Clarissa menghabiskan waktunya untuk tidur di pesawat selama perjalanan pulangnya ke rumah. Walau dia masih sedih dan merasa kehilangan semua yang ada di Singapura, tapi Clarissa juga merindukan teman-temannya yang berada di Indonesia. Apalagi dia sudah tidak pernah berbagi kabar dengan Chris, Lala maupun Ares yang saat ini berada di Bangkok.
Kini pesawatnya sudah mendarat dengan aman dan selamat di bandara Soekarno Hatta, ternyata kedatangannya sudah disambut oleh keluarganya. Sang mama dan papa sudah menunggunya di bandara untuk membawa Clarissa pulang.
"Akhirnya kamu pulang," mamanya berlari memeluk Clarissa dengan riang.
"Ayo kita pulang," ajak sang Papa dengan raut wajah berseri melihat anak bungsunya akhirnya pulang kembali ke rumah setelah sekian lama tidak bertemu bahkan berkirim kabar, walau sesekali Clarissa menghubungi mereka tapi itu sangat jarang.
“Iya Mah, Pah.”
Clarissa dan kedua orangtuanya segera pulang kerumah, sesampainya di
Axcel baru pulang dari New York, dia telah seminggu lamanya berada di sana karena mengurus salah satu perusahaan keluarganya yang kebetulan berada di sana. Saat ini dia pulang kerumah orangtuanya karna mamanya selalu mendesak Alex untuk pulang kerumah bukan pulang ke apartemen miliknya. Dengan langkah gontai Axcel memasuki rumah orangtuanya, dia saat ini merasa lelah karena kesibukannya yang padat dengan pekerjaan kala berada di New York di tambah perjalanannya yang lumayan memakan waktu. "Anak Mama akhirnya pulang!" pekik sang mama yang berlari mendekati dan memeluk putranya yang baru pulang. Di mata Andini, anaknya tetap terasa seperti masih kecil dulu. "Astaga Mama, Axcel bukan anak kecil lagi," protes Axcel geli. "Udah tau bukan anak kecil lagi, tapi belum nikah-nikah!" sindir papanya membuat Axcel terbelalak karena kesal. "Astaga, aku masih muda Mah, Pah!" protes Axcel merasa tidak terima. "Kamu normal gak sih, Axcel? Dari kemarin
"Axcel...,""Clarissa..,"Keduanya nampak sama-sama kaget dan tercengang satu sama lain, Clarissa yang melihat pria di hadapannya yang saat ini tengah duduk di kursi kebesarannya membuat ingatan masalalu yang sudah dia berusaha buang kini muncul kembali.Jadi CEO itu, Axcel? Memang sekarang aku tidak memanggilnya kak lagi semenjak aku membencinya karena telah mempermainkan kakakku. Apa dia belum cukup mempermainkanku, kalau tentangku mungkin aku bisa terima karena aku juga salah. Tapi kak Angel sama sekali tidak bersalah, dengan teganya dia juga menyakiti kakakku, batin Clarissa"Wah, kebetulan sekali setelah sekian lama kita tidak bertemu ternyata Assisten Manager Keuangan yang baru adalah mantan pacarku?" Axcel terkekeh membuat wajah Clarissa berubah sinis."Permisi, Pak, ini laporan keuangan yang Bapak minta," ujar Clarissa formal, dia berusaha untuk bersikap professional sebatas kerjaan karena tidak ingin berurusan lagi dengan pria di
"Clarissa Shafira, kamu ikut keruangan saya!" titah Axcel dingin. Akhirnya Clarissa ikut masuk ke dalam ruangan bosnya. "Selamat datang sekertaris baruku, selamat bekerjasama dengan saya. Saya harap kamu akan betah menjadi sekertaris pribadi saya." Axcel menyampaikan sambutan dengan bahasa formal sambil tersenyum miring. "Terimakasih, Pak," jawab Clarissa setengah ogah-ogahan. "Clarissa, semua tugas kamu akan diberitahu serta diajarkan oleh Rina. Dan satu hal lagi, berhubung kamu adalah sekertaris pribadi saya, kamu juga punya tugas yang lebih. Tapi jangan takut, karena gaji kamu juga akan lebih besar." Axcel menjelaskan pekerjaan Clarissa sambil tersenyum smrik dengan misteriusnya. "Maksud, Bapak?" tanya Clarissa "Kamu harus mengurus kepentingan pribadi saya, seperti membuatkan saya kopi, menyiapkan makanan saya, datang ketika saya panggil, pergi ke apartemen saya untuk membangunkan saya, menyiapkan seluruh keperluan saya. Dan itu semua
Sesampainya di rumah, Clarissa bergegas naik ke kamarnya. Ia langsung mengambil handuk lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Setelah ritual bersih-bersih badannya selesai Clarissa langsung merebahkan dirinya ke kasur kesayangannya, tempat ternyaman untuk rebahan. Pinggangnya terasa pegal, saat ia tiduran dengan gaya terlentang seperti ini membuat pinggangnya terasa lebih baik. Clarissa ingin sekali pergi pijat, rasanya badannya sudah lama tidak dipijat. Padahal saat berada di Singapura ia rutin pergi pijat agar badannya bugar kembali.“Huh, cape banget!” keluhnya sambil menghela nafas.Badan Clarissa rasanya seperti habis tertimpa benda berat sehingga menyebabkan badannya terasa remuk. Padahal kalau dilihat pekerjaannya memang hanya duduk di depan computer, walau sesekali harus ke sana ke mari mengantar dokumen atau melaksanakan tugas absurd dari Axcel seperti membuat kopi, mengambilkan cemilan, dan lain sebagai
Hari ini adalah hari Minggu, hari yang membuat Axcel harus tidur di rumah orangtuanya. Karena sedari kemarin sang mama sudah mendesaknya untuk pulang. Padahal malas sekali rasanya pulang ke rumah, pasti tidak jauh-jauh dari Axcel yang selalu didesak untuk cepat menikah atau membawa calon istri kehadapan kedua orangtuanya."Axcel malam ini kita makan malam sama keluarganya teman papa yah," ujar sang Mama membuat Axcel mengendus kesal, dia sudah bisa mencium bau-bau perjodohan lagi."Mah, udah deh. Stop untuk jodoh-jodohin Axcel terus," kesal Axcel."Axcel, Mama dan Papa gak akan berhenti jodohin kamu sebelum kamu membawa calon istri kehadapan kami!" tegas mamanya tanpa bisa diganggu gugat, hingga akhirnya Axcel hanya bisa menurut saja seperti biasanya. Biarpun Axcel keras kepala dan seenaknya, tapi dia juga bukan anak durhaka. Tentu saja Axcel tidak bisa membantah ucapan mamanya. Karena dia sangat menyayangi keluarganya, dia juga tidak mau mamanya sedih.&
Saat ini Clarissa sedang makan siang bersama para rekan kerjanya, siapa lagi kalau bukan Amanda, Dodit dan Tio. Seperti biasa tidak lengkap rasanya kalau waktu berkumpul seperti ini tidak dimanfaatkan untuk bergosip, apalagi Amanda sangat update tentang gossip-gosip panas terbaru. Sudah pasti gadis itu akan langsung mendongeng."Gaes, ada kabar terbaru, katanya boss besar kita, Pak Axcel yang tampan cetar membahana badai itu akan segera menikah!" pekik Amanda dengan hebohnya seperti biasa, ucapan Amanda tersebut sontak langsung membuat Clarissa tersedak makanannya saking kagetnya. Dari mana mereka tau? Dan kenapa beritanya bisa menyebar secepat ini.“Uhuk.. uhuk…” Clarissa langsung mengambil air putih miliknya dan langsung menenggaknya sampai habis."Ya elah, Clarissa, bisa-bisanya sampai tersedak saking kagetnya hihi.. gue sih udah tau.” Tio menanggapi Amanda dengan santai karena ternyata dia sudah mengetahui tentang gossip itu, jadi ha
Hari ini Clarissa diajak oleh Axcel untuk fitting baju pengantin di butik milik Angel. Walaupun Angel masih sangat kesal juga masih belum rela jika adiknya menikah dengan pria sejenis Axcel, tapi mau bagaimana lagi kalau Clarissanya sudah menyetujuinya. Angel juga terpaksa harus professional membuatkan baju pernikahan untuk Clarissa dan Axcel. Sekali lagi dia bukannya belum bisa move on, hanya saja Angel tidak rela adiknya menikah dengan lelaki sekejam Axcel. Angel juga sangat takut kalau nantinya Clarissa akan disakiti kembali oleh Axcel seperti di masalalu.“Dek, kamu bisa pilih baju pengantin yang kamu suka. Oh iya, tadinya Kakak mau membuatkan baju khusus untukmu yang sesuai dengan keinginanmu. Tapi sayangnya pernikahan kalian dipercepat sehingga tidak ada waktu jika harus membuat baju baru.” Angel memang berniat membuatkan gaun pengantin khusus untuk adiknya, tapi mau bagaimana lagi waktunya sangat mendesak. Sehingga rencana Angel untuk membuatkan baju pernik
Tanpa terasa hari ini adalah hari pernikahan antara Clarissa dan Axcel, saat ini Clarissa tengah berada di kamarnya untuk dirias oleh MUA yang akan mendandaninya sebagai ratu pada hari ini. Clarissa mengenakan gaun yang waktu itu dia dan Axcel pilih saat di butik milik Angel. Sebenarnya Clarissa dan Axcel harus berganti baju sebanyak empat kali. Yaitu saat pagi, siang, sore dan juga malam.Pernikahan Axcel dan Clarissa digelar di kediaman Clarissa, kebetulan halaman rumahnya lumayan luas apalagi ditambah dengan lahan kosong diseberang jalan yang merupakan tanah milik papa Clarissa. Angel selalu setia menemani Clarissa serta membantunya kalau Clarissa memerlukan sesuatu. Walau sejujurnya Angel sedih melihat adiknya terpaksa berkorban demi keluarga mereka agar bisnis papanya tidak bangkrut.“Dek, kamu serius akan melakukan ini?” tanya Angel pada Clarissa saat keduanya sedang berada di kamar Clarissa dan adiknya itu sudah selesai dipakaikan make up. Mereka tin