Beranda / Pernikahan / Kuserahkan Suamiku Untuk Pelakor / 5. Mencari Perhatian Keenan

Share

5. Mencari Perhatian Keenan

"Mas, Mas! Cepet ke sini, Mas! Ada kecoa di rumah aku, aku takut, Mas Keenan!"

Jihan tiba-tiba menelepon Keenan, saat Keenan baru pulang dari bekerja dan hendak makan malam dengan istrinya.

Dia mengeluh bahwa di rumahnya ada kecoa terbang yang membuat dirinya ketakutan sampai naik ke atas meja. 

"Mas, aku takut banget! Tolong cepat ke rumah aku buruan! Kecoa nya terbang terbang, Mas! Aku takut kecoanya nanti hinggap di tubuh aku!" teriak Jihan sambil menangis histeris di telepon, yang membuat Keenan mau tak mau jadi menghawatirkan dirinya. 

"Tenang, kamu tenang dulu, ya? Oke? Aku bakal segera ke sana," jawab Keenan yang sedang mengeringkan rambutnya setelah mandi, dia buru-buru berjalan ke almari dan mengambil salah satu kemeja untuk dipakai. 

"Buruan  ya, Mas. Aku takut banget serius, baru kali ini aku lihat kecoa  bisa terbang, aku sendirian lagi di rumah, takut banget sampai gemetaran, Mas."

Suara Jihan terdengar lega saat mendengar bahwa Keenan akan pergi ke rumahnya, dia juga terus menekankan kata takut agar Keenan semakin khawatir. 

"Iya, Jihan. Tenang.... " hibur Keenan, yang menempelkan ponsel di salah satu  telinga dan menjepit nya dengan batu, karena dia masih mengancingkan kemeja yang ia pakai. 

"Mas, aku takut banget, jangan lama-lama ke sininya, kecoaknya terbang terbang, Mas! Tolongin aku.... "

"Oke, Oke. Tunggu aku, Oke? "

Keenan bergegas mengambil kunci mobil dan berjalan keluar dari kamar, sekarang yang ada di pikirannya hanyalah mendatangi Jihan dan mengusir kecoa itu dari rumahnya. 

Jihan dan Keenan berteman sejak kecil karena saat SD, mereka bertetangga. Ketika mereka masum SMA,  keluarga Jihan pindah sehingga mereka pun  terpisah. 

Barulah saat sama-sama bekerja, mereka bertemu lagi, waktu itu Jihan bekerja di kantor yang ada di bawah lantai kantor Keenan, sehingga mereka pun jadi sering bertemu. 

Cinta masa kecil yang terpendam akhirnya tumbuh kembali, berpikir bahwa Jihan adalah jodohnya, Keenan pun menikahi wanita itu. 

Mereka saling cocok satu sama lain, Jihan juga tampak selalu mengandalkan Keenan, karena itu Keenan berpikir jika mereka menikah, mereka akan cocok satu sama lain. 

Namun, hal tak terduga terjadi. 

Di malam pertama pernikahan mereka, Jihan tiba-tiba kabur dari rumah. Sehingga pernikahan mereka pun batal. 

Keenan tidak tahu dan tidak mengerti alasan kenapa Jihan tiba-tiba menghilang saat mereka malam pertama, pernah ada sedikit rasa benci karena dikhianati, tapi begitu Jihan datang lagi dengan badan kurus seperti kemarin, Keenan tak tega, dan sekarang, mereka seperti dulu lagi, di mana setiap saat, Jihan selalu mengandalkan dirinya, seakan-akan tak pernah ada masa lalu buruk di antara mereka. 

"Mas, mau ke mana malem-malem?"

Saat Keenan berjalan menuju pintu depan, Nilam yang sedang memegang sepiring nasi goreng spesial, menu yang diminta Keenan untuk makan malam, bertanya dengan keheranan. 

Biasanya Keenan sudah tidak akan keluar ke mana-mana lagi setelah pulang bekerja, setelah makan malam bersama, biasanya dia akan menghabiskan waktu dengan Nilam, atau melakukan hubungan badan, atau kalau keluar pun, dia akan mengajak Nilam. 

Malam seperti sudah menjadi waktu yang dia khususkan untuk istrinya, meski Keenan mengaku belum mencintai Nilam, tapi mungkin karena terbiasa hidup berdua, dia sekarang jadi seperti ini. 

Keenan ragu sebentar sebelum menjawab, apakah harus jujur akan  menemui Jihan, yang mungkin akan membuat istrinya berpikir yang tidak-tidak, atau berbohong saja agar istrinya tenang. 

"Itu ada temen manggil, katanya ada perlu dikit."

Keenan akhirnya memilih berbohong.

"Oh, ya udah hati-hati, ya, Mas."

"Iya."

Keenan mengangguk dan membuka pintu keluar. 

"Lalu nasi goreng ini...."

"Kamu makan aja dulu, ga papa. Sebagai gantinya, besok kirimin aku makan siang ke kantor, oke?"

Nilam tersenyum mendengar jawaban Keenan dan mengangguk dengan penuh semangat. 

"Oke, Mas. Aku bakal buat makan siang paling enak khusus untukmu."

"Makasih, aku keluar dulu."

Nilam mengantarkan kepergian Keenan tanpa rasa curiga sedikit pun bahwa suaminya akan pergi menemui mantan istrinya, di dalam pikirannya hanya dipenuhi rasa suka cita karena Keenan yang kini semakin menerima keberadaannya sebagai seorang istri. 

Sementara itu di rumah Jihan.... 

"Mas Keenan.... "

Jihan benar-benar naik di atas meja saat  Keenan datang ke sana, wajahnya yang putih itu tampak berwarna merah muda karena menangis. 

"Mana kecoaknya?"

Keenan langsung bertanya, dengan jari gemetar Jihan menunjuk ke salah satu pojok ruangan. 

"I-itu, Mas... aku takut banget, aku nggak tahu harus menghubungi siapa, jadi tolong singkirkan, Mas," pintanya dengan wajah memelas, pipinya masih terlihat basah oleh air mata sehingga membuat Keenan semakin iba. 

Dia segera berjalan menuju pojok ruangan yang ditunjuk Jihan dan dengan mudah menyingkirkan kecoa, hewan kecil yang sangat ditakuti oleh Jihan. 

"Tuh, udah. Udah nggak ada kecoak lagi. Kamu bisa turun dari meja sekarang," ucap Keenan setelah membuang kecoa itu ke luar rumah. 

"I-iya, Mas. Aku akan tur... awww!"

Keenan yang berdiri tak jauh dari Jihan, segera menangkap tubuh wanita muda itu sebelum jatuh dari meja. 

"Jihan? Kamu nggak papa?" tanyanya khawatir, meski dia agak risih saat tanpa sengaja memeluk tubuh Jihan, karena saat ini Jihan hanya memakai daster pendek tanpa lengan dan tanpa menggunakan bra. Sehingga dua buah gundukan miliknya yang tak terlindung apa pun kecuali kain daster yang tipis. 

"Nggak papa, Mas. Makasih banyak, aku jadi ngerepotin kamu, Mas."

Jihan menjawab tanpa berusaha melepaskan pelukan Keenan, padahal dia sadar bahwa tubuh bagian atasnya menempel dengan pria itu. 

"Alah, nggak papa santai aja. Kita kan udah temenan sejak lama, kamu ini kayak ngomong sama siapa aja," jawab Keenan sembari dengan sopan menjauhkan tubuh dari Jihan sehingga badan mereka tidak saling menempel lagi. 

Jihan  tampak kecewa dengan sikap Keenan yang tak tergoda dengan tindakannya, tapi segera menutupi kekecewaan itu dengan senyuman manis. 

"Mas, mau makan dulu? Aku ngerasa nggak enak udah ngambil waktu mas Keenan, gimana kalo makan dulu sebelum pulang? Mas Keenan belum makan, kan?"

Jihan yang berusaha sekuat mungkin menahan Keenan di sisinya, menawarkan makan malam. 

"Hmm, oke."

Keenan tidak enak untuk menolak sehingga mengiyakan tawaran mantan istrinya itu. 

Wajah Jihan langsung sumringah saat Keenan menerima tawarannya dan segera menyiapkan makanan. 

Sebelum menghidangkan makanan untuk Keenan, terlebih dahulu dia menaburkan bubuk rahasia di atas makanan Keenan. 

Jihan dengan senyuman penuh kemenangan, melihat makanan Keenan yang sudah tertabur bubuk rahasia. 

"Setelah makan ini, kamu hanya akan  melihat ke aku, Mas. Aku nggak terima kamu sama cewek lain setelah kariermu naik, jadi aku akan  ngerebut dia dari kamu," gumam Jihan sembari berjalan ke arah Keenan dengan senyuman. 

Alasan dulu Jihan tiba-tiba kabur dari Keenan adalah ketakutan Jihan akan tidak bisa hidup berkecukupan karena suaminya hanya staf kantor biasa. 

Namun sekarang, setelah Keenan diangkat menjadi manager di perusahaan besar, Jihan tidak terima dan ingin mengambil Keenan untuk dirinya sendiri. 

Jihan memutuskan menggunakan bubuk guna-guna yang dia beli dari salah satu dukun, untuk mengambil hati Keenan yang sudah memiliki istri tersebut. 

Hatinya begitu bahagia saat Keenan makan makanan yang dia sajikan tanpa curiga sedikit pun. Karena itu saat Keenan pamit pulang, dia mengantarkan pria itu dengan senyuman. 

"Sekali lagi makasih banyak, Mas."

"Udah aku bilang nggak usah sungkan. Sebelum aku nikah, kita kan teman sejak kecil," jawab Keenan, santai. 

"Iya, Mas. Aku beneran ngerasa gak enak sama kamu dan istri kamu, Mas."

Lagi-lagi Jihan menyebutkan istri Keenan untuk melihat reaksi pria itu apakah dia mencintai istrinya atau tidak. 

"Santai aja, Nilam bukan cewek yang berpikiran sempit. Aku pulang dulu, jaga diri kamu baik-baik, oke? Dan hati-hati sama cowok mana pun mulai dari sekarang, jangan mudah percaya, ngerti?"

"Iya, Mas."

Jihan menjawab dengan senyam senyum sendiri atas wejangan Keenan, karena dia sudah menentukan target pria mana yang akan Jihan goda dan dia rebut hatinya. 

Itu adalah Keenan sendiri. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status