Clarissa POV
Hari ini adalah hari pertamaku memasuki masa putih abu-abu, setelah kemarin telah selesai berkutat dengan MOS dan segala tetek bengeknya. Aku sudah terbiasa bangun pagi untuk bersiap sekolah, walau terkadang kalau tidurku larut malam karena tugas menumpuk membuatku terlambat bangun dan harus dibangunkan oleh mamaku.
"Clarissa, nanti semangat yah belajarnya!" mama memberikan aku semangat saat aku sedang berjalan ke dapur untuk mengambil minum, karena saat ini mama sedang memasak untuk sarapan kami. Aku tersenyum ke arahnya sambil mengambil gelas dari rak piring, saat ini aku masih mengenakan piyama panjang bergambar doraemon.
"Iya, Mah. Tapi sayang Clarissa gak sekelas sama Ares, Lala dan Chris." Aku sedikit sedih menceritakan hal itu pada mama, mengingat aku dan para sohibku tidak bisa bersama. Padahal sejak SD sampai SMP kami selalu bersama, walau sekarang kami juga masih satu sekolah hanya beda kelas saja.
Kulirik jam yang berada pada dinding dapur, ternyata sudah menunjukan pukul 04:35 WIB. Seketika aku langsung bergegas kembali ke kamarku untuk mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Aku ingat hari ini aku sudah janji pada kak Axcel untuk datang ke sekolah jam setengah enam, kalau sampai terlambat dia pasti akan marah dan akan semakin memberikan hukuman yang lebih berat.
Setelah selesai mandi aku langsung berganti pakaianku dengan seragam sekolah baruku. Aku bergegas berpamitan pada mama yang tengah menyusun makanan di meja makan. Aku yakin papa dan kak Angel masih bersiap-siap di kamar mereka masing-masing, atau mungkin malah belum bangun karena ini masih jam lima lebih lima belas menit. Biasanya kakakku bangun setengah enam, barulah dia berangkat sekolah jam setengah tujuh.
"Mah, Rissa mau pamit berangkat sekolah dulu yah. Maaf Rissa nanti sarapan di katin sekolah saja," pamitku sambil mencium tangan mama.
"Loh, ini masih pagi buta, Sayang. Kenapa kamu mau berangkat sepagi ini?" mama nampak kaget saat melihatku sudah rapih serta buru-buru ingin berangkat ke sekolah.
"Aku ada keperluan mendadak, Mah, aku pamit dulu." Aku memberikan alasan yang random, semoga mama tidak curiga dan bertanya lebih jauh. Melihat mama hanya diam, aku kemudian bergegas pergi menggunakan ojek online yang sudah kupesan.
Sebenarnya ada masalah apa sampai kak Axcel menyuruhku berangkat pagi buta ke sekolah? Kalau aku nanya entar dia marah, ah, sudah lah. Aku memang heran, tapi kemudian aku menepis semua pertanyaan yang ada dibenakku, sekarang yang terpenting adalah aku sampai di sekolah tepat waktu.
Setelah sampai di gerbang sekolah, pak satpam yang berjaga di gerbang nampak heran melihatku yang datang sepagi ini. Aku menjelaskan bahwa ada barang yang ketinggalan di kelas dan harus diambil pagi-pagi sekali, akhirnya dia percaya dan membiarkan aku masuk.
Aku duduk disebuah bangku yang berada di pinggir lapangan, menunggu sampai kak Axcel tiba. Namun cukup lama sekali aku menunggunya, dia belum datang. Kulihat sekelilingku, sekolah masih sangat sepi, lagian siapa juga yang mau berangkat jam setengah enam pagi. Murid teladan saja biasanya sampai di sekolah pukul enam.
Lama sudah aku menunggu, dari yang tadinya masih berembun serta gelap sampai akhirnya kini sudah terang dengan sinar matahari yang mulai muncul. Dari yang tadinya sepi, sekarang sudah banyak anak-anak yang berlalu lalang. Namun mengapa kak Axcel belum datang juga? Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengirim pesan padanya.
Padahal saat aku melirik jam tanganku, sudah jam 06:25 WIB, tapi sejak tadi belum kelihatan juga batang hidungnya. Kalau begini ceritanya, sia-sia saja aku berangkat pagi buta dan melewatkan sarapan pagi bersama keluargaku.
To : Kak Axcel
Kak, ini Clarissa udah di sekolah dari tadi subuh, Kak Axcel dimana?
Setelah kukirimkan pesan itu padanya ternyata tidak ada balasan, lama sudah aku menunggunya hingga rasanya benar-benar lelah. Tapi tetap saja dia tidak muncul, bahkan membalas pesanku saja tidak. Padahal dia yang menyuruh untuk jangan terlambat tapi dia sediri yang telat dan susah dihubungi. Bayangkan saja, kalau dihitung-hitung sudah sejam lamanya aku menunggu dia, padahal bagiku menunggu itu adalah hal yang sangat menyebalkan.
"Clarissa, lo ngapain disini?" tanya Lala yang baru datang
"Emm anu, a-aku lagi nunggu orang," jawabku jujur.
"Nunggu siapa? Ayo ngaku!" goda Lala padaku, nampaknya dia salah paham dan mengira yang tidak-tidak. Padahal kenyataannya aku sedang menunggu senior rese yang sejak tadi tidak bisa dihubungi.
"La, aku mau curhat deh sama kamu." Akhirnya aku memutuskan untuk menceritakan saja semuanya pada Lala, dia kan sahabatku. Sejak dulu kami selalu berbagi rahasia dan saling mencurahkan apapun masalah kami.
“Kamu inget kan, waktu kita main game di Kafe. Ternyata sasaran dare aku sekolah di sini, dan sialnya lagi dia ternyata senior yang cukup berpengaruh di sekolah ini!” ujarku memulai cerita.
“HAH? Kok bisa kebetulan gini, terus dia inget sama lo?” Lala memekik kaget dan aku langsung mengisyaratkan dirinya untuk mengecilkan suara.
“Iya, jelas dia inget. Sekarang aku lagi berusaha menebus kesalahanku dengan menuruti semua kemauannya yang semena-mena itu. Tapi gapapa deh, ini juga salahku sih.” Aku menghela napas pasrah, karena setelah aku pikirkan kembali, mungkin ini salah satu cara kak Axcel membalas sakit hatinya karena ulahku.
“Astaga Rissa, lo apes banget sih. Sabar yah, kalau dia udah keterlaluan sebaiknya lo juga tegas ya.” Lala terlihat iba padaku, aku hanya mengangguk saja mendengar nasehatnya.
“Ya udah, gue masuk kelas duluan ya. Udah mau bel masuk soalnya, lo juga harus buru-buru masuk kelas deh. Mungkin dia udah di kelasnya, ini kan udah mau jam tujuh.” Lala berpamitan padaku.
“Iya La, kamu duluan aja,” jawabku.
Lala pergi terlebih dahulu ke kelasnya, aku kembali melihat ponselku berharap ada balasan dari kak Axcel namun nihil, dia sama sekali tidak memabalasnya. Parahnya sampai bel berbunyi, kak Axcel tidak juga datang menemuiku.
Lalu kuputuskan masuk kelas karena tidak mau dicap terlambat, padahal kalau dipikir-pikir aku siswa pertama yang sampai di sekolah pagi ini tapi aku juga masuk deretan siswa terakhir yang masuk ke dalam kelas.
Hari pertama putih abu-abuku, pelajaran yang aku dapatkan di kelas hanya sebatas perkenalan antara guru dan murid saja, lalu kami juga bercerita-cerita diri kami masing-masing, tentang alamat rumah, hobi, prestasi, sekolah asal dan lain sebagainya. Intinya dihari pertama hanya sebatas perkenalan dan pengakraban diri.
Kak Axcel
Lo di mana? Istirahat samperin gue di kantin!
Itulah pesan masuk dari kak Axcel, bukannya menjawab chatku yang tadi pagi. Dia malah marah-marah dan seenaknya sendiri menyuruh-nyuruh lagi. Tidak tahkah dia, aku sudah menunggunya sangat lama hingga aku lupa sarapan pagi. Oh astaga, sabar Clarissa. Aku menenangkan diriku sendiri.
Akhirnya bel tanda istirahat pun berbunyi, aku bergegas pergi ke kantin untuk menemui seniorku itu. Dan tenyata benar saja, dia sudah duduk di kantin itu dengan gayanya yang tengil. Aku melangkahkan kakiku mendekatinya, kuhela napasku mencoba menambah stock sabarku.
"Kemana lo tadi pagi?" tanya kak Axcel sinis sambil menatapku yang baru datang dengan tatapan tajamnya
"Aku udah nunggu Kakak di lapangan sejak jam setengah enam pagi, Kak. Aku juga udah chat Kakak, tapi gak dibales!" jawabku sambil menahan emosi.
"Oh, udah berani ya lo nyalahin gue. Lagian siapa yang nyuruh lo nunggunya dilapangan, huh?" kak Axcel malah marah padaku, sebenarnya di sini siapa yang salah sih.
"Kan kakak gak bilang nunggu di mana,” jawabku lagi tak mau kalah.
"Lagian lo gak nanya, bego." Kak Axcel memaki diriku membuatku membelalakan mata tak percaya, bisa-bisanya dia membuat semuanya terdengar seperti salahku. Astaga sabar Clarissa, tahan… tahan, jangan emosi.
"Udah sana, lo beliin gue makanan. Gue mau bakso, es teh manis, gorengan, ketoprak, dan cemilannya yang banyak. Oh, dan lo harus bawanya sekalian alias gak boleh bolak-balik!" titahnya seenak jidat, yang benar saja memangnya aku punya berapa banyak tangan. Mungkin aku bisa meminjam nampan milik ibu kantin, tapi sepertinya dia hanya punya satu nampan dan itu sedang dipakai.
"Lah gimana caranya Kak, lagian mangkok bakso kan panas gimana aku bawanya? Mau pakai nampan juga gak ada soalnya lagi dipake," protesku padanya.
"Terserah lo lah, gimana kek, yang penting harus bisa. Karena itu hukuman buat lo, cepet sana gue udah laper, nih duitnya!" ujarnya sambil memberikan uang padaku, aku menerimanya sambil mendengus sebal lalu pergi meninggalkannya.
Aku mengantri dan membeli pesanannya, aku bersusah payah membawa semua ini sekali jalan, tubuhku oleng, bakso tumpah kebajuku. Sungguh kulitku terasa begitu panas seolah terbakar, tapi kakiku terasa dingin diwaktu yang sama karena tersiram es teh manis.
"Aww, panas.. panas!" pekikku sambil mengibaskan-ngibaskan tanganku yang terkena kuah bakso. Kulihat kulit tanganku yang terkena kuah bakso panas nampak memerah, rasanya perih sekali.
"Lo gimana sih, bawa begituan aja gak becus! Jadi tumpah semua kan makanan gue!" bukannya menolong atau bagaimana, kak Axcel malah memakiku.
"Udah sana beli lagi, buruan, gue udah laper banget!" titahnya dingin tanpa memperdulikan aku yang kesakitan. Aku hanya bisa menunduk menahan air mataku agar tidak mengalir keluar. Dengan menahan perih dipergelangan tanganku, akupun bergegas pergi untuk memesan makanan lagi.
Kurasakan perutku berbunyi, aku ingat aku belum makan apapun sejak tadi pagi karena berangkat sekolah dipagi buta. Rasanya sangat perih seperti rasa kelaparan pada umumnya. Kurasakan kepalaku mulai pening, tubuhku lemas dan aku pun terjatuh. Untuk apa yang terjadi selanjutnya aku tidak tau karena aku tak sadarkan diri, kurasakan semuanya gelap.
Terimakasih yang sudah mau mampir, semoga kalian suka. Jangan lupa votenya yah, masukan cerita ini kedaftar pustaka juga.
Clarissa terjatuh tak sadarkan diri di kantin, membuat anak-anak yang tengah makan atau mengantri makan menjadi kaget. Axcel kebetulan memang sedang melihat kearah Clarissa sehingga dia tau gadis itu pingsan. Axcel dengan malas langsung bangkit dari tempat duduknya dan pergi menuju tempat Clarissa yang tengah tergeletak di lantai."Dih, ini anak malah pingsan, ngrepotin aja!" gerutu Axcel kesal, lalu dia mengangkat tubuh Clarissa untuk membawanya ke UKS.Semua murid memandang kearah Axcel saat dirinya menggendong Clarissa ala bridal style dan melangkah pergi menuju UKS. Banyak siswi yang berteriak histeris karena merasa iri hati, tidak bisa dipungkiri bahwa Axcel adalah salah satu pentolan sekolah. Dia tampan, kaya, gaul dan gayanya yang cool serta tak tersentuh membuat para siswi mengidolakannya. Dia juga terkenal sebagai pria yang setia, karena berdasarkan track record Axcel hanya pernah berpacaran satu kali dengan mantan kekasihny
Pagi ini Clarissa terbangun dari tidurnya, dia memang sudah terbiasa untuk bangun lebih pagi. Clarissa langsung bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, tapi sesuai dengan janjinya pada Axcel dia harus menjemput lelaki itu kerumahnya.Kak AxcelJangan lupa, jemput tepat waktu!Clarissa.Kak, jangan lupa kirim alamat rumahnya.Kak AxcelJln. KH Mas Mansyur, karet tengsin, Jakarta Pusat.Clarissa yang rumahnya berada di Jakarta barat harus menempuh perjalanan yang lumayan jauh tentu saja. Untuk menghindari macet, dia sengaja minta ijin berangkat lebih pagi pada orangtuanya. Tidak lupa Clarissa sarapan roti dengan selai karena makanan untuk sarapan belum siap. Tapi itu sudah cukup untuk sekedar mengganjal perutnya, karena dia tidak mau kalau sampai kejadian seperti waktu kemarin terulang kembali.“Kamu kok dari kemarin berangkatnya pa
Axcel terus menarik Clarissa ke luar dari Mall menuju ke parkiran, setelah sampai di parkiran dia menyuruh Clarissa masuk ke dalam mobilnya dan menaruh belanjaan mereka di kursi belakang."Kita makan malem dulu," ujar Axcel sambil menjalankan mobilnya ke sebuah restoran langganannya.Sesampainya di sana Axcel mengajak Clarissa masuk, mereka kemudian duduk di kursi yang kosong, Axcel bahkan mengijinkan Clarissa memilih makanan yang Clarissa inginkan dan Axcel yang akan membayarnya.Karena tidak ingin terlalu merepotkan, Clarissa akhirnya memesan makanan yang paling murah di sana. Hal itu membuat Axcel mengernyitkan alisnya, biasanya perempuan suka sesuatu yang mahal dan mewah. Indira saja kalau setiap makan selalu pesan yang mahal-mahal, Axcel pikir semua perempuan seperti itu.Saat sedang makan, sedari tadi Clarissa nampak gelisah sambil berulang kali melirik jam tangannya. Karena ini sudah semakin larut, tadi Clarissa berbohong pada orangtuanya dengan me
Cukup lama Clarissa menangis dipelukan Axcel, dengan sabar Axcel menenangkan dan menepuk-nepuk punggung Clarissa supaya gadis itu tenang. Clarissa akhirnya sadar bahwa ternyata sejak tadi dia memeluk dan menangis dipelukan devil yang selama ini membuatnya kesulitan. Clarissa langsung melepaskan pelukannya dan segera menyeka air matanya dengan tangan."Kak, m-maafkan aku. Tadi aku refleks memeluk Kakak karena aku sedang ketakutan," ujar Clarissa saat dirinya sudah mulai tenang.Clarissa merutuki dirinya sendiri, bisa-bisanya sejak tadi dia tidak sadar telah memeluk erat lelaki itu bahkan menangis sesenggukan dipelukannya. Apakah seniornya ini akan marah padanya? Atau justru Axcel akan menganggapnya kegatelan karena sudah berani memeluknya."Ya sudah, ayo pulang. Gue anterin lo balik, tadi gue udah bilang sama Ares dan Lala kalau lo gak bisa jalan sama mereka," ujar Axcel datar membuat Clarissa mengela nafasnya sedikit lega karena ternyata Axcel tidak marah karena
Pagi ini sebelum masuk kelas, Lala dan Clarissa mengobrol didekat lapangan. Sudah cukup jarang dia dan teman-teman gengnya tidak berkumpul bersama dan menghabiskan waktu seperti dulu. Selain karena mereka tidak satu kelas, tapi mereka juga punya kesibukan yang berbeda-beda. Clarissa sibuk menjadi pesuruh Axcel dari awal masuk sekolah, sementara Ares sibuk mendekati Anna karena menjalankan taruhan atau dare yang sudah disepakati saat bermain TOD di Kafe. Sedangkan Lala dan Chris juga cukup sibuk dengan teman-teman baru mereka.“Udah lama kita gak nongkrong bareng nih, gimana kalau siang ini sepulang sekolah kita nonton bioskop bareng? Kebetulan ada film baru yang bagus nih, Ares sama Chris juga siap katanya!” ajak Lala antusias.“Boleh deh, aku ikut juga. Kangen banget kumpul-kumpul kaya dulu!” pekik Clarissa senang.“Iya lah, lagian lo sibuk mulu sama Kak Axcel. Dan Ares sibuk sama Anna, tersisa gue sama Chris doan
Clarissa POVNanti malam ulangtahun Kak Axcel, tapi aku bingung harus memberinya kado apa. Akhirnya aku mengajak Lala pergi mencari kado ulangtahun untuk kak Axcel. Selama ini aku hanya pernah memberikan kado pada lelaki yaitu papaku dan kedua sahabatku yaitu Ares dan Chris.“Duh, bingung nih mau kasih kado apa. Aku gak tau selera kak Axcel, apalagi kamu tau sendiri kan, La. Kak Axcel aja selalu pakai barang-barang yang mahal banget. Aku uangnya gak cukuplah buat beliin yang mahal gitu,” keluhku pada Lala.“Udah lah, Rissa, cari yang biasa aja. Kado itu kan gak di ihat dari harganya, asalkan niat ngasihnya tulus pasti dia udah seneng kok.” Lala memberikan saran dan nasehatnya pada Clarissa.“Hmm, iya juga yah. Atau aku belikan jaket sama topi aja?” tanya Clarissa meminta pendapat dari sahabatnya itu“Boleh, kita cari-cari yang bagus tapi harganya terjangkau yuk!”Akhir
Pagi ini Clarissa berangkat sekolah seperti biasa, dia dijemput oleh Axcel. Memang sudah satu minggu lebih semenjak pesta ulangtahun Axcel waktu itu, membuat hubungan mereka menjadi lebih dekat satu sama lain.“Selamat pagi, Rissa, bagaimana tidurmu semalam?” tanya Axcel sambil membukakan pintu mobilnya untuk Clarissa“Baik, Kak. Tidurku nyenyak,” jawab Clarissa gugup lalu bergegas masuk kedalam mobil.Axcel melajukan mobilnya menuju ke sekolah mereka, disepanjang jalan dia memutar lagu-lagu yang romantis membuat suasana menjadi canggung. Clarissa semakin jatuh lebih dalam pada pesona seorang Axcel karena kelembutan dan kebaikannya."Clarissa, nanti istirahat kita makan bareng kaya biasa yah. Cuma kamu langsung ke kantin aja dulu, aku gak bisa jemput kamu ke kelas," pinta Axcel.“Iya, Kak.”Memang selama ini Axcel selalu menghampiri Clarissa di kelasnya ketika istirahat, walau hanya sekedar mengajakn
Hari ini sudah lebih dari seminggu sejak Axcel dan Clarissa resmi berpacaran, mereka semakin tampak mesra bersama, kemanapun selalu bersama bagaikan sepasang sepatu. Axcel selalu memberikan hal-hal romantis seperti dicerita novel yang dibaca Clarissa. Membuat perempuan itu merasa menjadi perempuan yang sangat beruntung di dunia.Saat ini Axcel dan Clarissa sedang berada di Kafe yang biasa mereka kunjungi. Axcel selalu nampak menawan mau apapun yang di pakainya, bahkan walau saat ini dia hanya mengenakan kaos berwarna hitam bergambar tengkorak dibalut hodie berwarna navy dan celana jeans. Namun tetap saja dia terlihat mencolok karena wajah tampannya."Sayang, kamu yakin mau nongkrong sama temen-temen kamu? Kan kamu sebentar lagi mau ujian, mending belajar aja yah." Clarissa mencoba membujuk Axcel dengan lembut dan penuh cinta, dia hanya tidak mau kalau sampai Axcel tidak mempersiapkan ujian dengan baik. Seperti kata pepatah kalau kita mengingatkan itu tandanya kita pedu