denganku. Mereka tidak tau saja kalau aku hanya ingin dekat dengan Kinan, makanya aku tidak pernah mau dekat dengan siapapun apalagi pacaran. Tapi kemarin sore, tiba-tiba saja ada seorang gadis gila yang mengaku hamil anakku. Padahal aku saja tidak mengenalnya, tapi hal itu membuat Kinan pergi menjauh dan membenciku."
Ternyata kisahnya tak jauh berbeda denganku, kehilangan gadis yang kami cintai hanya karena seorang gadis gila yang tidak kami kenal. Apa mungkin gadis yang dimaksud kak Andra sama dengan gadis yang menghancurkan hidupku? Kalau berbeda, sebenarnya ada berapa banyak spesies gila di muka bumi ini.
"Kita senasib, Kak." Aku menghela napas, Kami berdua hanya bisa pasrah menerima nasib, entah kesalahan apa yang sudah aku dan kak Andra lakukan sehingga membuat kami sial begini.
Clarissa POV
Hari ini hari pertamaku masuk SMA, kini hari-hariku akan berbeda jauh dari sebelumnya. Seperti yang sering oranglain katakan bahwa masa putih abu-abu sangat berbeda dengan masa sekolah yang lain. Bisa di bilang ini adalah masa yang paling indah.
Karena masa ini adalah masa transisi dari remaja menuju dewasa, dan bisa di bilang masa-masa emas. Biasanya banyak anak yang puber dan memulai kisah cinta romantisnya di bangku SMA. Seperti yang kita tau bahwa kebanyakan novel remaja atau sinetron remaja bertema percintaan semasa putih abu-abu banyak diminati remaja atau orangtua yang sedang bernostalgia.
Karena sebagian besar orang mengenang masa itu sebagai masa bertumbuhnya cinta, masa di mana kita memiliki banyak pelajaran baru dalam hidup. Bertemu teman-teman baru, memulai pelajaran yang jauh lebih sulit. Intinya dimasa ini merupakan penentu masadepan, masa untuk mencari jati diri.
Dan hari ini aku bersiap untuk mengikuti MOPDB (Masa Orientasi Peserta Didik Baru) atau biasa di singkat dengan MOS (Masa Orientasi Siswa). Suatu kegiatan yang paling disukai oleh para kakak senior untuk sekedar balas dendam atau ajang pamer. Walau tak jarang juga banyak yang memang murni untuk mendisiplinkan juniornya. Tapi acara ini merupakan kegiatan yang pasti dibenci oleh sebagian besar siswa baru.
Hari ini aku berangkat dengan diantarkan oleh ayahku. Aku dan kak Angel berbeda sekolah, arah sekolah kami berlawanan. Dan karena arah sekolahku searah dengan ayah, makanya aku ikut dengannya dan kak Angel berangkat sendiri menggunakan angkutan umum.
Sesampainya di sekolah, kami anak baru langsung dibariskan di lapangan sekolah mengikuti arahan dari para kakak panitia kegiatan MOS. Pada awalnya kami semua melakukan upacara bendera bersama para guru dan kakak senior yang lain. Selanjutnya para siswa baru melakukan kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah. Kami dibagi tugas, ada yang menyapu halaman, mencabuti rumput, membersihkan koridor, membersihkan kamar mandi, membersihkan perpustakaan, membersihkan mushola, membersihkan lapangan, mengelapi kaca-kaca, menyapu lantai, mengepel lantai dan sebagainya.
Selanjutnya setelah selesai kerja bakti, kami diberi waktu untuk ISOMA (Istirahat Sholat Makan) sebelum melanjutkan kekegiatan selanjutnya. Setelah waktu ISOMA selesai, tak mau buang-buang waktu. Kami semua langsung diarahkan pada kegiatan selanjutnya yaitu berlari keliling sekolah sambil menyanyikan mars sekolah.
Setelah selesai, guru kesiswaan mengumumkan pembagian kelas kami. Karena pihak sekolah sudah membagi kami dalam kelas yang berbeda-beda. Tapi sayang sekali aku, Lala, Ares dan Chris tidak satu kelas.
Aku satu kelas dengan gadis nerd yang merupakan teman SMPku dulu, dia gadis yang menjadi sasaran dare Ares. Iya, siapa lagi kalau bukan Anna, setahuku namanya Rayanna Saputri N. Sebenarnya kalau dilihat-lihat lagi dari dekat dan diperhatikan dengan seksama Anna itu cantik loh.
Kulitnya putih bersih tanpa balutan bedak, bulu matanya panjang dan lentik walau tertutup kacamata tebalnya itu, bibirnya tipis dan berwarna merah muda alami walau dia tidak pernah memakai lisptik atau pewarna bibir lainnya. Alisnya juga bagus, tidak berantakan, lumayan tebal tapi rata dan bentuknya sudah bagus tanpa perlu di gambar lagi dengan pensil Alis.
Hanya saja gaya dan penampilannya yang begitu tidak menarik membuatnya terlihat cupu, padahal rambutnya hitam panjang dan sepertinya lurus. Tapi dia selalu mengepang dua rambutnya di tambah kacamatanya terbal hampir setengah menutupi mukanya, gayanya juga kikuk kerap kali menunduk tidak percaya diri.
Gaya berpakaiannya juga membuatnya terlihat makin cupu, karena roknya terlalu panjang dari lutut dan dia memakainya seperti jojon. Bajunya yang di masukan ternyata kebesaran membuatnya terlihat seperti orang-orangan sawah.
Seandainya dia bisa bergaya sepertiku, walau aku tidak bisa di bilang cantik dan modis tapi setidaknya aku tidak masuk kategori cupu. Aku tidak begitu cantik dan tidak pula masuk kedalam deretan list most wanted sekolah, karena memang aku tidak begitu populer seperti layaknya anak gaul yang hits dan mengikuti trend terkini.
Tapi setidaknya aku bersyukur memiliki teman-teman yang satu frekuensi dan selalu bersama dalam keadaan apapun. Walau aku tidak terlalu kaya dan masih masuk standar keluarga biasa. Tapi lumayan lah, sejak dulu aku tidak pernah terlibat masalah atau dibully. Penampilanku yang sederhana juga belum masuk kategori cupu dan masih terlihat wajar oleh teman-teman yang lain.
Akhirnya kami diminta membuat kelompok berisi dua orang, nantinya per kelompok diminta pergi mencari para kakak senior dan kakak purna senior untuk meminta tanda tangan mereka. Mereka akan berpencar di seluruh penjuru sekolah dan kami harus mencarinya dan meminta tandatangan. Aku bergegas menghampiri Anna, karena hanya dia yang terlintas diotakku saat diminta membuat kelompok.
"Hay Anna, kamu udah punya kelompok?" tanyaku padanya
Aku mendekatinya karena kebetulan hanya Anna yang aku lumayan kenal dari teman-teman lain yang masih asing. Aku rasa dia yang paling enak dijadikan satu kelompok karena anaknya baik.
"Belum nih, kalo kamu?" tanya Anna balik
"Aku juga belum, gimana kalo kita bareng aja?" usulku kemudian
“Boleh.” Anna menyetujui usulanku, akhirnya aku sekelompok dengan Anna, kami bekerja sama untuk meminta tanda tangan kepada para senior. Tapi rasanya begitu susah, mereka sok jual mahal karena memang sudah disetting seperti itu. Aku dan Anna kebingungan karena kami masih kurang sangat banyak tanda tangan dari para panitia. Tapi kami tiba-tiba melihat sang ketua panitia dan bergegas menemuinya untuk meminta tandatangan darinya.
Dia melihat kertas milik kami dan menggeleng-gelengkan kepalanya dengan muka mengejek. Wajar saja sih, kami memang masih kurang banyak mendapatkan tandatangan dari senior yang lain.
"Aku punya sebuah tawaran yang menguntungkan untuk kalian berdua. Kalian mau tidak? Kalau kalian setuju, kalian tidak perlu minta tanda tangan ke semua senior panitia." Kak Ridwan yang merupakan ketua panitia kegiatan ini memberikan sebuah penawaran yang terdengar menarik, saat aku dan Anna meminta tanda tangannya. Awalnya kami tengah meminta tanda tangan miliknya, tapi dia tidak mau karena kolom tanda tangan kami belum lengkap. Dia hanya akan tanda tangan ketika semua panitia telah tanda tangan. Maka dari itu dia akhirnya memberikan penawaran menarik itu pada kami.
"Mau, Kak!" jawabku dan Anna serentak, kami begitu antusias dengan tawaran dari kak Ridwan.
"Kalian berdua harus mendapatkan tanda tangan dari purna OSIS yang bernama kak Axcel," ujar kak Ridwan dengan senyum miringnya.
Axcel? Seperti nya aku pernah mendengar nama ini, tapi dimana? Ah, mungkin hanya perasaanku saja. Tapi dari ekspresi wajah kak Ridwan menunjukan bahwa sepertinya tidak mudah mendapatkan tandatangan kak Axcel. Ya, mana mungkin ada tawaran yang begitu mudahnya tanpa perlu rintangan. Sudah kuduga, pasti dia tidak mungkin memberikan kemudahan secara cuma-cuma.
"Baiklah Kak, akan kami dapatkan!" jawab Anna dengan percaya diri.
Aku sampai menatapnya heran, kenapa bisa dia sepercaya diri itu? Ah, mungkin memang benar kalau dia terlalu lugu dan polos. Dia masih belum menyadari kalau senior bernama Ridwan ini tidak sebaik yang dia pikirkan, pasti akan sulit mendapatkan tanda tangan dari kak Axcel.
"Tapi keduanya harus dapat, kalau cuma satu yang dapat. Maka Kakak akan anggap kalau kalian gagal. Dan ya, Kakak tidak akan tanda tangan juga, yang artinya kalian tau sendiri kan?" ancam kak Ridwan.
"Baik Kak, kami akan mendapatkan tanda tangan dari kak Axcel," jawabku pada akhirnya.
Lalu aku dan Anna pergi mencari senior yang bernama Axcel itu, sesungguhnya aku tidak terlalu percaya diri. Bisa saja ini pilihan yang jauh lebih sulit dibandingkan meminta tanda tangan dari semua panitia.
"Anna, memangnya kamu tau kak Axcel yang mana?" tanyaku pada Anna
"Aku tahu, dia senior kelas tiga disini. Dulu dia menjabat sebagai ketua OSIS dan mantan kapten team basket sekolah ini." Anna menjelaskan apa yang dia ketahui tentang Axcel, aku hanya mengangguk sembari penasaran mengapa dia bisa tau detail itu sedangkan aku malah jauh lebih kudet darinya.
"Tapi kamu tau mukanya?" tanyaku lagi memastikan
Menurutku akan gawat kalau misalkan dia juga tidak tau wajah dari orang yang sedang kami cari.
"Iya Clarissa, aku tau, nah itu dia di sana. Ayo kita kesana!" pekik Anna bersemangat sambil menunjuk seseorang, dia menarik tanganku mengikutinya.
Aku lihat ada seorang lelaki berseragam sekolah ini sedang duduk di kantin. Seperti nya aku tak asing dengan mukanya, pernah lihat dimana yah?
"Kak Axcel,” Anna memanggil pria itu sehingga membuatnya menoleh kearah kami.
Seketika tubuhku menegang saat melihat wajahnya yang familiar. Astaga, pria ini kan yang waktu itu jadi sasaran dare ku. Lelaki yang aku temui di kafe dan aku mengakuinya sebagai pacarku sehingga membuatnya bertengkar hebat dengan gadis cantik yang sepertinya adalah kekasihnya.
"Kenapa, Anna?” tanyanya lembut pada Anna
Aku kaget ketika tau bahwa lelaki itu mengenal Anna. Apakah Anna mengenal lelaki ini? Sebenarnya bukan ini masalahnya, sekarang yang aku harus cemaskan adalah nasib sialku yang harus bertemu lagi dengan lelaki ini. Aku khawatir dia masih mengingatku atas kejadian itu, bagaimana kalau dia dendam padaku. Bisa habis diri ini melewati masa putih abu-abu, bisa saja warna hidupku akan suram karena secara tidak sengaja bermasalah dengan senior yang berpengaruh.
"Aku sama temenku yang namanya Clarissa mau minta tanda tangan Kakak, boleh yah?" Anna nampak memohon tapi seketika langsung diangguki oleh lelaki bernama Axcel itu. Tanpa banyak basa-basi dia langsung menandatangi kertas milik Anna.
"Itu Kak, punya temen Anna juga yah!" pinta Anna menunjuk diriku, membuatku menundukkan kepalaku takut kalau sampai dia mengenaliku.
"Dia temanmu? Seperti nya Kakak pernah lihat.” Kak Axcel bangkit dari tempat duduknya, dia berjalan ke arahku untuk melihat wajahku dari dekat.
"KAU!" pekiknya membentakku sambil menunjuk wajahku dengan jarinya.
"Kenapa, Kak? Kakak kenal teman Anna?" tanya Anna penasaran padanya
"Anna, Kakak ada urusan dengan gadis ini. Anna kembali dulu ke teman yang lain yah, biarkan Kakak berbicara berdua dengannya," pinta Axcel lembut pada Anna hingga akhirnya Anna pun menurut, dia pergi meninggalkanku dan kak Axcel.
"Kau gadis gila yang di Kafe waktu itu kan?” tanya kak Axcel padaku
"Emm, anu, i-itu Kak..," aku tergagap tak tau harus menjawab apa.
"Kau ikut denganku!" kak Axcel menyeret tanganku mengikutinya, aku hanya bisa pasrah saja mengikuti dirinya. Tamatlah sudah riwayatku, kenapa bisa sesial ini.
Axcel menarik tangan Clarissa dan membawanya ke gudang, dihempaskannya kasar tangan gadis itu membuat Clarissa mengaduh kesakitan dan nyaris saja tubuhnya terjatuh ke lantai karena hempasan kasar yang dilakukan Axcel padanya. Clarissa dapat melihat amarah yang besar dari wajah tampan yang kini terlihat sangat menyeramkan itu. Clarissa tidak mungkin dibunuh disini kan? Clarissa sangat takut karena sekarang mereka berada di gudang yang gelap dan pengap. "Sebenarnya apa sih tujuanmu mengaku-ngaku menjadi pacarku huh?" kak Axcel bertanya pada Clarissa dengan nada sinis sambil terus memberikan tatapan tajam pada Clarissa yang sudah menciut ketakutan. "Kak, soal yang waktu itu aku minta maaf," cicit Clarissa penuh dengan penyesalan. Clarissa hanya bisa menunduk karena tidak berani menatap Axcel yang tengah menatapnya dengan tatapan sinis seolah akan mengulitinya hidup-hidup. Sebenarnya Clarissa selalu kepikiran akan nasib Axcel dan Indira setelah hal tidak pantas y
Clarissa POV Hari ini adalah hari pertamaku memasuki masa putih abu-abu, setelah kemarin telah selesai berkutat dengan MOS dan segala tetek bengeknya. Aku sudah terbiasa bangun pagi untuk bersiap sekolah, walau terkadang kalau tidurku larut malam karena tugas menumpuk membuatku terlambat bangun dan harus dibangunkan oleh mamaku. "Clarissa, nanti semangat yah belajarnya!" mama memberikan aku semangat saat aku sedang berjalan ke dapur untuk mengambil minum, karena saat ini mama sedang memasak untuk sarapan kami. Aku tersenyum ke arahnya sambil mengambil gelas dari rak piring, saat ini aku masih mengenakan piyama panjang bergambar doraemon. "Iya, Mah. Tapi sayang Clarissa gak sekelas sama Ares, Lala dan Chris." Aku sedikit sedih menceritakan hal itu pada mama, mengingat aku dan para sohibku tidak bisa bersama. Padahal sejak SD sampai SMP kami selalu bersama, walau sekarang kami juga masih satu sekolah hanya beda kelas saja. Kuli
Clarissa terjatuh tak sadarkan diri di kantin, membuat anak-anak yang tengah makan atau mengantri makan menjadi kaget. Axcel kebetulan memang sedang melihat kearah Clarissa sehingga dia tau gadis itu pingsan. Axcel dengan malas langsung bangkit dari tempat duduknya dan pergi menuju tempat Clarissa yang tengah tergeletak di lantai."Dih, ini anak malah pingsan, ngrepotin aja!" gerutu Axcel kesal, lalu dia mengangkat tubuh Clarissa untuk membawanya ke UKS.Semua murid memandang kearah Axcel saat dirinya menggendong Clarissa ala bridal style dan melangkah pergi menuju UKS. Banyak siswi yang berteriak histeris karena merasa iri hati, tidak bisa dipungkiri bahwa Axcel adalah salah satu pentolan sekolah. Dia tampan, kaya, gaul dan gayanya yang cool serta tak tersentuh membuat para siswi mengidolakannya. Dia juga terkenal sebagai pria yang setia, karena berdasarkan track record Axcel hanya pernah berpacaran satu kali dengan mantan kekasihny
Pagi ini Clarissa terbangun dari tidurnya, dia memang sudah terbiasa untuk bangun lebih pagi. Clarissa langsung bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, tapi sesuai dengan janjinya pada Axcel dia harus menjemput lelaki itu kerumahnya.Kak AxcelJangan lupa, jemput tepat waktu!Clarissa.Kak, jangan lupa kirim alamat rumahnya.Kak AxcelJln. KH Mas Mansyur, karet tengsin, Jakarta Pusat.Clarissa yang rumahnya berada di Jakarta barat harus menempuh perjalanan yang lumayan jauh tentu saja. Untuk menghindari macet, dia sengaja minta ijin berangkat lebih pagi pada orangtuanya. Tidak lupa Clarissa sarapan roti dengan selai karena makanan untuk sarapan belum siap. Tapi itu sudah cukup untuk sekedar mengganjal perutnya, karena dia tidak mau kalau sampai kejadian seperti waktu kemarin terulang kembali.“Kamu kok dari kemarin berangkatnya pa
Axcel terus menarik Clarissa ke luar dari Mall menuju ke parkiran, setelah sampai di parkiran dia menyuruh Clarissa masuk ke dalam mobilnya dan menaruh belanjaan mereka di kursi belakang."Kita makan malem dulu," ujar Axcel sambil menjalankan mobilnya ke sebuah restoran langganannya.Sesampainya di sana Axcel mengajak Clarissa masuk, mereka kemudian duduk di kursi yang kosong, Axcel bahkan mengijinkan Clarissa memilih makanan yang Clarissa inginkan dan Axcel yang akan membayarnya.Karena tidak ingin terlalu merepotkan, Clarissa akhirnya memesan makanan yang paling murah di sana. Hal itu membuat Axcel mengernyitkan alisnya, biasanya perempuan suka sesuatu yang mahal dan mewah. Indira saja kalau setiap makan selalu pesan yang mahal-mahal, Axcel pikir semua perempuan seperti itu.Saat sedang makan, sedari tadi Clarissa nampak gelisah sambil berulang kali melirik jam tangannya. Karena ini sudah semakin larut, tadi Clarissa berbohong pada orangtuanya dengan me
Cukup lama Clarissa menangis dipelukan Axcel, dengan sabar Axcel menenangkan dan menepuk-nepuk punggung Clarissa supaya gadis itu tenang. Clarissa akhirnya sadar bahwa ternyata sejak tadi dia memeluk dan menangis dipelukan devil yang selama ini membuatnya kesulitan. Clarissa langsung melepaskan pelukannya dan segera menyeka air matanya dengan tangan."Kak, m-maafkan aku. Tadi aku refleks memeluk Kakak karena aku sedang ketakutan," ujar Clarissa saat dirinya sudah mulai tenang.Clarissa merutuki dirinya sendiri, bisa-bisanya sejak tadi dia tidak sadar telah memeluk erat lelaki itu bahkan menangis sesenggukan dipelukannya. Apakah seniornya ini akan marah padanya? Atau justru Axcel akan menganggapnya kegatelan karena sudah berani memeluknya."Ya sudah, ayo pulang. Gue anterin lo balik, tadi gue udah bilang sama Ares dan Lala kalau lo gak bisa jalan sama mereka," ujar Axcel datar membuat Clarissa mengela nafasnya sedikit lega karena ternyata Axcel tidak marah karena
Pagi ini sebelum masuk kelas, Lala dan Clarissa mengobrol didekat lapangan. Sudah cukup jarang dia dan teman-teman gengnya tidak berkumpul bersama dan menghabiskan waktu seperti dulu. Selain karena mereka tidak satu kelas, tapi mereka juga punya kesibukan yang berbeda-beda. Clarissa sibuk menjadi pesuruh Axcel dari awal masuk sekolah, sementara Ares sibuk mendekati Anna karena menjalankan taruhan atau dare yang sudah disepakati saat bermain TOD di Kafe. Sedangkan Lala dan Chris juga cukup sibuk dengan teman-teman baru mereka.“Udah lama kita gak nongkrong bareng nih, gimana kalau siang ini sepulang sekolah kita nonton bioskop bareng? Kebetulan ada film baru yang bagus nih, Ares sama Chris juga siap katanya!” ajak Lala antusias.“Boleh deh, aku ikut juga. Kangen banget kumpul-kumpul kaya dulu!” pekik Clarissa senang.“Iya lah, lagian lo sibuk mulu sama Kak Axcel. Dan Ares sibuk sama Anna, tersisa gue sama Chris doan
Clarissa POVNanti malam ulangtahun Kak Axcel, tapi aku bingung harus memberinya kado apa. Akhirnya aku mengajak Lala pergi mencari kado ulangtahun untuk kak Axcel. Selama ini aku hanya pernah memberikan kado pada lelaki yaitu papaku dan kedua sahabatku yaitu Ares dan Chris.“Duh, bingung nih mau kasih kado apa. Aku gak tau selera kak Axcel, apalagi kamu tau sendiri kan, La. Kak Axcel aja selalu pakai barang-barang yang mahal banget. Aku uangnya gak cukuplah buat beliin yang mahal gitu,” keluhku pada Lala.“Udah lah, Rissa, cari yang biasa aja. Kado itu kan gak di ihat dari harganya, asalkan niat ngasihnya tulus pasti dia udah seneng kok.” Lala memberikan saran dan nasehatnya pada Clarissa.“Hmm, iya juga yah. Atau aku belikan jaket sama topi aja?” tanya Clarissa meminta pendapat dari sahabatnya itu“Boleh, kita cari-cari yang bagus tapi harganya terjangkau yuk!”Akhir