Clarissa bangun dipagi hari, saat membuka matanya dia menyadari bahwa dirinya telah berada ditempat baru. Mungkin selama ini Clarissa sudah terbiasa ketika terbangun yang pertama kali dia lihat adalah pemandangan berwarna biru bercampur ungu di kamar tersayangnya. Namun kini dia sadar bahwa dirinya sudah tidak berada di Indonesia lagi, melainkan Singapura. Dan saat ini dia tinggal di rumah neneknya.
"Pagi, Nenek," sapa Clarissa yang berusaha untuk selalu terlihat ceria, walau sejujurnya hatinya masih menyimpan luka. Luka dari penghianatan orang-orang yang dicintainya, namun dia sedang sekuat tenaga menyembukan lukanya.
"Pagi, Rissa, ayo kita sarapan dulu. Nanti kamu akan diantar oleh paman Juna ke sekolah barumu untuk mendaftar," ujar nenek.
“Baiklah Nek, tapi aku mau mandi dulu lalu setelahnya ikut sarapan.” Clarissa mengambil handuknya dan bersiap untuk mandi.
“Kami tunggu di bawah ya.” Akhirnya nenek Clarissa turun terlebi
Saat ini Axcel tengah berada di kantornya, dia sedang duduk di kursi kebesarannya sambil mengerjakan beberapa dokumen perusahaan yang harus dia periksa dan tandatangani.Dia sekarang memang memegang jabatan CEO di kantor Papanya yang sudah menjadi milik Axcel sepenuhnya. Ternyata kemampuan Alex menurun pada anaknya, karena Axcel sejak muda sudah pandai berbisnis seperti papanya.Telepon kantor di mejanya berbunyi, ternyata itu dari sekertarisnya yang berada di luar. Dia mengabarkan bahwa papa dan mama Axcel datang, mereka ingin masuk ke ruangan Axcel. Tentu saja Axcel langsung menyambut mereka dengan membukakan pintu ruangannya dan menyuruh orangtuanya masuk. Axcel lalu mempersilakan orangtuanya duduk di sofa tamu, lalu dia menyuruh sekertarisnya membawakan minuman.“Pah, Mah. Apa yang membuat kalian berdua datang kekantorku?” tanya Axcel penasaran, apalagi kedua orangtuanya datang tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Padahal biasanya kalau papanya m
5 Tahun kemudianTak terasa waktu terus berlalu lumayan banyak, kini sudah lima tahun telah berlalu, Clarissa dan Zidan semakin dekat. Bahkan waktu itu Zidan pernah menyatakan perasaanya tapi Clarissa tidak bisa menerimanya karena belum siap untuk membuka hati. Namun Zidan tidak menyerah, dia sangat sabar menemani Clarissa melupakan masalalunya.Kini usia Clarissa berusia 21 tahun, dia sudah lulus kuliah sedangkan usia Axcel dan Angel sekitar 23 tahun. Setelah 5 tahun lamanya Clarissa bisa memulai hidup barunya, dia telah lupa dengan masalalunya serta perasaannya, walau trauma untuk membuka hatinya kembali masih ada.Zidan selalu ada disamping nya, saat di sekolah, saat di rumah, saat sudah kuliah karena mereka satu kampus. Dan bahkan saat mereka berdua sama-sama sudah lulus. Zidan selalu setia menjaga Clarissa, bahkan saat dulu ditolak saja Zidan tetap berlaku biasa saja pada Clarissa dan mereka tetap menjadi sahabat dekat. Dirinya mengerti pad
(NB: Author males harus ngetik dua kali, bahasa inggris atau melayu dan terjemahannya. Jadi biar lebih gampang, semuanya menggunakan bahasa Indonesia, anggap saja sudah diterjemahkan)Saat ini Clarissa telah diterima bekerja di salah satu perusahaan besar didaerah dekat tempat tinggalnya. Perusahaan tempatnya bekerja merupakan salah satu perusahaan dengan banyak cabang dihampir beberapa daerah di Singapura. Walau Clarissa masih belum mengetahui banyak tentang pemilik dan pendiri perusahaan itu. Tapi dia bersyukur bisa diterima di tempat ini, kantornya saja besar dengan 30 lantai. Dan saat ini Clarissa sedang diantarkan oleh HRD keruang kerja barunya."Clarissa, ini meja kamu. Mulai hari ini kamu akan bekerja sebagai assisten dari managar kita. Oh iya perkenlkan beliau adalah pak Dirga yang merupakan atasan kamu karena beliau adalah manager di sini," ujar sang HRD memperkenalkan pria setengah baya yang sudah berumur itu pada Clarissa.Na
Empat bulan kemudian..Kini tidak terasa telah empat bulan berlalu Clarissa bekerja di R.G Company. Dari awal sampai detik ini dia sangat senang bekerja di sana, dia telah memiliki banyak teman baik seperti Anggun, Thomas, dan Gilbert.Lalu atasannya yang bernama pak Dirga sangat baik padanya, kalau Clarissa melakukan kesalahan atau bingung dengan pekerjaannya maka beliau dengan senang hati membimbing dan mengajari Clarissa sampai bisa. Bahkan pak Dirga hampir tidak pernah marah atau killer seperti atasan biasanya.Pagi dihari Minggu, jika biasanya dia akan menghabiskan waktu dengan Zidan atau ketika Zidan sibuk dengan pekerjaan nya dia akan pergi dengan teman-temannya yaitu Anggun, Thomas, dan Gilbert. Tapi hari ini Clarissa ingin di rumah saja karena dia ingin beristirahat."Loh kok nenek belum bangun," ujar Clarissa heran karena biasanya sang nenek sudah bangun lebih pagi dari pada dirinya, tapi sejak tadi Cl
Semalaman Clarissa telah memikirkan semuanya, dia memang mengambil cuti selama tiga hari karena kepergian neneknya. Tapi sampai detik ini Clarissa masih berduka, dia juga masih sedikit ragu dalam mengambil keputusan."Rissa, aku mau cerita sama kamu tentang semuanya, semua yang terjadi setelah kamu pergi." Angel ingin menceritakan semua hal yang terjadi usai kepergian Clarissa, dia mulai menceritakan semuanya dari awal.Dari sejak saat Angel yang sudah mencintai Axcel dari SMP tapi Axcel malah bersama dengan Indira, saat Angel dan Axcel merencanakan balas dendam, sampai saat Angel diputuskan oleh Axcel karena hanya menganggap dia sebagai bayangan dari Indira. Semua penyesalan dan kesedihan kehilangan adiknya, Angel ceritakan semua tanpa terlewat. Hingga tak terasa air mata Clarissa menetes."Kok Axcel jahat banget sih, aku pikir kalian sudah hidup bahagia setelah kepergianku. Aku selalu berharap kedua orang yang aku sayangi bahagia bersama, tapi kenapa dia jahat
Clarissa menghabiskan waktunya untuk tidur di pesawat selama perjalanan pulangnya ke rumah. Walau dia masih sedih dan merasa kehilangan semua yang ada di Singapura, tapi Clarissa juga merindukan teman-temannya yang berada di Indonesia. Apalagi dia sudah tidak pernah berbagi kabar dengan Chris, Lala maupun Ares yang saat ini berada di Bangkok. Kini pesawatnya sudah mendarat dengan aman dan selamat di bandara Soekarno Hatta, ternyata kedatangannya sudah disambut oleh keluarganya. Sang mama dan papa sudah menunggunya di bandara untuk membawa Clarissa pulang. "Akhirnya kamu pulang," mamanya berlari memeluk Clarissa dengan riang. "Ayo kita pulang," ajak sang Papa dengan raut wajah berseri melihat anak bungsunya akhirnya pulang kembali ke rumah setelah sekian lama tidak bertemu bahkan berkirim kabar, walau sesekali Clarissa menghubungi mereka tapi itu sangat jarang. “Iya Mah, Pah.” Clarissa dan kedua orangtuanya segera pulang kerumah, sesampainya di
Axcel baru pulang dari New York, dia telah seminggu lamanya berada di sana karena mengurus salah satu perusahaan keluarganya yang kebetulan berada di sana. Saat ini dia pulang kerumah orangtuanya karna mamanya selalu mendesak Alex untuk pulang kerumah bukan pulang ke apartemen miliknya. Dengan langkah gontai Axcel memasuki rumah orangtuanya, dia saat ini merasa lelah karena kesibukannya yang padat dengan pekerjaan kala berada di New York di tambah perjalanannya yang lumayan memakan waktu. "Anak Mama akhirnya pulang!" pekik sang mama yang berlari mendekati dan memeluk putranya yang baru pulang. Di mata Andini, anaknya tetap terasa seperti masih kecil dulu. "Astaga Mama, Axcel bukan anak kecil lagi," protes Axcel geli. "Udah tau bukan anak kecil lagi, tapi belum nikah-nikah!" sindir papanya membuat Axcel terbelalak karena kesal. "Astaga, aku masih muda Mah, Pah!" protes Axcel merasa tidak terima. "Kamu normal gak sih, Axcel? Dari kemarin
"Axcel...,""Clarissa..,"Keduanya nampak sama-sama kaget dan tercengang satu sama lain, Clarissa yang melihat pria di hadapannya yang saat ini tengah duduk di kursi kebesarannya membuat ingatan masalalu yang sudah dia berusaha buang kini muncul kembali.Jadi CEO itu, Axcel? Memang sekarang aku tidak memanggilnya kak lagi semenjak aku membencinya karena telah mempermainkan kakakku. Apa dia belum cukup mempermainkanku, kalau tentangku mungkin aku bisa terima karena aku juga salah. Tapi kak Angel sama sekali tidak bersalah, dengan teganya dia juga menyakiti kakakku, batin Clarissa"Wah, kebetulan sekali setelah sekian lama kita tidak bertemu ternyata Assisten Manager Keuangan yang baru adalah mantan pacarku?" Axcel terkekeh membuat wajah Clarissa berubah sinis."Permisi, Pak, ini laporan keuangan yang Bapak minta," ujar Clarissa formal, dia berusaha untuk bersikap professional sebatas kerjaan karena tidak ingin berurusan lagi dengan pria di
Teman-teman semuanya, terimakasih banyak karena sudah membaca ceritaku, semoga kalian sehat selalu, dipermudah urusannya dan dilancarkan rejekinya. Sampai bertemu dicerita-cerita selanjutnya. Sedikit informasi, LOVE GAME sedang direncanakan kalau jadi akan terbit cetaknya. Akan ada perbedaan antara versi certaknya, di sana lebih lengkap dan endingnya lebih klimaks. Cerita dari awalnya sama aja sih, cuma yang membedakan akan ada banyak bab tambahan biar endingnya lebih jelas dan akan ada ektra part juga. Pokoknya recomended deh, cuma masih lama sih jadi bisa nabung dulu biar bisa peluk Axcel dan Clarissa. Sekali lagi terimaksih untuk kalian yang sudah berkenan membaca maupun memberikan vote. Author harap jika kalian berkenan, kalian bisa kasih rating ulasan dibagian atas yang ada gambar bintang-bintangnya. Sayonara, sampai jumpa lagi. Have a nice day semua.
Seminggu kemudian.“Apa maksudmu!” pekik seorang pria penuh amarah pada wanita di depannya yang datang bersama dengan anak lelaki berumur empat tahun yang wajahnya begitu mirip dengan pria itu.“Dia anak kita, Zidan!” ujar wanita itu penuh percaya diri.“Apa yang kau katakana, Veronica! Berhenti omong kosong, kapan aku pernah melakukan hal seperti itu denganmu, hah?” Zidan merasa begitu kesal pada Veronica yang sejak dulu selalu mengejar cintanya namun selalu Zidan tolak karena sejak SMA dia sudah menyukai Clarissa.“Mungkin kau lupa, empat tahun lalu saat kau sedang patah hati karena Rissa ternyata sudah menikah dengan pria lain saat dirinya berada di Indonesia. Saat itu kau mabuk di bar milik temanmu, dan kebetulan aku juga sedikit mabuk sehingga tanpa sadar kita melakukan hal itu.” Veronica mengingatkan hal yang sudah Zidan lupakan.Saat itu Zidan begitu merasa frustasi k
Clarissa bergegas pergi memanggil dokter untuk memberitahukan kondisi Axcel yang sudah sadar agar dokter bisa memeriksa keadaannya. Setelah itu Clarissa juga segera menghubungi keluarganya dan juga keluarga Axcel untuk mengabari bahwa Axcel sudah sadarkan diri. Dokter bergegas memeriksa keadaan Axcel, beruntungnya Axcel ternyata sudah melewati masa kritisnya. Setelah memberikan beberapa wejangan, sang dokter pun pergi keruangannya.“Ha..us..” lirih Axcel dengan suara serak karena tenggorokannya terasa begitu kering setelah beberapa hari tidak sadarkan diri. Clarissa langsung mengambilkan gelas berisi air putih di meja yang berada di samping ranjang. Clarissa kemudian membantu Axcel meminumnya dengan pelan-pelan.“Axcel, aku senang kamu sudah sadar,” ujar Clarissa sambil tersenyum penuh haru.“Aku rasa, aku lebih memilih mati dari pada harus berpisah denganmu dan Bella. Kalau aku meninggal, kita tidak perlu bercerai kan? Kamu akan te
Axcel bersama dengan Clarissa telah menyepakati beberapa hal, salah satunya adalah Rissa harus bisa membuat Bella memanggil Axcel dengan panggilan ‘papa’ dalam waktu seminggu selama mereka pergi berlibur ke Bali. Namun sayangnya dengan alasan apapun Bella tetap memanggilnya om, dia sama sekali tidak mau memanggil Axcel dengan panggilan papa.“Nak, cuma selama seminggu aja kok kamu panggil om Axcel dengan sebutan papa, mau yah?” bujuk Clarissa.“Tapi Bella gak mau Mah, kalau Mama maksa, mending Bella gak usah ikut pergi ke Bali. Bella di sini aja sama oma, opa dan papa Zidan. Lagi pula Bella gak mau membuat papa sedih kalau sampai dia tau Bella memanggil orang lain dengan panggilan itu. Papa Bella kan cuma papa Zidan doang, sejak Bella masih bayi juga papaku itu papa Zidan.” Bella menolak dengan tegas untuk memanggil Axcel dengan sebutan papa membuat hati Axcel terasa begitu ngilu.“Tapi Bella, anggap saja ini sebuah perm
"Kamu tau rasa sakitnya diduakan, Axcel? Saat aku uring-uringan karena sikap kamu yang selalu membatalkan janji tanpa mengabari tapi nyatanya kamu malah sibuk dengan selingkuhan kamu itu. Saat dia berbohong padamu tentangku dan kamu langsung mempercayainya, kamu bahkan sudah jelas-jelas memilihnya dan anaknya dibandingkan diriku, jadi jangan ganggu aku lagi. Aku ingin bahagia Axcel, bisakah kamu sedikit tahu diri." Perkataan Rissa kembali menohok relung hati Axcel, Axcel sangat menyesal akan kebodohannya dulu tapi dia benar-benar tidak sanggup kehilangan anak dan istrinya lagi."Maaf Rissa maaf, aku tau aku bodoh, aku tau semua salahku, aku lelaki bre*ngsek yang tidak berguna. Maafkan aku, kasih aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya, maafin aku, kamu boleh menghukum aku seperti apapun asal jangan tinggalkan aku lagi." Axcel tak sanggup lagi berkata, dadanya terasa sangat nyeri dan sesak. Tentu saja air matanya seolah aliran sungai yang deras, mengalir tanpa henti.
Axcel membawa Nissa ke ruangan kerjanya yang berada dirumah orangtua Axcel, dia mengeluarkan sebuah foto dari laci mejanya. Foto seorang perempuan yang sangat dia cintai, foto itu adalah satu-satunya foto berbingkai yang masih bisa Axcel miliki. Karena semenjak mentalnya hancur setelah kepergian Clarissa dari hidupnya, kedua orangtua Axcel mengambil semua foto clarissa termasuk ponsel Axcel yang dipenuhi oleh foto istrinya kala itu. Mereka sengaja menyembunyikannya dan melarang Axcel mengambilnya, itu semua mereka lakukan demi pemulihan mental Axcel.Nissa terkejut saat melihat perempuan di foto itu sangat mirip dengan Fira, orang yang menjadi WO untuk mengurus pernikahannya dengan Axcel."Iya, Fira itu adalah Rissa, Clarissaku, istriku. Clarissa Shafira, dia masih hidup. Aku ingin mengejar istriku, sampai detik ini dia masih sah menjadi istriku. Kami belum bercerai karena surat cerai itu aku sobek." Axcel menjelaskan semuanya pada Nissa, mendengar penuturan dari Axcel
Siang ini Fira kembali membuat janji dengan kliennya yaitu Nissa, kebetulan Nissa bilang kalau suaminya akan ikut meeting. Tapi ternyata saat sedang berada dijalan Nissa mendapat kabar kalau temannya masuk rumah sakit jadi dia harus ke sana, karena itu adalah teman baiknya.“Axcel, temanku masuk rumah sakit, aku harus tengokin dia ke sana,” ujar Nissa merasa sedih."Ya sudah, kita batalkan saja janji dengan WO nya." Axcel dengan malas menyarankan untuk membatalkan saja janji temunya, karena sejujurnya dia benar-benar enggan."Tidak bisa Axcel, aku tidak enak dengan orang WO nya. Kamu pergi temuin dia dulu yah, nanti setelah aku melihat kondisi temanku, secepat mungkin aku akan menyusul." Nissa memaksa Axcel karena dia merasa tidak enak jika membatalkan janjinya dengan Fira.“Merepotkan!” gerutu Axcel malas, sejujurnya kalau tidak karena terpaksa tentu saja Axcel juga enggan menemani Nissa menemui Wedding Organizer
Siang ini Fira akan bertemu dengan kliennya, dia telah sampai terlebih dahulu di tempat yang dijanjikan. Itu merupakan prinsipnya dalam bekerja, harus selalu tepat waktu. Bahkan bila perlu jangan sampai klien yang menunggu, maka biasanya kalau waktunya memungkinkan pasti Fira akan datang beberapa saat lebih awal dari waktu yang dijanjikan."Mba Fira?" tanya seorang perempuan yang datang bersama temannya."Iya, ini mba Gina?" tanya Fira"Iya, eh, panggil Gina aja deh biar enak, kata bibiku kita seumuran, kamu dua puluh lima tahun kan?" tanya Gina"Iya, baiklah. Oh iya, kalau begitu kalian juga panggil saya Fira saja yah biar lebih enak," ujar Fira membuat Gina dan Nissa mengangguk, lalu merekapun duduk."Oh iya, perkenalkan, ini temanku yang mau menikah Fir, namanya Nissa. Aku sudah tau sendiri kinerja mu dan team WO mu sangat bagus." Gina memperkenalkan mereka berdua sambil memuji Fira."Nissa.""Fira."Mereka pun saling berjab
Terlihat seorang perempuan mengenakan dress hijau panjang dengan rambut panjang tergerai sedang berdiri disebuah pesta pernikahan. Kedua mempelai menghampiri perempuan itu."Fira, makasih banget yah, berkat kamu acara pernikahan kami jadi bisa berjalan dengan lancar," Ujar sang mempelai wanita dengan senyum merekah di bibirnya, aura kebahagiaan sebagai sepasang pengantin baru bisa terlihat jelas di wajah keduanya."Betul sekali, ternyata benar kata orang kalau memakai jasa WO-mu memang pilihan terbaik, hasilnya sangat memuaskan!" pekik sang mempelai pria."Terimakasih pujiannya, justru aku yang harus senang serta berterimakasih karena kalian merasa puas. Bagi kami, kepuasan pelanggan adalah prioritas kami," ujar gadis bernama Fira itu dengan senyum mengembang, dia adalah orang yang paling berbahagia jika ternyata pernikahan yang ditanganinya berjalan dengan lancar dan pelanggannya merasa puas akan kinerja team WO nya."Fira, nikmati pestanya yah, maaf kam