Pagi ini Clarissa berangkat sekolah seperti biasa, dia dijemput oleh Axcel. Memang sudah satu minggu lebih semenjak pesta ulangtahun Axcel waktu itu, membuat hubungan mereka menjadi lebih dekat satu sama lain.
“Selamat pagi, Rissa, bagaimana tidurmu semalam?” tanya Axcel sambil membukakan pintu mobilnya untuk Clarissa
“Baik, Kak. Tidurku nyenyak,” jawab Clarissa gugup lalu bergegas masuk kedalam mobil.
Axcel melajukan mobilnya menuju ke sekolah mereka, disepanjang jalan dia memutar lagu-lagu yang romantis membuat suasana menjadi canggung. Clarissa semakin jatuh lebih dalam pada pesona seorang Axcel karena kelembutan dan kebaikannya.
"Clarissa, nanti istirahat kita makan bareng kaya biasa yah. Cuma kamu langsung ke kantin aja dulu, aku gak bisa jemput kamu ke kelas," pinta Axcel.
“Iya, Kak.”
Memang selama ini Axcel selalu menghampiri Clarissa di kelasnya ketika istirahat, walau hanya sekedar mengajakn
Hari ini sudah lebih dari seminggu sejak Axcel dan Clarissa resmi berpacaran, mereka semakin tampak mesra bersama, kemanapun selalu bersama bagaikan sepasang sepatu. Axcel selalu memberikan hal-hal romantis seperti dicerita novel yang dibaca Clarissa. Membuat perempuan itu merasa menjadi perempuan yang sangat beruntung di dunia.Saat ini Axcel dan Clarissa sedang berada di Kafe yang biasa mereka kunjungi. Axcel selalu nampak menawan mau apapun yang di pakainya, bahkan walau saat ini dia hanya mengenakan kaos berwarna hitam bergambar tengkorak dibalut hodie berwarna navy dan celana jeans. Namun tetap saja dia terlihat mencolok karena wajah tampannya."Sayang, kamu yakin mau nongkrong sama temen-temen kamu? Kan kamu sebentar lagi mau ujian, mending belajar aja yah." Clarissa mencoba membujuk Axcel dengan lembut dan penuh cinta, dia hanya tidak mau kalau sampai Axcel tidak mempersiapkan ujian dengan baik. Seperti kata pepatah kalau kita mengingatkan itu tandanya kita pedu
Clarissa telah sampai di rumah Axcel, dia langsung bergegas masuk ke dalam karena tadi Axcel berpesan untuk langsung masuk saja. Clarissa terkejut melihat rumah Axcel yang sangat besar menurutnya, memang sih dia anak tunggal dari pengusaha kaya. Pantas saja jika selama ini apa yang Axcel kenakan selalu mewah-mewah dan harganya bisa membuat gigit jari. Kebetulan tadi Axcel sudah berpesan pada satpam untuk mempersilahkan Clarissa masuk."Sayang, aku laper! Aku mau belajar tapi sambil disuapin makan sama kamu," rengek Axcel dengan manja pada Clarissa.Clarissa mulai terbiasa dengan sikap Axcel yang entah sejak kapan terkadang berubah menjadi manja padanya, tapi Clarissa senang dengan hal itu. Clarissa segera pergi ke dapur rumah Axcel untuk mengambilkan makanan serta cemilan untuk teman belajar kekasihnya itu. Setelah itu dia kembali keruang keluarga tempat Axcel berada, Clarissa membuka sebuah kripik dan menyuapi Axcel dengan telaten."Ayo, buka mulutnya," pinta C
Pagi ini Clarissa bangun lebih awal untuk membuat kue untuk Axcel, niatnya dia ingin memberikan kejutan pada Axcel untuk merayakan hari ke-7 bulan pacaran mereka. Clarissa juga memasak ayam rica-rica kesukaan Axcel, Clarissa berharap Axcel akan suka dengan kejutannya. Clarissa bahkan merias dirinya lebih baik dari hari-hari biasa. Setelah mengemas kue dan ayam nya, Clarissa langsung mandi lagi serta berdandan dan mengenakan gaun cantik berwarna ungu yang baru dibelinya kemarin.Dia bergegas pergi menaiki taksi menuju ke rumah Axcel, dia ingin mengejutkan Axcel dengan datang lebih awal. Sebenarnya mereka sudah membuat janji temu di rumah Axcel jam 15:00 WIB dan itupun Axcel yang akan menjemputnya, tapi Clarissa berinisiatif pergi lebih awal yaitu jam 10:00 pagi. Dia memberi tahu satpam rumah Axcel bahwa sudah membuat janji hingga akhirnya dipersilahkan masuk."Sayang, sampai kapan kamu bakal sembunyikan semua ini dari Clarissa, aku udah capek yah terus berpura-pura begi
Clarissa POV.Aku sangat terluka mengetahui fakta bahwa kedua orang yang aku sayangi menghianatiku, bahkan mereka sangat membenciku. Memang itu salahku karena dulu mengikuti permainan konyol itu, aku bahkan tidak menyangka bahwa akibatnya akan seburuk itu.Merusak hubungan kak Axcel dengan wanita yang sangat dia cintai, bahkan menghancurkan hati Anna, gadis yang polos itu. Aku juga sedih, mengapa kak Angel membenciku, setahuku selama ini mama dan papa selalu berbuat adil pada kami. Tapi dia ternyata merasa bahwa kehadiranku itu sumber petaka untuknya, merebut kebahagiaan dan kasih sayang keluarga kami. Aku sama sekali tidak pernah ada niatan buruk, aku bahkan selama ini selalu mengalah padanya.Setelah diusir dari rumah Axcel aku segera memesan taksi lalu pulang kembali ke rumahku, aku langsung mengunci diri di kamar dan menangis. Seandainya dulu aku dengan tegas menolak semua itu, mungkin semua ini tidak akan terjadi.Aku segera
Axcel POV Aku sangat terkejut saat Clarissa telah mengetahui rencanaku dan kakaknya, padahal awalnya aku tak ingin melakukan ini, tapi aku terpaksa melakukannya karena dendam ini.Flashback OnSetelah aku bertemu dengan Angel secara tidak sengaja di rumah Clarissa saat itu, aku baru tahu kalau dia ternyata adalah kakak dari Clarissa. Dia adalah teman lamaku di SMP, walau tidak terlalu dekat tapi dia salah satu teman perempuan yang aku punya. Karena dia juga berteman dengan Indira, orang yang paling aku cintai. Setelah pertemuan pertama kami, aku dan Angel sepakat untuk bertemu lagi tanpa sepengetahuan dari Clarissa.Saat itu aku dan dia bertemu di restoran milik teman SMP kami yang baru saja buka, karena saat itu aku memang jengkel pada adiknya. Akhirnya aku memutuskan untuk menceritakan semuanya pada Angel tentang kelakuan adiknya, yang menyebabkan putusnya hubunganku dengan Indira yang su
Axcel POVHari ini seperti biasa aku berangkat kuliah dengan mobil merahku, tanpa sengaja aku bertemu dengan Angel di sana. Karena kami memang satu kampus, aku pikir setelah kemarin memutuskan hubunganku dengannya, membuat gadis itu mengerti. Tapi kenyataannya gadis itu masih saja mengejarku.“Axcel, nanti kita pulang bareng yah.” Angel bersikap seolah-olah kemarin tidak terjadi sesuatu.“Tidak bisa, aku ada urusan!” jawabku malas dan seadanya.“Ya sudah, nanti malam kita makan malam bersama yah. Aku ada rekomendasi restoran jepang yang baru buka, katanya makanan di sana enak banget.” Nampaknya Angel masih tidak menyerah.“Aku tidak bisa Angel, berhenti mengejarku seperti itu. Kita sudah tidak ada hubungan lagi, karena sejak awal hubungan kita itu palsu.” Karena tidak mau lebih ribet lagi, aku kembali menegaskan status kami agar dia bisa faham dan berhenti menggangguku.
Saat ini Angel sedang menangis tersedu-sedu di taman dekat rumahnya. Dia tidak menyangka kalau Axcel akan memutuskan dirinya, dia kira Axcel sudah mulai menerima dirinya. Tapi ternyata dia hanya dijadikan sebagai bayangan dari Indira."Hay, orang secantik kamu gak pantes nangis sendirian di sini," ujar seseorang lelaki yang baru datang, dia tidak sengaja melihat Angel tengah menangis sendirian. Lelaki itu mendekatinya, dan ternyata dia adalah Chris, sahabat dari Clarissa yang merupakan adik dari Angel."Lo temennya Clarissa, kan?" tanya Angel disela tangisnya"Iya, kamu kakaknya Clarissa, kan? Dia sering cerita katanya sayang banget sama kakaknya. Kakaknya yang cantik bak bidadari dan baik hati sesuai namanya, Angel, yang artinya malaikat. Nama kamu Angel?" tanya Chris santai"Lo gak sopan banget sih asal manggil nama, panggil kak dong harusnya!" protes Angel ketus membuat Chris tertawa."Gak ah, aku kan bukan adekmu. Walau lebih muda, tapi aku leb
Clarissa bangun dipagi hari, saat membuka matanya dia menyadari bahwa dirinya telah berada ditempat baru. Mungkin selama ini Clarissa sudah terbiasa ketika terbangun yang pertama kali dia lihat adalah pemandangan berwarna biru bercampur ungu di kamar tersayangnya. Namun kini dia sadar bahwa dirinya sudah tidak berada di Indonesia lagi, melainkan Singapura. Dan saat ini dia tinggal di rumah neneknya."Pagi, Nenek," sapa Clarissa yang berusaha untuk selalu terlihat ceria, walau sejujurnya hatinya masih menyimpan luka. Luka dari penghianatan orang-orang yang dicintainya, namun dia sedang sekuat tenaga menyembukan lukanya."Pagi, Rissa, ayo kita sarapan dulu. Nanti kamu akan diantar oleh paman Juna ke sekolah barumu untuk mendaftar," ujar nenek.“Baiklah Nek, tapi aku mau mandi dulu lalu setelahnya ikut sarapan.” Clarissa mengambil handuknya dan bersiap untuk mandi.“Kami tunggu di bawah ya.” Akhirnya nenek Clarissa turun terlebi
Teman-teman semuanya, terimakasih banyak karena sudah membaca ceritaku, semoga kalian sehat selalu, dipermudah urusannya dan dilancarkan rejekinya. Sampai bertemu dicerita-cerita selanjutnya. Sedikit informasi, LOVE GAME sedang direncanakan kalau jadi akan terbit cetaknya. Akan ada perbedaan antara versi certaknya, di sana lebih lengkap dan endingnya lebih klimaks. Cerita dari awalnya sama aja sih, cuma yang membedakan akan ada banyak bab tambahan biar endingnya lebih jelas dan akan ada ektra part juga. Pokoknya recomended deh, cuma masih lama sih jadi bisa nabung dulu biar bisa peluk Axcel dan Clarissa. Sekali lagi terimaksih untuk kalian yang sudah berkenan membaca maupun memberikan vote. Author harap jika kalian berkenan, kalian bisa kasih rating ulasan dibagian atas yang ada gambar bintang-bintangnya. Sayonara, sampai jumpa lagi. Have a nice day semua.
Seminggu kemudian.“Apa maksudmu!” pekik seorang pria penuh amarah pada wanita di depannya yang datang bersama dengan anak lelaki berumur empat tahun yang wajahnya begitu mirip dengan pria itu.“Dia anak kita, Zidan!” ujar wanita itu penuh percaya diri.“Apa yang kau katakana, Veronica! Berhenti omong kosong, kapan aku pernah melakukan hal seperti itu denganmu, hah?” Zidan merasa begitu kesal pada Veronica yang sejak dulu selalu mengejar cintanya namun selalu Zidan tolak karena sejak SMA dia sudah menyukai Clarissa.“Mungkin kau lupa, empat tahun lalu saat kau sedang patah hati karena Rissa ternyata sudah menikah dengan pria lain saat dirinya berada di Indonesia. Saat itu kau mabuk di bar milik temanmu, dan kebetulan aku juga sedikit mabuk sehingga tanpa sadar kita melakukan hal itu.” Veronica mengingatkan hal yang sudah Zidan lupakan.Saat itu Zidan begitu merasa frustasi k
Clarissa bergegas pergi memanggil dokter untuk memberitahukan kondisi Axcel yang sudah sadar agar dokter bisa memeriksa keadaannya. Setelah itu Clarissa juga segera menghubungi keluarganya dan juga keluarga Axcel untuk mengabari bahwa Axcel sudah sadarkan diri. Dokter bergegas memeriksa keadaan Axcel, beruntungnya Axcel ternyata sudah melewati masa kritisnya. Setelah memberikan beberapa wejangan, sang dokter pun pergi keruangannya.“Ha..us..” lirih Axcel dengan suara serak karena tenggorokannya terasa begitu kering setelah beberapa hari tidak sadarkan diri. Clarissa langsung mengambilkan gelas berisi air putih di meja yang berada di samping ranjang. Clarissa kemudian membantu Axcel meminumnya dengan pelan-pelan.“Axcel, aku senang kamu sudah sadar,” ujar Clarissa sambil tersenyum penuh haru.“Aku rasa, aku lebih memilih mati dari pada harus berpisah denganmu dan Bella. Kalau aku meninggal, kita tidak perlu bercerai kan? Kamu akan te
Axcel bersama dengan Clarissa telah menyepakati beberapa hal, salah satunya adalah Rissa harus bisa membuat Bella memanggil Axcel dengan panggilan ‘papa’ dalam waktu seminggu selama mereka pergi berlibur ke Bali. Namun sayangnya dengan alasan apapun Bella tetap memanggilnya om, dia sama sekali tidak mau memanggil Axcel dengan panggilan papa.“Nak, cuma selama seminggu aja kok kamu panggil om Axcel dengan sebutan papa, mau yah?” bujuk Clarissa.“Tapi Bella gak mau Mah, kalau Mama maksa, mending Bella gak usah ikut pergi ke Bali. Bella di sini aja sama oma, opa dan papa Zidan. Lagi pula Bella gak mau membuat papa sedih kalau sampai dia tau Bella memanggil orang lain dengan panggilan itu. Papa Bella kan cuma papa Zidan doang, sejak Bella masih bayi juga papaku itu papa Zidan.” Bella menolak dengan tegas untuk memanggil Axcel dengan sebutan papa membuat hati Axcel terasa begitu ngilu.“Tapi Bella, anggap saja ini sebuah perm
"Kamu tau rasa sakitnya diduakan, Axcel? Saat aku uring-uringan karena sikap kamu yang selalu membatalkan janji tanpa mengabari tapi nyatanya kamu malah sibuk dengan selingkuhan kamu itu. Saat dia berbohong padamu tentangku dan kamu langsung mempercayainya, kamu bahkan sudah jelas-jelas memilihnya dan anaknya dibandingkan diriku, jadi jangan ganggu aku lagi. Aku ingin bahagia Axcel, bisakah kamu sedikit tahu diri." Perkataan Rissa kembali menohok relung hati Axcel, Axcel sangat menyesal akan kebodohannya dulu tapi dia benar-benar tidak sanggup kehilangan anak dan istrinya lagi."Maaf Rissa maaf, aku tau aku bodoh, aku tau semua salahku, aku lelaki bre*ngsek yang tidak berguna. Maafkan aku, kasih aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya, maafin aku, kamu boleh menghukum aku seperti apapun asal jangan tinggalkan aku lagi." Axcel tak sanggup lagi berkata, dadanya terasa sangat nyeri dan sesak. Tentu saja air matanya seolah aliran sungai yang deras, mengalir tanpa henti.
Axcel membawa Nissa ke ruangan kerjanya yang berada dirumah orangtua Axcel, dia mengeluarkan sebuah foto dari laci mejanya. Foto seorang perempuan yang sangat dia cintai, foto itu adalah satu-satunya foto berbingkai yang masih bisa Axcel miliki. Karena semenjak mentalnya hancur setelah kepergian Clarissa dari hidupnya, kedua orangtua Axcel mengambil semua foto clarissa termasuk ponsel Axcel yang dipenuhi oleh foto istrinya kala itu. Mereka sengaja menyembunyikannya dan melarang Axcel mengambilnya, itu semua mereka lakukan demi pemulihan mental Axcel.Nissa terkejut saat melihat perempuan di foto itu sangat mirip dengan Fira, orang yang menjadi WO untuk mengurus pernikahannya dengan Axcel."Iya, Fira itu adalah Rissa, Clarissaku, istriku. Clarissa Shafira, dia masih hidup. Aku ingin mengejar istriku, sampai detik ini dia masih sah menjadi istriku. Kami belum bercerai karena surat cerai itu aku sobek." Axcel menjelaskan semuanya pada Nissa, mendengar penuturan dari Axcel
Siang ini Fira kembali membuat janji dengan kliennya yaitu Nissa, kebetulan Nissa bilang kalau suaminya akan ikut meeting. Tapi ternyata saat sedang berada dijalan Nissa mendapat kabar kalau temannya masuk rumah sakit jadi dia harus ke sana, karena itu adalah teman baiknya.“Axcel, temanku masuk rumah sakit, aku harus tengokin dia ke sana,” ujar Nissa merasa sedih."Ya sudah, kita batalkan saja janji dengan WO nya." Axcel dengan malas menyarankan untuk membatalkan saja janji temunya, karena sejujurnya dia benar-benar enggan."Tidak bisa Axcel, aku tidak enak dengan orang WO nya. Kamu pergi temuin dia dulu yah, nanti setelah aku melihat kondisi temanku, secepat mungkin aku akan menyusul." Nissa memaksa Axcel karena dia merasa tidak enak jika membatalkan janjinya dengan Fira.“Merepotkan!” gerutu Axcel malas, sejujurnya kalau tidak karena terpaksa tentu saja Axcel juga enggan menemani Nissa menemui Wedding Organizer
Siang ini Fira akan bertemu dengan kliennya, dia telah sampai terlebih dahulu di tempat yang dijanjikan. Itu merupakan prinsipnya dalam bekerja, harus selalu tepat waktu. Bahkan bila perlu jangan sampai klien yang menunggu, maka biasanya kalau waktunya memungkinkan pasti Fira akan datang beberapa saat lebih awal dari waktu yang dijanjikan."Mba Fira?" tanya seorang perempuan yang datang bersama temannya."Iya, ini mba Gina?" tanya Fira"Iya, eh, panggil Gina aja deh biar enak, kata bibiku kita seumuran, kamu dua puluh lima tahun kan?" tanya Gina"Iya, baiklah. Oh iya, kalau begitu kalian juga panggil saya Fira saja yah biar lebih enak," ujar Fira membuat Gina dan Nissa mengangguk, lalu merekapun duduk."Oh iya, perkenalkan, ini temanku yang mau menikah Fir, namanya Nissa. Aku sudah tau sendiri kinerja mu dan team WO mu sangat bagus." Gina memperkenalkan mereka berdua sambil memuji Fira."Nissa.""Fira."Mereka pun saling berjab
Terlihat seorang perempuan mengenakan dress hijau panjang dengan rambut panjang tergerai sedang berdiri disebuah pesta pernikahan. Kedua mempelai menghampiri perempuan itu."Fira, makasih banget yah, berkat kamu acara pernikahan kami jadi bisa berjalan dengan lancar," Ujar sang mempelai wanita dengan senyum merekah di bibirnya, aura kebahagiaan sebagai sepasang pengantin baru bisa terlihat jelas di wajah keduanya."Betul sekali, ternyata benar kata orang kalau memakai jasa WO-mu memang pilihan terbaik, hasilnya sangat memuaskan!" pekik sang mempelai pria."Terimakasih pujiannya, justru aku yang harus senang serta berterimakasih karena kalian merasa puas. Bagi kami, kepuasan pelanggan adalah prioritas kami," ujar gadis bernama Fira itu dengan senyum mengembang, dia adalah orang yang paling berbahagia jika ternyata pernikahan yang ditanganinya berjalan dengan lancar dan pelanggannya merasa puas akan kinerja team WO nya."Fira, nikmati pestanya yah, maaf kam