"Bodoh!"
Umpatan yang sama lagi.
Sudah keberapa kali? Apakah sepuluh?
Nilam hanya bisa duduk kaku di pinggir ranjang, memandang kosong suaminya yang tampan, Keenan.
Wajah putih itu mengerutkan kening tak suka saat mata mereka bertemu, ekspresi jijik tak disembunyikan Keenan dari wajahnya ketika melihat Nilam.
"Sudah nggak cantik, bodoh lagi! Bisa nggak, sih, kamu melakukannya dengan baik? Kenapa begitu bodoh dan kaku kayak pohon pisang?!"
Keenan memuntahkan semua amarahnya kepada Nilam yang duduk sambil menyembunyikan gemetar di tubuhnya.
"I-ini juga pertama kalinya bagiku, Mas. Aku... aku nggak tahu apa yang harus dilakukan."
Nilam menggigit bibir bawah ketika mendapatkan pelototan Keenan. Ini malam pertama pertama mereka, tapi malam pertama ini rasanya seperti di neraka.
Nilam tahu Keenan tidak menyukai pernikahan mereka ini, sepanjang prosesi pernikahan dia terus cemberut dan tak melihat Nilam sedikit pun.
Namun, Nilam tak menyangka jika dia akan semakin jahat saat mereka hanya berdua.
"Wajahmu benar-benar jelek tanpa riasan, membuat aku muak!"
Ejekan menyakitkan keluar dari mulut Keenan saat mereka berada di ranjang yang sama.
Nilam hanya bisa menunduk, menahan rasa sakit di dada karena hinaan dari suaminya di malam pertama pernikahan mereka.
"T-tapi... malam pertama harus dilakukan, kan, Mas?"
Keenan mengeluarkan dengusan jijik mendengar ucapan Nilam, matanya menyipit tak suka.
Bukannya Nilam juga ingin melakukan hal ini, apa yang kamu rasakan saat pertama kali bertemu suamimu di pelaminan? Tidak ada rasa apa pun.
Dia juga terpaksa menerima perjodohan ini atas paksaan halus kakaknya yang sudah tak mau menanggung hidup Nilam, jadi ini bukanlah pernikahan yang diharapkan.
Mereka baru pertemu pertama kali tadi pagi saat akad nikah, Nilam berpikir ini akan baik-baik saja, tapi melihat wajah cemberut Keenan, dia tahu semua tak pernah baik-baik saja sejak awal.
Namun, orang tua Keenan memaksa mereka harus melakukan malam pertama untuk membuang sial.
Pernikahan pertama Keenan gagal karena kekasih yang dia nikahi tiba-tiba kabur saat malam pertama tanpa alasan yang jelas.
Semenjak itu bencana demi bencana menimpa mereka.
Ayah Keenan yang tiba-tiba ditipu, Keenan turun jabatan dan sang ibu sakit parah.
Itulah kenapa pernikahan ini dilaksanakan untuk membuang sial, keluarga Keenan percaya bahwa semua bencana yang mereka dapatkan karena Keenan bercerai sehari setelah pernikahan.
Nilam adalah kandidat yang cocok, dia sudah tak punya orang tua, hidup dengan kakaknya yang sudah mulai lelah menghidupi Nilam.
Dengan wanita itulah akhirnya Keenan menikah.
"Keenan, apa pun yang terjadi, malam pertamamu harus dilaksanakan agar kita semua terhindar dari semua kesialan ini."
Ayah Keenan mewanti-wanti agar Nilam pecah perawan malam itu, menurut dukun yang dia datangi, hanya itu satu-satunya cara menyingkirkan kesialan dari keluarga mereka.
"Cih! Kenapa aku harus menghabiskan malam pertama denganmu, aku jijik melihat wajah jelekmu!"
.
Kata-kata pedas Keenan kembali mengiris hati Nilam.
Dia begitu benci dan jijik padanya, tapi kenapa mau menikah dengannya?
Pertanyaan tersebut berputar di kepala Nilam.
Namun, tentu saja Nilam tak bisa bertanya, dia sudah dijual kakaknya kepada Keenan, jadi dia tak bisa melakukan apa pun kecuali patuh pada suaminya yang kejam ini.
"L-lalu apakah kita tunda saja malam pertama ini, Mas?"
Nilam bertanya dengan putus asa.
Dia juga manusia, kata-kata pedas Keenan sangat menyakiti hatinya.
"Tidak bisa!"
Keenan menjawab cepat, dia harus menyelesaikan hal menyebalkan ini agar keluarganya terbebas dari sial.
Namun, dia benci wanita bodoh ini.
Tidak ada alasan khusus, hanya karena Nilam terlihat sangat polos tanpa riasan apa pun, menurut Keenan yang terbiasa dengan wajah cantik penuh riasan milik mantan istri yang lari dari pernikahan mereka, Nilam terlihat sangat jelek.
"H-haruskah kita mematikan lampu?"
Jika masalahnya ada di wajah jelek Nilam, bukankah bisa selesai dengan mematikan lampu?
"Masalahnya aku tak punya hasrat padamu!" bentak Keenan yang membuat Nilam makin mengkerut ketakutan.
Dia benci.
Benci kepada Nilam yang tampak polos dan kampungan. Dia mendambakan mantan istrinya yang cantik, manja, genit dan terlihat pintar.
Tidak seperti Nilam yang seperti gadis bodoh dan tak punya wawasan.
Apa pekerjaannya sebelum menikah dengan Keenan?
Tidak ada.
Dia hanya menghabiskan waktu sebagai pengasuh keponakan, putri kakaknya yang kini berusia 4 tahun.
Keenan merasa jijik menikah dengan orang rendahan seperti Nilam.
Namun, malam pertama ini harus berhasil, Nilam harus pecah perawan jika ingin keluarga Keenan lepas dari semua kesialan.
Lalu apa yang harus dia lakukan agar punya hasrat kepada Nilam? Barang Keenan tak mau berdiri karena jijik dengan istrinya.
"Hey, kamu."
Keenan bahkan tak mau menyebut namanya karena setiap melihat Nilam, hidung mancungnya mengerut jijik.
"Y-ya, Mas?"
"Berdiri di depanku!" perintah Keenan dengan tegas.
Nilam bangkit dari duduknya dan berdiri di depan Keenan, pria itu memandang Nilam dari atas ke bawah dengan dahi berkerut.
"Lepaskan seluruh pakaianmu!"
Mata Nilam terbelalak lebar mendengar perintah Keenan.
"Lelet banget, sih! Aku nyuruh apa tadi? Lepaskan ya lepaskan! Kamu ingin malam pertama ini terjadi apa enggak?!"
Keenan lagi-lagi membentak.
Nilam tahu betul apa syarat dia diterima menjadi menantu keluarga ini, malam pertama mereka harus berhasil atau mereka akan segera mengirim Nilam kembali kepada kakaknya.
Itu akan menjadi hal yang lebih menakutkan daripada perintah Keenan untuk melepaskan seluruh pakaiannya.
Meski enggan, sambil melirik ke arah sang suami yang menatap tajam padanya, Nilam mulai melucuti sseluruh pakaiannya satu persatu.
"Kamu ini manusia apa siput, sih?! Lakukan dengan cepat!" sergah Keenan saat Nilam terlihat ragu melepaskan bra dan celana dalamnya.
Keenan berdiri dan merobek pakaian dalam Nilam sehingga kini dia berdiri tanpa memakai apa pun di tubuhnya.
Wajah Nilam memerah saat dia menjadi tontonan Keenan.
Keenan menelusuri tubuh Nilam dengan tatapan tajam dan bibir terkatup rapat.
Sebenarnya tubuh Nilam cukup bagus, tidak ada lemak berlebih yang membuat tubuhnya menjadi jelek, buah dadanya besar dan terangkat, jelas-jelas Nilam adalah perawan yang mekar.
Namun, bahkan sesudah melihat tubuhnya tanpa sehelai benang pun, hasrat dalam diri Keenan belum juga muncul.
Ini semua karena wajahnya yang jelek. Pasti!
"Jalan! Jalan berlenggok-lenggok di depanku seperti wanita genit!"
Keenan memberi perintah, meminta Nilam berjalan seperti wanita genit, seperti jalan Jihan, mantan istrinya.
Meski canggung, Nilam tak punya pilihan lain selain mematuhi perintah Keenan.
Namun, apa pun yang ia lakukan, tak pernah memuaskan Keenan.
"Kamu ini lagi jalan apa cosplay jadi robot, hah? Kamu sudah jelek, nggak bisa jalan centil lagi!"
"Aku sudah berusaha, Mas," desah Nilam dengan putus asa, mendengar itu, Keenan semakin marah.
"Kamu nggak tahu cara jalan cewek centil? Busungkan dadamu dan angkat bokongmu! Begitulah cara jalan cewek genit, cepat lakukan!"
Air mata berderai di wajah Nilam, saat seperti badut dia memenuhi permintaan Keenan suaminya.
Menahan malu luar biasa, Nilam mulai membusungkan dadanya dan mengangkat pantat, berjalan se genit mungkin di depan Keenan.
Hatinya lebam, pecah.
Pernikahan ini sudah hancur sejak awal.
"Sudah, ya, Mas?"Nilam memohon kepada Keenan agar berhenti mempermalukan dirinya dengan jalan lenggak lenggok tanpa memakai busana di kamar, Keenan hanya tersenyum sinis sebagai jawaban. "Aku yang bodoh mengira kamu bisa jadi kayak Jihan!"Setelah melontarkan kata pedas yang membuat Nilam menelan ludah pahit, Keenan berdiri, mengambil sesuatu di laci meja dekat ranjang dan menyerahkan botol kecil berisi cairan bening kepada Nilam. "Minum ini!"Setelah memberi perintah dengan kasar, dia sendiri juga menenggak isi botol kecil itu dalam satu kali tegukan."Sekarang, berbaring di sana!"Nilam yang tidak punya pilihan, hanya bisa patuh dan membaringkan tubuhnya di ranjang sementara Keenan mulai melepas pakaiannya satu persatu. Keduanya tak menginginkan malam pertama ini, tapi jika hal itu tak dilakukan maka hanya akan merepotkan, dan Keenan benci direpotkan hal sepele seperti itu. Beberapa saat kemudian, setelah aktivitas yang melelahkan dan berakhir dengan beberapa tetes darah perawa
"Kamu nggak nyuruh aku duduk, Mas? Apa karena udah nikah terus sekarang kamu gini?"Jihan bertanya dengan wajah yang masih tersenyum manis sehingga menambah kecantikannya, tapi tatapan mata lentiknya menyorot Nilam dengan tajam. "Oh? Ah! Silakan duduk, Han. Nilam, geser."Keenan dengan kejam menyuruh istrinya Nilam untuk pindah tempat duduk, sehingga kursi yang menghadap Keenan, yang tadi ditempati Nilam, kini diduduki Jihan. "Mas Keenan nggak usah repot repot kayak gini, aku jadi malu. Gimana kalo istri baru mas Keenan nanti ngiranya mas Keenan masih suka aku?"Jihan bertanya dengan tatapan menggoda ke arah Keenan, yang membuat pria itu menjadi tergagap-gagap, mengabaikan Nilam sama sekali. "Mas.... "Nilam membuka suara, mencoba mengatakan bahwa dia tak nyaman di sini dengan kedatangan Jihan, tapi Keenan malah melotot ke arahnya. "Habiskan makanan kamu dan jangan banyak protes. Aku sedang sibuk bicara sama Jihan!"Mendengar Nilam dimarahi suaminya, Jihan tersenyum lebar dengan t
"Air hangat untuk mandi udah siap, Mas. Mandi dulu biar seger," ucap Nilam saat menyambut suaminya pulang ke rumah, yang dibalas Keenan dengan anggukan dan memberikan tas kerjanya kepada Nilam, setelah wanita itu menyalami sang suami dengan mencium punggung tangannya. "Oke."Keenan menjawab singkat lalu berjalan ke kamar mandi, membersihkan diri. Sementara Keenan mandi, Nilam menyiapkan makanan di meja makan untuk disantap sang suami. Tak terasa, kini hampir setengah tahun sudah Nilam menjadi istri sah dari Keenan. Dulu saat awal-awal menikah, Nilam hampir saja menyerah dari pernikahan mereka karena Keenan yang terus memperlakukan dirinya dengan kasar, dan saat melakukan hubungan badan, selalu membayangkan sedang melakukannya dengan Jihan, mantan istri suaminya. Namun, pada akhirnya, Nilam lebih memilih untuk mempertahankan pernikahan ini, dan setelah bersabar beberapa bulan mendapatkan perlakuan kasar dari Keenan, akhirnya kesabarannya membuahkan hasil. Sikap Keenan mulai se
"Mas, Mas! Cepet ke sini, Mas! Ada kecoa di rumah aku, aku takut, Mas Keenan!"Jihan tiba-tiba menelepon Keenan, saat Keenan baru pulang dari bekerja dan hendak makan malam dengan istrinya.Dia mengeluh bahwa di rumahnya ada kecoa terbang yang membuat dirinya ketakutan sampai naik ke atas meja. "Mas, aku takut banget! Tolong cepat ke rumah aku buruan! Kecoa nya terbang terbang, Mas! Aku takut kecoanya nanti hinggap di tubuh aku!" teriak Jihan sambil menangis histeris di telepon, yang membuat Keenan mau tak mau jadi menghawatirkan dirinya. "Tenang, kamu tenang dulu, ya? Oke? Aku bakal segera ke sana," jawab Keenan yang sedang mengeringkan rambutnya setelah mandi, dia buru-buru berjalan ke almari dan mengambil salah satu kemeja untuk dipakai. "Buruan ya, Mas. Aku takut banget serius, baru kali ini aku lihat kecoa bisa terbang, aku sendirian lagi di rumah, takut banget sampai gemetaran, Mas."Suara Jihan terdengar lega saat mendengar bahwa Keenan akan pergi ke rumahnya, dia juga ter
"Udah pulang, Mas?"Nilam yang sedang menunggu kepulangan Keenan di ruang tamu, berdiri dan menyambut kedatangan suaminya.Keenan yang sedang membuka pintu, mengulurkan tangan yang disambut oleh Nilam, wanita itu mencium punggung tangan sang suami dengan hormat."Iya. Keperluannya nggak lama, kok. Kamu udah makan?" tanya Keenan, yang merasa senang disambut istrinya seperti ini.Dulu saat masih benci dengan Nilam yang tak bisa memakai skincare, Keenan benci melihat wajah istrinya setiap kali dia pulang, tapi sekarang, Keenan selalu merasa senang karena ada orang yang selalu menyambut kepulangannya.Keenan mungkin belum cinta dengan Nilam, tapi sedikit rasa suka, tentu."Udah, Mas. Aku pikir kamu bakalan lama jadi aku makan dulu, aku minta maaf."Keenan menepuk lembut puncak kepala Nilam sambil menggeleng-geleng."Kenapa minta maaf, kamu nggak salah, Nilam. Aku kan udah bilang kalo kamu makan aja dulu, aku juga udah makan di rumah temen tadi.""Iya, Mas. Ada yang kamu perlukan aku lakuk
Jihan mulai melancarkan aksinya.Dia tak menyerah untuk membuat Keenan terus bertemu dengan dirinya dan mengabaikan Nilam, sang istri."Mas Keenan, temenin belanja."Suatu siang, dia tiba-tiba menelepon dan mengajak Keenan berbelanja di hari minggu, hari di mana seharusnya dihabiskan Keenan dengan Nilam."Maas, aku takut tidur sendirian, temenin ngobrol sampai tertidur, ya."Pada hari berikutnya, dia meminta tolong hal lain."Mas, Mas! Ada tikus di kamar! Aku takuuut."Dia juga meminta tolong kepada Keenan untuk datang ke rumah karena hal hal yang sepele.Keenan yang terbawa efek guna-guna Jihan, tidak pernah bisa menolak dan selalu datang kapan pun dipanggil Jihan.Keenan mengira ke tidak sanggupannya menolak semua permintaan Jihan, karena wanita itu adalah teman masa kecilnya yang baru saja tertimpa musibah, dia sama sekali tak pernah menduga bahwa sang teman, memiliki niat tidak baik pada rumah tangganya.Sementara itu, Jihan merasa sangat senang karena dia kini lebih sering mengha
Pengakuan yang keluar dari mulut Will, membuat kedua bola mata Jihan terbelalak lebar.Dia tak pernah menyangka kalau Will ternyata pria yang sudah memiliki istri.Gayanya yang perlente dan sedikit flamboyan membuat Will tidak terlihat seperti seorang bapak bapak. Jadi siapa yang mengira ternyata dia sudah menikah dan memiliki anak? Bukan hanya satu anak, bahkan 4?!Jihan memandang ke arah Will yang masih diam, tersenyum canggung. Tepatnya, Jihan mencoba untuk tersenyum dan terlihat setenang mungkin.Ayo tenang, tenang. Ini mungkin saja hanya tes yang dilakukan Will untuknya, apakah dia akan setia atau tidak. Begitulah keyakinan Jihan."M-mas? Kamu nggak sedang ngomong serius, kan? Kamu pasti sedang bercanda, kan? Kamu lagi nge prank aku. Iya kan, Mas?"Jihan menanyakan hal itu dengan ekspresi yang dibuat setenang mungkin, meski jari-jarinya gemetar, dia terlalu ngeri membayangkan bahwa selama ini telah berpacaran dengan lelaki orang.Dia bahkan telah memberikan keperawanannya pada or
Saat menjadi wanita simpanan Will, hidup Jihan memang serba kecukupan bagaikan sosialita ibu kota, dia membuka akun media sosial untuk memamerkan kegiatan sehari-hari yang bisa liburan ke mana-mana dan membeli barang branded yang dia suka. Satu bulan, dua bulan, semua masih berjalan lancar seperti biasa, Jihan tinggal di apartemen mewah yang dibelikan Will, Will sering mampir dan mereka melakukan hubungan badan sampai pria itu puas. Jihan sampai pikir menjadi wanita simpanan tidak buruk juga, toh istri Will ada di luar negeri sekarang, sekali kali saja Will datang mengunjunginya atau sebaliknya, sehingga Jihan merasa jika dia sudah menjadi nyonya Will secara tidak sah, karena selalu ada di samping Will. Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, Will semakin hari semakin menunjukkan sifat aslinya terutama dalam masalah hubungan badan, setelah tiga bulan menikmati tubuh perawan Jihan sepuasnya, dia meminta sesuatu yang sangat tidak masuk akal. "Jihan, kamu kan punya banyak kena