Pagi hari. Keenan terbangun dari tidurnya karena suara alarm di ponselnya. Bersungut-sungut, dia menjulurkan tangan untuk mengambil ponsel yang tak jauh darinya tersebut dan mematikan alarm.Kepalanya terasa sangat pening, dia sepertinya minum banyak semalam, dia harus meminta Nilam untuk membuatkan sup anti mabuk sebagai sarapan nanti untuk menyembuhkan rasa pening ini. Tadi malam, rencana untuk segera pulang ke rumah dan melepas penat dengan menikmati tubuh sintal istrinya terpaksa tertunda karena atasan Keenan yang tiba-tiba menelepon dan mengajak dirinya menemani minum. Keenan tentu saja tidak bisa menolak dan segera menyanggupi tawaran itu. Akibatnya sekarang kepalanya terasa begitu berat karena terus menerus menerima minuman dari atasannya tadi malam. Keenan duduk seraya memegangi sebagian sisi kepalanya dengan telapak tangan.Tangannya meraih segelas air putih yang tak jauh darinya duduk, lalu meminum air dalam gelas sampai habis setengah.Setelah sepenuhnya sadar dari tidu
"Badanmu panas, mananya lagi yang sakit?"Keenan yang kini duduk di samping istrinya bertanya dengan khawatir, sedang Nilam yang semalam terusir dari kamar, hanya tersenyum canggung. "Perutku sedikit kembung," jawab Nilam malu-malu, sedang Keenan menatap dirinya dengan ekspresi bersalah.Dia merasa bersalah karena lagi-lagi lupa mengabari Nilam bahwa rencana yang dia buat batal, bahwa dia juga pulang terlambat karena ada acara minum minum dengan Bos, sehingga Nilam tak perlu menunggu dirinya dan sakit seperti ini. "Apakah sudah diolesi minyak angin? Perlukah kupanggilkan dokter?"Nilam buru-buru menggeleng atas tawaran suaminya tersebut. "Tidak perlu, Mas. Sakitku nggak separah itu," jawab Nilam yang menolak dipanggilkan dokter dan mengatakan sudah mengolesi minyak angin ke perutnya yang kembung. Keenan yang masih merasa bersalah, menghela napas panjang, memegang tangan Nilam istrinya."Maafkan aku, semalam aku mabuk berat sehingga kayaknya nggak sadar menelepon Jihan untuk menjem
Mereka berpelukan untuk waktu yang lama, sebelum kemudian Keenan menggulingkan tubuhnya ke samping dan berbaring di sebelah istrinya.Bercinta di pagi hari selalu terasa menyenangkan."Kita mandi dulu, atau melakukan ronde kedua di kamar mandi, Lam?"Keenan berbisik sambil memainkan rambut panjang milik Nilam. Dia bahkan telah benar-benar melupakan keberadaan Jihan di kamar utama, pikirannya sekarang dipenuhi ekstasi untuk terus bersentuhan dengan istrinya. Dalam segi postur tubuh, Nilam jauh lebih berisi daripada Jihan, terutama bagian dada dan pantatnya, sehingga enak untuk diremas remas. Jihan tubuhnya langsing seperti tubuh tubuh artis Korea, wajahnya kecil dan tampak lembut, sehingga membuat pria merasakan dorongan untuk melindungi wanita seperti dirinya. Namun tetap saja, jika untuk masalah berhubungan badan, jenis tubuh Nilam lebih memuaskan, Keenan saja sampai ketagihan dan tak bisa berhenti, apalagi semenjak Nilam melakukan perawatan dan rajin memakai skincare, sehingga wa
Keenan berteriak memanggil istrinya, satu kali, dua kali, tapi tak ada jawaban."Nilam! Sini! Nilam!"Barulah di panggilan ketiga, Keenan mendegar sahutan dari isterinya tersebut."Ada apa, Mas?"Dia terdengar bertanya di luar pintu kamar mandi, membuat pusaka milik Keenan mengacung semakin kencang hanya karena mendengar suaranya."Masuk!"Dia memberi perintah tegas. "Ada apa?"Nilam membuka pintu kamar mandi dan masuk ke tempat Keenan berada dengan tatapan penasaran, sementara itu Keenan yang sedang berdiri tanpa busana di bawah shower yang sedang menyala, segera menarik tubuh Nilam mendekat sehingga tubuh wanita itu pun basah karena percikan air shower."Tolong aku, aku kesakitan," ucap Keenan dengan wajah memelas."Hah? Sungguh? Mana, Mas? Bagian mana yang sakit, apakah kamu tanpa sengaja tertabrak sesuatu pas sedang mandi?"Nilam bertanya dengan panik, sementara itu Keenan dengan sengaja tak menjawab, malah meraih tangan Nilam, dan menggenggamkannya di pusaka miliknya yang teracun
Beberapa menit berlalu.Nilam masih terus memejamkan mata dan melanjutkan aktivitas yang diperintahkan oleh suaminya tersebut dengan duduk bertumpu lutut.Bajunya basah kuyup karena tadi tersiram air shower, membuat penampilannya terlihat seksi dan menggoda karena kain tipis yang dikenakannya menempel di tubuh.Kegiatan mengulum dan menghisap tersebut berjalan beberapa lama, pusaka Keenan sangat besar sampai rasanya saat benda itu masuk ke mulut Nilam, rasanya hampir mencapai pangkal tenggorokan."Lagi, Nilam. Bagus. Lakukan terus. Sebentar lagi ...."Keenan lagi-lagi mendesah, tangannya meremas-remas rambut Nilam, memaju mundurkan pinggulnya sehingga benda miliknya tersebut keluar masuk di mulut Nilam sambil merasakan kenikmatan yang tiada duanya. Keenan sangat menikmati kegiatan ini, sampai tak sadar bahwa sedari tadi, Nilam terus menatap wajahnya dan memerhatikan semua ekspresi suaminya tersebut.Nilam mengulum benda milik Keenan tersebut sambil mengamati ekspresi wajah sang suami
Keenan langsung mengerem mendadak saat mendengar apa yang dikatakan Nilam dengan tiba-tiba, memandang tajam ke arah wanita itu. "Kamu ini bicara apa, Lam?"Nilam yang biasanya patuh dan tak pernah membantah Keenan, kini balas memandang suaminya dengan tatapan teguh. "Aku serius, Mas. Kamu boleh dengan Jihan, kalo nggak cukup hanya dengan aku," tegas Nilam, penuh tekad. Keenan mengusap kasar wajahnya dan memandang gusar kepada Nilam, yang tetap duduk tegak di kursinya. "Nilam, jangan membuat aku tertawa dan kelihatan sangat rendahan. Apa kamu ngomong kayak gini karena kita mau ketemu ibu? Supaya ibu menaruh simpati padamu dan lagi-lagi marahin aku?" sindir Keenan, tajam. Mendengar itu, seketika ekspresi teguh di wajah Nilam langsung goyah, dia dengan tergagap-gagap segera menjelaskan maksudnya. "Mas, bukan gitu maksud aku. Tapi.... ""Stop. Kita nggak usah bicarakan hal ini lagi. Kamu pasti tau apa alasan ibu tiba-tiba nyuruh kita ke rumah kan?" potong Keenan dengan alis bertaut
"Sudah, pergi sana," ucap Nilam pada Keenan yang belum juga menjalankan mobilnya padahal Nilam kini sudah berdiri di pinggir jalan dengan aman."Sampai bertemu di rumah, Lam. Hati-hati," pesannya.Nilam menganggukkan kepala seraya membuka payung besar pemberian suaminya tersebut dan berdiri di pinggir jalan menunggu taksi lewat, sementara mobil mewah milik Keenan mulai berjalan menjauh.Nilam memandang mobil hitam yang dikendarai oleh Keenan tersebut sambil mulai berjalan pelan, menunggu taksi yang membawa dirinya pulang. Setelah berjalan beberapa saat, Nilam membuka tas untuk mengambil ponsel, berencana memesan ojek online dan menekan tombol pencarian untuk menemukan ojek yang tepat, saat tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di samping tempat Nilam yang sedang berdiri dan sibuk dengan ponselnya. Gerakan tangan Nilam spontan terhenti di atas layar karena menatap sosok yang baru keluar dari mobil tersebut.Seseorang yang keluar dari dalam mobil dengan memakai kemeja putih tersebut t
Sampai akhir, Keenan tetap tidak menyebutkan alasan kenapa dia kembali menjemput Nilam alih-alih mendatangi Jihan di rumah sakit.Dia hanya terus berkata jangan pergi dengan laki-laki lain, padahal yang hendak menemui wanita lain secara terang-terangan di depan pasangan sah nya siapa? Lama-lama Nilam merasa pernikahan mereka ini seperti panggung sandiwara saja. "Sekarang, aku ingin mengantar dirimu pulang tapi juga harus segera ke rumah sakit untuk menjenguk Jihan. Mengantarkan dirimu lebih dulu, itu akan menghabiskan waktu karena rumah kita berada di arah berlawanan."Keenan tiba-tiba mengatakan hal itu tanpa diminta.Dia tampak berada di persimpangan antara memastikan Nilam pulang ke rumah dengan selamat tapi juga harus menemui Jihan yang kabarnya masuk rumah sakit."Gimana kalau kamu langsung saja ke rumah sakit, Mas?" usul Nilam dengan tenang. Meski sadar ini seperti panggung sandiwara, Nilam masih tak menyerah untuk bersandiwara, itu karena ketakutannya yang sangat besar dice