Selain melepaskan pukulan Bintang Kejora beberapa kali, Saka juga melesatkan jarum-jarum tuak dalam jumlah banyak.
Seketika belasan orang menjadi sasaran telak langsung terkapar meregang nyawa. Sementara Saka terus menerobos masuk diikuti Seta Keling dan Palastri.Ternyata di dalam lebih banyak lagi para pengepung yang sedang berjaga di setiap tempat. Sambil terus melesat ke dasar lembah, Saka melancarkan serangan-serangan tanpa ampun kepada orang-orang tersebut.Sontak saja pasukan yang mengenakan penutup wajah ini terkejut mendapati kawan-kawannya bertumbangan. Bahkan mereka sendiri menerima gilirannya.Makin ke bawah tampak makin genting. Satu kelompok bersenjata panah tengah menghujani Ki Sempana dan lainnya yang sudah tidak berdaya.Kontan saja Saka memuncak amarahnya. Dia mengamuk dengan mengeluarkan pukulan Segara Bayu.Wutt!Blaaarr!Pasukan pemanah seketika berhamburan. Saka tidak memberi ampun sedikitBelum juga hilang kesedihan mendalam akibat kepergian orang-orang terdekat, sekarang harus ditambah lagi rasa duka semakin mendalam.Ya, akhirnya Anggita menghembuskan napas terakhir setelah dipenuhi keinginannya. Ada rasa sesal yang amat sangat memenuhi sanubari Saka Lasmana.Di depan kuburan Anggita, Pendekar Mabuk tidak bisa menahan tangis penyesalannya."Seharusnya aku tidak mengabulkan permintaanmu kalau saja tahu akan seperti ini!"Seta Keling bersama Palastri berdiri di belakang sang pendekar yang dirundung duka sangat mendalam. Saat ini hanya mereka berdua yang menjadi orang terdekat Saka Sinting.Sebelumnya Anggita meminta ingin merasakan keindahan dalam kemesraan bersama Saka. Gadis itu ingin menyerahkan seluruh miliknya untuk sang pujaan hati.Saka juga sempat menolak karena mereka belum terikat pernikahan, tapi Anggita seolah memaksa karena takut ajal lebih dulu menjemputnya.Akhirnya Saka tidak bisa menolak lagi keinginan sang kekasih hatinya itu. Selain karena sangat men
Dewinta, satu-satunya murid Nyai Widasari yang masih hidup menatap sayu beberapa kuburan baru yang merupakan tempat peristirahatan terakhir guru dan saudara-saudaranya.Hati gadis ini sudah dipenuhi dendam membara atas apa yang menimpa dirinya. Namun, saat ini dia tidak memiliki kekuatan untuk membalas semuanya."Aku harus membalas semuanya!" Tekad Dewinta sudah bulat. "Tapi tidak saat ini, aku akan mencari tambahan kekuatan agar bisa menandingi mereka!""Ke mana kau akan mencarinya?" tanya Saka yang masih berada di dekat gadis itu. Dia juga sempat membantu menguburkan guru dan teman-temannya Dewinta."Nyai Guru mempunyai saudara seperguruan di daerah Burangrang."Saka terkesiap beberapa kejap mendengar jawaban si gadis. "Kalau begitu tujuan kita sama," sahutnya."Kau juga hendak ke sana?" Dewinta menoleh, memandang ke wajah Pendekar Mabuk. Ini kesalahan yang tidak disengaja baginya.Karena begitu menatap wajah lelaki gagah tersebut, seketika Dewinta terkesiap seolah melihat sesosok y
Lasmini melangkah mantap ke depan. Dengan ajian pemikat dari Nyai Ratu Karang dia bisa merasakan keberadaan sasaran dari jauh.Bau tubuh Saka Sinting bisa diendus dari jarak jauh. Sehingga bisa diikuti gerak langkah lelaki yang sekarang sudah digilainya itu.Dalam pikirannya sudah terbayangkan bagaimana Saka Sinting akan bertekuk lutut padanya. Memohon belaian dan kemesraannya.Angan wanita ini pun melayang. Seolah dia sedang merasakan keindahan bersama lelaki gagah yang dia dambakan."Oh, Saka, kau akan menjadi milikku selamanya ...."Langkah wanita cantik dengan tubuh indah luar biasa ini semakin cepat. Secara tidak sadar arahnya melingkar, tapi mendahului langkah Saka dan Dewinta yang berjalan lurus.Sehingga posisi Lasmini menjadi muncul dari arah depan menghadang Pendekar Mabuk. Pada saat ini jaraknya masih sekitar sepuluh tombak.Namun, Saka sudah bisa melihat kemunculan wanita itu. Dia tahu betul siapa Lasmini. Bekas istri seorang tumenggung, kemudian dijadikan pemuas nafsu Kal
Blaaarr!Ledakan dahsyat mengguncang sekitar gua karang. Nini Ranggit terpental jatuh bergulingan di pasir pantai. Dari mulutnya keluar darah pertanda luka di bagian dalam.Gua karang tempat persemayaman Nyai Ratu Karang ambruk bersamaan dengan suara jeritan melengking tinggi si ratu siluman tersebut.Bukan hanya itu, entah dari mana datangnya tiba-tiba saja tempat tersebut terbakar. Saat itu hari mendekati senjata.Udara yang masih terasa terik bertambah panas dengan adanya kobaran api. Suara lengkingan mengerikan masih terdengar.Dari kobaran api tersebut, Nini Ranggit menemukan satu kobaran api lain yang membentuk satu sosok tubuh bergerak-gerak bagai ular yang terbakar."Gusti Ratu," desis Nini Ranggit gemetar.Sosok yang terbakar itu memang Nyai Ratu Karang. Betapa ngerinya melihat hal tersebut. Lebih cemas lagi memikirkan bagaimana nasib Lasmini."Lasmini, oh, tidak! Bagaimana dengan dirimu, Nak?"Nini Ranggit terduduk sambil terisak. Tangannya memegangi dada yang terasa sesak a
Saka Sinting sudah duduk di samping Dewinta. Wajah keduanya tampak begitu dekat sampai bisa merasakan hembusan napas masing-masing.Wajah Dewinta tampak memerah. Bibir tipisnya merekah bagai buah ranum. Dadanya berdebar keras, begitu juga aliran darahnya terasa lebih cepat.Gelora asmaranya begitu menggebu. Walaupun ini yang pertama kalinya dalam keadaan seperti ini, tapi untuk hal ini tidak memerlukan pelatihan dulu sebelumnya.Gadis ini melingkarkan kedua tangannya ke leher Saka Sinting lalu menariknya sehingga kedua bibir mereka saling bertemu.Tidak harus menunggu Saka yang memulai, gadis ini lebih dulu memainkan lidahnya karena saking menggebu-gebu hasratnya.Nafsu sudah menguasai dirinya. Gadis ini seakan lupa diri. Yang ada dalam benaknya hanyalah meraih keindahan bersama lelaki yang diinginkannya.Sementara Saka juga sudah terbangkit gairahnya. Dia membalas melumat bibir si gadis yang lembut. Kedua tangannya juga sudah menjelajah ke seluruh tubuh mulus itu.Udara dingin dalam
Perguruan Karang Setra.Salah satu perguruan besar dari aliran lurus. Ki Madewa sang ketua sekaligus Guru Besar sudah terkenal di dunia persilatan.Dulu Ki Madewa jadi pemimpin golongan putih saat menyerang dan melenyapkan Pasukan Kala Geni yang dipimpin oleh Kala Cengkar.Perguruan ini memiliki murid yang cukup banyak di setiap tingkatannya. Baik laki-laki atau perempuan.Pagi ini tampak murid-murid muda sudah berbaris di lapangan luas yang letaknya di tengah-tengah beberapa bangunan yang posisinya mengelilingi lapangan tersebut.Dua orang yang bertindak sebagai guru tampak sedang memberi arahan dan wejangan sebelum latihan dimulai.Namun, suasana pagi itu menjadi tegang ketika tampak satu pasukan yang berseragam Bhayangkara berjumlah sangat banyak tiba-tiba muncul dan langsung masuk ke halaman depan tanpa permisi.Kontan saja beberapa murid yang bertugas jadi penjaga panik dan langsung melapor kepada Ki Madewa.Tidak lama kemudian sang Guru Besar keluar bersama petugas jaga tadi. Ki
Perguruan Burangrang memang hanya perguruan kecil. Muridnya pun tidak begitu banyak. Namun, mereka tidak bisa dianggap sepele. Tingkat keilmuannya bisa disejajarkan dengan perguruan lain yang lebih besar.Ki Bayusura merupakan murid Eyang Jaya Raga yang masih hidup. Maka dia menjadi penerus tokoh yang berjuluk Rajawali Bulu Emas itu setelah Ki Aswani dan Ki Argasura meninggal.Rajawali Bulu Emas sendiri sudah sangat jarang muncul di dunia persilatan. Terakhir kali bertemu Saka ketika memberikan sebuah kitab ilmu Cakra Dewa.Pengalaman itu Saka ceritakan kepada Ki Bayusura begitu dia bertemu dengan gurunya Pandu Jaya tersebut. Mereka kini sedang berbincang di ruang tengah kediaman sang ketua perguruan Burangrang."Tidak menyangka kau bisa bertemu dengan guru, aku sendiri sudah puluhan tahun tidak pernah berjumpa lagi. Bahkan kabar beliau pun sangat sulit didapat," ujar Ki Bayusura."Aku beruntung bisa bertemu beliau, karenanya aku bisa membalas kematian guru dan paman Argasura!""Semog
Nyai Pinasih langsung bersimpuh membungkuk sampai wajahnya hampir menyentuh lantai. Prabu Wretikandayun duduk tegap di hadapan wanita itu."Aku yang salah," ucap sang Prabu datar. "Sejak mengangkatmu jadi selir, tidak pernah aku sentuh sama sekali."Walau bicara datar dan terkesan merendah, tapi Nyai Pinasih tak bisa meredam gemuruh dalam dadanya. Rasa takut menguasai dirinya. Tak terasa keringat menetes di dahinya."Aku memang hanya mementingkan diri sendiri. Demi sahabat yang sudah berjuang banyak hingga akhir hayatnya, aku ingin memuliakan istri yang ditinggalkannya menjadi manusia terhormat di istana. Tapi ternyata aku salah."Nyai Pinasih semakin gemetar. Dia tahu maksud yang sebenarnya dari sang Prabu bukan seperti yang diucapkannya. Dia hanya bisa berharap ada sesuatu atau seseorang yang bisa menolongnya saat ini.Sang selir merasa bagaikan sedang dalam gigitan pemangsa. Sekali menggigit maka habislah dirinya."Karena kesalahanku itu," lanjut Maharaja. "Mungkin kau mencari pele