"Udah pulang, Mas?"
Nilam yang sedang menunggu kepulangan Keenan di ruang tamu, berdiri dan menyambut kedatangan suaminya.
Keenan yang sedang membuka pintu, mengulurkan tangan yang disambut oleh Nilam, wanita itu mencium punggung tangan sang suami dengan hormat.
"Iya. Keperluannya nggak lama, kok. Kamu udah makan?" tanya Keenan, yang merasa senang disambut istrinya seperti ini.
Dulu saat masih benci dengan Nilam yang tak bisa memakai skincare, Keenan benci melihat wajah istrinya setiap kali dia pulang, tapi sekarang, Keenan selalu merasa senang karena ada orang yang selalu menyambut kepulangannya.
Keenan mungkin belum cinta dengan Nilam, tapi sedikit rasa suka, tentu.
"Udah, Mas. Aku pikir kamu bakalan lama jadi aku makan dulu, aku minta maaf."
Keenan menepuk lembut puncak kepala Nilam sambil menggeleng-geleng.
"Kenapa minta maaf, kamu nggak salah, Nilam. Aku kan udah bilang kalo kamu makan aja dulu, aku juga udah makan di rumah temen tadi."
"Iya, Mas. Ada yang kamu perlukan aku lakukan, Mas?"
Atas pertanyaan istrinya itu, Keenan yang kini ada di kamar, tersenyum nakal.
Dulu dia mengira bahwa Nilam hanya gadis desa biasa yang cupu dan tidak bisa menyenangkan suami, tapi Keenan salah.
Nilam adalah wanita yang selalu berusaha keras memenuhi kebutuhan Keenan dan melaksanakan kewajibannya sebagai istri.
Meski dulu Keenan bahkan sslalu kasar padanya, dan mengajak Nilam bercinta hanya ketika dia ingin berhubungan badan dengan Jihan, wanita yang telah menghuni hatinya sejak lama, Nilam masih berusaha keras menjadi istri yang baik untuknya.
Rumah selalu terlihat rapi dan setiap kali suaminya setiap pulang, dia akan berdandan cantik, menghias kamar dengan bunga sehingga membangkitkan gairah Keenan yang lelah bekerja di kantor.
Hal itu membuat Keenan merasa dirinya dihargai sebagai suami, dan membuatnya betah di rumah.
Kehidupan perjodohan yang dikira Keenan sebagai hal yang mengerikan, ternyata baik-baik saja.
"Kamu dandan cantik malam ini."
Keenan mengatakan hal itu dengan sorot menggoda, tangannya terulur untuk menarik sang istri ke dalam pelukan.
"Mas Keenan yang bilang aku harus selalu kelihatan cantik kalo ada mas," jawab Nilam, yang tersipu malu saat pantatnya duduk di atas paha Keenan yang kokoh.
"Betul, kamu benar-benar istri yang sangat patuh, dan aku suka itu, Nilam," jawab Keenan, mulai melayangkan ciuman di leher samping sang istri.
"M-Mas.... "
"Sssh.... "
Keenan membaringkan tubuh Nilam ke kasur, menarik turun celana dalam sang istri, lalu menundukkan kepalanya di antara kaki Nilam dan menjilat celah rahasia dengan lidahnya.
Tubuh Nilam gemetar seperti ikan yang dilempar keluar dari air, saat Keenan mengangkat giginya dan merangsang kuncup yang bengkak, bagian dalam paha Nilam menjadi panas seolah-olah api telah menyala, dan cairan mengalir keluar.
“Heung, berhenti ….”
Desahan basah Nilam dibalas Keenan dengan tawa.
"Berhenti katamu?"
"I-ya... "
Sebenarnya apa yang dimaksud Nilam adalah sebaliknya, hanya saja dia tidak bisa meludahkannya dengan benar, jadi Nilam memutar tubuhnya dan memohon, tetapi Keenan dengan licik terus menggoda sisi itu engan lidahnya.
"Apa kamu benar-benar ingin berhenti, Nilam?"
Keenan bertanya sekali lagi saat milik Nilam sudah basah kuyup karena godaan lidahnya, sementara Nilam yang terjebak dalam nikmat yang dikirim Keenan untuknya hanya membalas dengan desahan panjang dan menggoda.
Keenan masih menunggu sampai istrinya yang penurut itu mengeluarkan permohonan kotor secara langsung dari mulutnya.
Jari-jarinya perlahan menembus semak-semak, meluncur ke pintu masuk yang basah.
Lidahnya merangsang bagian paling sensitif sementara jarinya meraba dinding bagian dalam milik sangat istri, menyebabkan mata Nilam menjadi putih dan kepalanya kosong.
Getaran intens dari daging sensitif membuat Nilam merinding dan tubuhnya gelisah.
"Ay,o, Nilam. Katakan apa yang kamu inginkan sekarang?" tanya Keenan dengan mata berbinar.
"Aku... aku mau kamu, Mas. Masuklah ke dalam diriku sekarang juga."
Pada kata-kata yang telah ditunggu oleh Keenan, wajahnya, yang tertutup cairan cinta, akhirnya jatuh dari antara kedua kaki Nilam.
“Itu juga yang aku inginkan, Sayang. ”
Ujung bibirnya melengkung dengan senyum nakal. Dia berdiri dan duduk di antara kedua kaki Nilam, dan selanjutnya, hanya ada suara erangan penuh kenikmatan yang memenuhi kamar dan pergulatan penuh semangat di atas ranjang.
Nilam melayani Keenan dengan baik sehingga pria itu lagi-lagi merasa puas dan bugar setelah bercinta.
Setelah membuat istrinya kelelahan dan tertidur karena nafsunya yang luar biasa, Keenan merasa sangat puas.
Dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan merokok sebentar sebelum tidur di samping Nilam.
Percintaan mereka kali ini memuaskan seperti biasa, tapi ada satu hal yang sedari tadi terus mengganggu pikiran Keenan.
" Aneh, kenapa aku terus teringat Jihan? Padahal aku sudah nerima Nilam di hatiku?"
Keenan bergumam dengan ekspresi tak mengerti, kenapa dia ingat Jihan lagi saat sedang bercinta dengan Nilam, hal yang sudah lama sekali tidak dia rasakan.
Pada saat itu, Keenan tidak tahu bahwa apa yang dia rasakan, adalah sebab dari guna-guna yang diberikan Jihan padanya.
Esoknya. Pada siang hari.
"Mas, kamu di mana? Aku sekarang di kantormu dan mengirim makan siang buat kamu karena pagi tadi kamu berangkat buru-buru, jadi aku khawatir kamu nggak makan. Kamu kemarin juga bilang kalo minta dikirim makan siang, kan?"
Nilam menelepon Keenan yang tak ada di ruangannya saat menjelang jam makan siang, hari ini Nilam pergi ke kantor Keenan untuk mengirim makan siang seperti yang diminta suaminya kemarin.
"Ah, itu...."
Keenan yang sedang duduk di depan Jihan di sebuah restoran tak jauh dari kantor, menggaruk pelan lehernya.
Rasa bersalah memenuhi pikiran Keenan karena telah pergi makan siang diam-diam dengan Jihan, dan melupakan janjinya lagi kepada Nilam.
Tadi Jihan menelepon dirinya dan mengatakan ingin bertemu karena ada hal darurat yang harus dia bicarakan dengan Keenan, dan Keenan pun seperti biasa tak bisa menolak permintaan sahabatnya itu.
Meski ternyata hal darurat itu hanyalah alasan Jihan untuk bisa makan siang dengan Keenan.
Keenan terbatuk satu kali dan menjawab dengan suara yang di tenang-tenangkan.
"Ehm, maaf, Nilam. Aku sedang makan siang dengan klien. Kamu taruh aja makanannya di meja, oke?"
Untuk menyingkirkan rasa bersalah, Keenan kembali berbicara.
"Aku minta maaf nggak bilang dulu sama kamu, tapi aku janji bakal makan bekal dari kamu sampai habis. Terima kasih, istriku."
"Iya, Mas. Aku pulang dulu kalau begitu."
Nilam yang tak curiga sedikit pun bahwa Keenan telah berbohong, menjawab dengan nada ringan, itu membuat Keenan semakin tak enak hati.
"Sayang."
"Hm? Ya-ya, Mas?"
Nilam sangat terkejut saat dipanggil sayang oleh Keenan secara tiba-tiba, itu karena Keenan selama ini tak pernah memanggilnya sayang kecuali ketiga mereka sedang bergulat di atas ranjang.
"Aku bener-bener minta maaf."
Keenan mengatakan hal itu dengan sangat serius, membuat Nilam tertawa.
"Nggak papa lah, Mas. Lagian kan kamu ada urusan pekerjaan, jadi nggak papa. Besok aku kasih bekal makan siang lagi yang lebih enak."
"Makasih, Nilam. Aku senang punya istri kayak kamu."
Keenan terus berbicara ramah dan mesra dengan istrinya di telepon, menjanjikan banyak hal manis para Nilam atas usahanya bersusah payah mengirim makan siang untuknya di kantor, tanpa menyadari ada satu pasang mata yang berkilat penuh amarah karena benci dengan kemesraan mereka.
Jihan.
"Kenapa... kenapa mas Keenan bisa tersenyum begitu lembut ke istrinya? Aku benci wanita itu, aku akan merebut mas Keenan darinya, yang boleh mendapat senyum seperti itu dari mas Keenan harusnya cuma aku!" geram Jihan, mengepalkan tangannya erat-erat untuk menahan emosi yang membara di dalam dadanya.
Jihan mulai melancarkan aksinya.Dia tak menyerah untuk membuat Keenan terus bertemu dengan dirinya dan mengabaikan Nilam, sang istri."Mas Keenan, temenin belanja."Suatu siang, dia tiba-tiba menelepon dan mengajak Keenan berbelanja di hari minggu, hari di mana seharusnya dihabiskan Keenan dengan Nilam."Maas, aku takut tidur sendirian, temenin ngobrol sampai tertidur, ya."Pada hari berikutnya, dia meminta tolong hal lain."Mas, Mas! Ada tikus di kamar! Aku takuuut."Dia juga meminta tolong kepada Keenan untuk datang ke rumah karena hal hal yang sepele.Keenan yang terbawa efek guna-guna Jihan, tidak pernah bisa menolak dan selalu datang kapan pun dipanggil Jihan.Keenan mengira ke tidak sanggupannya menolak semua permintaan Jihan, karena wanita itu adalah teman masa kecilnya yang baru saja tertimpa musibah, dia sama sekali tak pernah menduga bahwa sang teman, memiliki niat tidak baik pada rumah tangganya.Sementara itu, Jihan merasa sangat senang karena dia kini lebih sering mengha
Pengakuan yang keluar dari mulut Will, membuat kedua bola mata Jihan terbelalak lebar.Dia tak pernah menyangka kalau Will ternyata pria yang sudah memiliki istri.Gayanya yang perlente dan sedikit flamboyan membuat Will tidak terlihat seperti seorang bapak bapak. Jadi siapa yang mengira ternyata dia sudah menikah dan memiliki anak? Bukan hanya satu anak, bahkan 4?!Jihan memandang ke arah Will yang masih diam, tersenyum canggung. Tepatnya, Jihan mencoba untuk tersenyum dan terlihat setenang mungkin.Ayo tenang, tenang. Ini mungkin saja hanya tes yang dilakukan Will untuknya, apakah dia akan setia atau tidak. Begitulah keyakinan Jihan."M-mas? Kamu nggak sedang ngomong serius, kan? Kamu pasti sedang bercanda, kan? Kamu lagi nge prank aku. Iya kan, Mas?"Jihan menanyakan hal itu dengan ekspresi yang dibuat setenang mungkin, meski jari-jarinya gemetar, dia terlalu ngeri membayangkan bahwa selama ini telah berpacaran dengan lelaki orang.Dia bahkan telah memberikan keperawanannya pada or
Saat menjadi wanita simpanan Will, hidup Jihan memang serba kecukupan bagaikan sosialita ibu kota, dia membuka akun media sosial untuk memamerkan kegiatan sehari-hari yang bisa liburan ke mana-mana dan membeli barang branded yang dia suka. Satu bulan, dua bulan, semua masih berjalan lancar seperti biasa, Jihan tinggal di apartemen mewah yang dibelikan Will, Will sering mampir dan mereka melakukan hubungan badan sampai pria itu puas. Jihan sampai pikir menjadi wanita simpanan tidak buruk juga, toh istri Will ada di luar negeri sekarang, sekali kali saja Will datang mengunjunginya atau sebaliknya, sehingga Jihan merasa jika dia sudah menjadi nyonya Will secara tidak sah, karena selalu ada di samping Will. Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, Will semakin hari semakin menunjukkan sifat aslinya terutama dalam masalah hubungan badan, setelah tiga bulan menikmati tubuh perawan Jihan sepuasnya, dia meminta sesuatu yang sangat tidak masuk akal. "Jihan, kamu kan punya banyak kena
L"Mas, apa ini?"Nilam terheran-heran saat Keenan pulang bekerja dengan membawa begitu banyak barang, apalagi barang-barang itu adalah baju, tas, dan semua hal untuk Nilam. Sesuatu yang sangat tidak biasa dilakukan oleh Keenan. Meski hubungan pernikahan mereka terlihat akur dan bahagia, sebenarnya sangat dangkal. Nilam memainkan peran sebagai wanita penurut yang tidak membuat suaminya stress, dan Keenan menyukai Nilam yang seperti itu sehingga dia tak perlu berpura-pura baik menghadapi wanita yang disukai orang tuanya tersebut. Nilam sendiri tidak mengharapkan lebih dari Keenan, dia sudah sangat bersyukur Keenan mau bersikap baik padanya sebagai suami dan tidak kasar saat berhubungan badan. Itu saja bagi Nilam sudah merupakan kebahagiaan yang tiada tara. Dia menjalani hidup dengan baik dan tenang di sini, Nilam menerima takdir menjalani pernikahan yang seperti ini, karena tak punya lagi tempat juga untuk pulang. Dia juga sangat takut dengan title janda. Itulah kenapa Nilam sangat
Pagi hari, seperti biasa, Nilam menyiapkan sarapan untuk Keenan sebelum sang suami berangkat bekerja. Mereka memang hanya tinggal berdua tanpa satu orang pun pembantu di rumah besar ini, meskipun Keenan kaya raya. Bukan karena Keenan pelit, melainkan ini memang permintaan dari Nilam sendiri yang memilih untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tanpa pembantu, toh dia juga tidak melakukan apa-apa di rumah, karena itu, dengan alasan agar tidak bosan, Nilam memilih untuk mengerjakan pekerjaan rumah sendirian. Ibu mertua Nilam semakin menyukai dirinya yang giat dan rajin, sementara Keenan juga nyaman hanya tinggal berdua dengan Nilam, karena dengan begitu, dia bebas melakukan apa pun, termasuk meminta Nilam melayani dirinya di atas ranjang kapan pun tanpa malu atau sungkan dengan penghuni lain di rumah ini. Namun, pagi ini ada yang sedikit aneh. Nilam yang biasanya cekatan, sekarang melakukan pekerjaannya dengan agak lambat, sehingga Keenan yang sudah bersiap berangkat pergi ke kantor tap
"Haaaa! Luar biasa! Sangat luar biasa! Dia benar-benar nggak mencariku!"Jihan uring-uringan sendiri sambil melihat ponsel, setelah dia seminggu lalu menyuruh Keenan menjauh dan tak menghubungi dirinya lagi. Dia pikir Keenan tahu bahwa Jihan hanya sedang merajuk seperti biasa, seperti dulu saat mereka masih berpacaran, tapi sial! Pria itu benar-benar tidak menghubungi Jihan lagi atau menemuinya, bahkan setelah seminggu berlalu dari kejadian itu. "Ini nggak mungkin, apa benar perasaannya padaku sudah luntur? Nggak, itu nggak bisa terjadi. Aku harus bisa mendapatkan Keenan, dia kan bucin banget ke aku sejak dulu, aku juga bahkan udah ngasih bubuk guna-guna, tapi kenapa... kenapa sekarang Keenan berubah? Kenapa???"Jihan mengacak rambutnya sendiri sambil mondar-mandir tak tentu arah. Jihan sudah bosan hidup berhemat dari uang hasil pekerjaannya, dia perlu pria kaya seperti Keenan untuk menopang hidup setelah dia kabur dari Will. Dia pikir akan mudah mendapatkan hati Keenan kembali, b
"Jangan salah paham denganku," ujar Jihan dengan senyum manis yang mencurigakan saat Nilam memandang dirinya dengan senyum kebencian. "Aku datang ke sini hanya ingin membuat dirimu sadar, bahwa di mata Keenan, kamu ini hanya istri pajangan. Suatu hari, kamu akan diusir dari rumah ini, jadi bangunlah dari mimpimu," lanjutnya dengan sinis, yang membuat kepala Nilam semakin mendidih saja rasanya. Saat melihat Jihan, Nilam tahu. Wanita ini sungguh seperti tong kosong nyaring bunyinya, semakin ditabuh, semakin memekakkan telinga. Tahu apa dia sampai berani mengatakan bahwa Keenan akan mengusir Nilam dari rumah ini? Meski mereka mungkin saat ini tidak saling mencintai dengan begitu dalam tapi Nilam tahu betul bahwa Keenan tak mungkin begitu saja mengusir dirinya. Dia adalah pria yang akan bertanggung jawab sampai akhir, itulah Keenan yang Nilam kenal. Dan bukankah Nilam favorit keluarga mertuanya? Tidak mudah bagi Keenan untuk begitu saja menceraikan Nilam. Namun bodohnya, Nilam mal
Tak terasa waktu sudah sore hari, Nilam yang yakin bahwa Keenan akan pulang cepat malam ini, mulai melakukan perawatan agar bisa melayani suaminya tersebut dengan sangat maksimal.Setelah hampir setahun hidup dengan Keenan, Nilam mencatat satu fakta penting, bahwa Keenan adalah seorang pria yang sangat perkasa dengan nafsu yang luar biasa.Dia tak cukup keluar sekali dalam satu kali bercinta, Keenan baru puas jika sudah keluar berkali-kali dan tubuh istrinya kelelahan bahkan pingsan, seakan ada kepuasan tersendiri bagi pria itu tiap kali berhasil menumbangkan istrinya.Dan selama hampir setahun ini Nilam telah berhasil menghadapi nafsu Keenan yang seperti itu dan memuaskannya, sehingga pria itu perlahan melupakan Jihan dan memandang dirinya sebagai Nilam. Karena itu, untuk mencegah Keenan ingat pada Jihan lagi, Nilam, menggunakan tubuhnya yang padat dan berisi, berjanji akan benar-benar memuaskannya malam ini, sampai pria itu yang tumbang lebih dulu dan tak bisa menghajar tubuh bagia