SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Tolong Nak, kali ini saja turuti permintaan nenek. Sejak jatuh dari kamar mandi, dia tak lagi bisa bergerak."Maya menatap Kedua mertuanya, lalu beralih pada Fandy yang diam tak bersuara. Perlahan Maya memejamkan mata, kemudian menarik napas panjang."Kalau nenek jatuh dan lumpuh, apa hubungannya dengan Hera Ma? Kenapa mas Fandy harus menikahinya?"Sekali lagi Maya bertanya dengan nada getir. Dia tak tau lagi kenapa pernikahannya selalu berurusan dengan pelakor."Hera telah banyak membantu kami. Waktu Fandy lumpuh dia yang membantu suamimu, sekarang nenek yang kena stroke lagi-lagi dengan ikhlas Hera merawat nenek juga."Maya tertawa getir saat mendengar kata ikhlas, kalau benar wanita itu ikhlas tak akan ada permintaan untuk menikahinya."Maya minta maaf kalau menjadi orang yang egois. Maya hanya tak ingin berbagi suami, kecuali mas Fandy memutuskan untuk berpoligami, maka tak ada alasan untuk menolaknya."Maya mel
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA.Kembali Maya melangkah pergi, tanpa memperdulikan Fandy. Dia segera merebahkan diri untuk istirahat karena perutnya terasa mual."Tak apa sayang, mama baik-baik saja. Tenanglah jangan takut mama masih di sini."Maya mengelus perutnya. Sembari mencium aroma minyak kayu putih, untuk meredakan rasa mualnya. Maya membuka mata saat merasakan pinjatan di keningnya, ternyata Fandy sudah duduk di samping kepalanya."Apa perlu kita pergi kerumah sakit Yank?"Maya kembali memejamkan mata, tanpa memperdulikan suaminya. Namun tak lama dia berlari menuju ke kamar mandi, karena mual itu sudah tak tertahankan lagi, hingga membuatnya muntah-muntah."Aku baik-baik saja. Tolong menjauhlah, aroma tubuhmu membuatku semakin mual."Fandy mencium aroma tubuhnya, walau belum mandi tapi dia yakin kalau bau tubuhnya tak separah itu. Melihat sang istri teduduk lemas, membuatnya menjauhkan diri segera."Apa kau butuh sesuatu Yank?"Fandy bertan
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA.Bapak Maya meninggalkan Fandy, lalu kembali duduk bersama istrinya. Hera mencoba menolong Fandy tapi pria itu menepis tangannya, sang mama tak bisa bicara apa-apa karena merasa bersalah."An, dimana istriku? Katakan, apa dia baik-baik saja."Plak ....Setelah menerima tamparan bapak mertuanya. Kini dia menerima tamparan lagi, dari dokter sekaligus teman istrinya."Bagaimana bisa kau tak tau istrimu jatuh di rumah? Dia berjuang sendirian ke rumah sakit, demi menyelamatkan anak kalian. Astaga Fandy, kau bahkan tak mengangkat saat aku hubungi."Anita menarik napas panjang, dia sedikit menyesal karena tak bisa mengontrol emosinya. Apalagi saat melihat wajah suami sahabatnya."Apa karena terlalu bahagia akan menikah lagi? Hingga kau tak lagi memperdulikan istrimu.""Menikah lagi? Siapa yang akan menikah lagi, kau Fandy?"Ibu Maya menatap menantunya. Maya memang belum menceritakan tentang rencana pernikahan Fandy, hingga d
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Tolong Nak, kali ini saja turuti permintaan nenek. Sejak jatuh dari kamar mandi, dia tak lagi bisa bergerak."Maya menatap Kedua mertuanya, lalu beralih pada Fandy yang diam tak bersuara. Perlahan Maya memejamkan mata, kemudian menarik napas panjang."Kalau nenek jatuh dan lumpuh, apa hubungannya dengan Hera Pa, Ma? Kenapa mas Fandy harus menikahinya?"Sekali lagi Maya bertanya dengan nada getir. Dia tak tau lagi kenapa pernikahannya selalu berurusan dengan pelakor."Hera telah banyak membantu kami. Waktu Fandy lumpuh dia yang membantu suamimu, sekarang nenek yang kena stroke lagi-lagi dengan ikhlas Hera merawat nenek juga."Maya tertawa getir saat mendengar kata ikhlas, kalau benar wanita itu ikhlas tak akan ada permintaan untuk menikahinya."Maya minta maaf kalau menjadi orang yang egois. Maya hanya tak ingin berbagi suami, kecuali mas Fandy memutuskan untuk berpoligami, maka tak ada alasan untuk menolaknya."Maya
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA.Maya melangkah pergi setelah menabrak bahu suaminya. Suami yang mengajaknya berjuang, nyatanya dia menerima permintaan sang nenek."Tak perlu bicara Mas, aku tak perduli pada apapun lagi. Jika kau tak mau bercerai, maka aku ambil resiko untuk kau gantung tanpa status resmi. Bagiku menjadi janda atau bersuami sama saja. Tak ada bedanya, jadi lakukan saja apa yang kau mau." Kembali Maya melangkah pergi, tanpa memperdulikan Fandy. Dia segera merebahkan diri untuk istirahat karena perutnya terasa mual."Tak apa sayang, mama baik-baik saja. Tenanglah jangan takut mama masih di sini."Maya mengelus perutnya. Sembari mencium aroma minyak kayu putih, untuk meredakan rasa mualnya. Maya membuka mata saat merasakan pinjatan di keningnya, ternyata Fandy sudah duduk di samping kepalanya."Apa perlu kita pergi kerumah sakit Yank?"Maya kembali memejamkan mata, tanpa memperdulikan suaminya. Namun tak lama dia berlari menuju ke kama
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA.Pertanyaan demi pertanyaan mereka lontarkan tapi tak ada jawaban. Hingga orang yang mereka cari muncul seperti orang gila. Fandy datang bersama Hera dan mamanya."Apa yang terjadi pada Maya Pak? Kenapa tiba-tiba dia berada di rumah sakit? Sedangkan tadi dia dirumah, saat kami berada di halaman belakang."Plak ...plak ....Fandy tersungkur saat bapak Maya menamparnya. Pria itu murka setelah menebak apa yang terjadi pada anak dan menantunya."Kau pasti sibuk bersama wanita ini hingga mengabaikan istrimu. Baiklah, sudah cukup aku membelamu Fandy, mulai sekarang aku akan menuruti permintaan Maya, meskipun permintaannya untuk berpisah denganmu."Bapak Maya meninggalkan Fandy, lalu kembali duduk bersama istrinya. Hera mencoba menolong Fandy tapi pria itu menepis tangannya, sang mama tak bisa bicara apa-apa karena merasa bersalah."An, dimana istriku? Katakan, apa dia baik-baik saja."Plak ....Setelah menerima tamparan bap
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA.Kini enam bulan sudah sejak kejadian yang menimpa Maya. Wanita itu benar-benar meninggalkan suaminya, meski statusnya masih istri Fandy, Maya yang keras kepala masih bertahan dengan egonya."Apa kau yakin tak mau kembali dengan suamimu lagi Nak? Ingat Baihaqi dan Shanum, masih membutuhkan papanya. Bapak dengar Fandy membatalkan niatnya menuruti permintaan neneknya."Maya diam tak menjawab pertanyaan bapaknya. Matanya terus mengawasi Fandy yang bermain dengan Shanum, tentu dengan mengendong Baihaqi. Wanita itu memalingkan muka setiap kali Fandy menatap kearahnya."Jadi atau tak jadi, pada kenyataannya dia berniat untuk menerima wanita itu untuk menjadi istri keduanya. Apalagi sakit hati ini begitu perih pak, bila ingat saat aku butuh pertolongan, dia justru bercengrama dengan wanita itu."Maya menyeka airmatanya, bila mengingat betapa sakit hati dan tubuhnya saat itu. Saat sang suami bersama wanita lain, sedangkan dia
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Sekali lagi saya minta maaf Pak, Bu. Seandainya saya bicara pada Maya soal rencana itu, mungkin kami tak akan menjadi seperti ini. Saya titip anak-anak dan Maya, setelah ini saya tak akan datang lagi."Kedua orangtua Maya terkejut mendengar ucapan menantunya. Pada akhirnya pria itu menyerah untuk meluluhkan hati sang istri, mereka menganggukkan kepala karena tak bisa berbuat apa-apa lagi."Semoga kau bahagia dia luar sana Fan. Soal anak-anak jangan mencemaskan mereka, selagi kami hidup dan sehat kami akan membahagiakan mereka."Kali ini Fandy mengangguk, lalu beranjak pergi setelah mencium tangan bapak dan ibu Maya. Menarik napas agar sedikit meredakan sesak di dadanya, ketika melihat jendela kamar Maya masih tertutup rapat. Wanita itu bahkan tak ingin melihat kepergiannya."Selamat tinggal yank. Biarkan aku pergi untuk menghukum diriku, karena telah menyakiti hatimu."Fandy melajukan mobilnya meninggalkan rumah May