Kicauan burung dan dinginnya pagi menyapa hari liburku yang seharusnya bobok dengan nyaman dan tenang di atas tempat tidur yang hangat, bukan di dalam tenda seperti ini.
Sepertinya sudah lama aku tidak bisa menikmati waktu liburku dengan tenang, buktinya sekarang atas dasar paksaan aku berada bersama karyawan kantor di pucak untuk acara gathering. Sungguh hal yang membosankan!
"Na, mau kopi atau susu aja?" tanya Ulin.
"Kopi aja, thanks Lin," sahutku sambil keluar dari tenda dan meregangkan badan yang terasa pegal-pegal.
"Selamat pagi Sienna," sapa suara bariton yang serak-serak seksi, duh apaan sih. Sepertinya udara dingin membuat otakku sedikit membeku.
"Selamat pagi Pak Egar," jawabku tak berani menatap kearah bosku.
"Bagaimana tidurnya? Nyenyak?" tanyanya lagi, sesi pendekatan berlanjut bung!
"Mau jawaban jujur apa nggak nih?"
"Hemm, dua-duanya boleh."
"Nggak nyenyak, dingin, banyak nyamuk," jawabku sok cool.
"Nggak mimpiin saya kan?"
Dih, ngegoda saya hahaha. Bisik batinku tertawa lebar. "Sepertinya belum sarapan meningkatkan kadar kepedean Bapak ya?"
Stay cool Sienna, jangan malu-maluin! Bisik setan dalam tubuhku.
"Sienna? Mau mie kuah? Sepertinya cocok dengan udara dingin?" tawar Shaka yang tiba-tiba sudah berdiri di sampingku.
"Hemm..." Aku menengok kanan kiri mencari keberadaan pawangnya, sepertinya sendiri. "Boleh deh, plus telur ya.." lanjutku sambil nyengir.
"Cuma Sienna yang kamu tawarin Ka?" seloroh Pak Egar.
"Eh iya, Bapak mau juga?" jawab Shaka sambil menggaruk kepalanya yang ku yakin tidak gatal.
"Boleh, terimakasih Shaka. Baik deh." Pak Egar tertawa dan mengerling ke arah Shaka yang membuatku bergidik ngeri.
"Sebentar ya," pamit Pak Egar sambil menunjukkan ponselnya yang berdering.
Aku hanya mengangguk dan kembali fokus kepada Shaka. Ya Allah kenapa suami orang tambah ganteng aja sih.
"Ester mana Ka?" tanyaku sambil mengekor Shaka.
"Mandi katanya," jawabnya sambil sibuk dengan bungkusan mie di depannya.
"Jualan Bang?" godaku yang ditanggapi tawa renyah sebelum pagiku yang cerah berubah mendung karena si pawang Shaka memanggilnya.
"Nih udah, sarapan dulu gih," suruh Shaka sambil merangkul pinggang mungil Ester.
"Barengan kamu aja Yang," jawabnya manja. Huekkk.
"Belum selesai Yang, bentar ya. Eh Na, tadi pakek telur kan?"
"Heem, baunya enak banget Ka."
"Buatin Sienna juga?" tanya Ester yang terdengar seperti istri posesif.
"Bukan, nggak kok, tuh di suruh Pak Egar," jawabku cepat sambil menunjuk Pak Egar yang sedang sibuk dengan ponselnya.
"Ohh, mau aku bantuin Yang?" tanya Ester lagi yang kali ini menggeser posisiku yang berada di depan meja kecil tempat Shaka menaruh mangkok mie.
"Boleh dong Yang," jawab Shaka sambil tersenyum manis, tidak lupa plus kecupan mesra di pelipis Ester. Duh kok panas ya?
"Sienna, temani saya sebentar bisa?" Suara Pak Egar terdengar sejuk sekali, sungguh Allah maha baik mengirimkan makhluknya disaat hambanya hampir pingsan kebosanan melihat kemesraan pengantin baru ini.
"Boleh Pak, boleh banget. Yuk," sahutku cepat sambil menarik tangannya.
"Bentar ya Ka, oh iya. Terimakasih mie kuahnya," pamit Pak Egar sambil tertawa geli, entah apa yang terlihat lucu dimatanya.
"Bapak mau ajak saya kemana?" tanyaku saat kami sudah berjalan menuju villa yang disediakan oleh kantor tapi dengan konyol si Bos satu ini mengusulkan untuk tidur di tenda.
"Jemput temen, salah satu investor juga."
Aku hanya ber-oh ria sambil terus mengikutinya, eh tunggu deh. Ini kok tangan kita gandengan?
"Halo braderrr....long time no see, eh sama Alif juga? Gimana kabarnya Lif? Sehat?"
Eh eh eh, tungu deh. Ini kenapa jadi ada Mas Alif disini?
"Halo adik Mas yang paling cantik?" sapa Mas Alif dengan wajah yang errrr menggoda?
"Kok bisa Mas Alif kesini?" tanyaku penuh tanya, menghiraukan Bosku yang ganteng dan teman Mas Alif.
"Ya bisa dong, demi orang yang lagi dimabuk cinta," ucapnya lagi dan jangan lupa kedua alisnya yang naik turun.
"Haa?" tanyaku masih belum mengerti maksud kedatangan Mas Alif.
"Ini Dek, Mas mau jadi saksi lamaran seseorang," jelas Mas Alif dengan senyum super lebar.
"Ohhh..." jawabku sambil manggut-manggut mengerti.
"Yuk ah masuk, lanjut ngobrol di dalam," ajak Pak Egar yang langsung disejutui oleh Mas Alif dan temannya.
Enak kali ya di lamar di puncak, di bawah langit yang penuh bintang, ada lilin-lilin kecil terus ditambah banyak bunga, aaaa romantis banget. Coba aja aku yang dilamar. Batinku merasa iri.
°°°
Hari yang mulai terik membuat teman-teman kantorku mempercepat berkemas dan mulai memasuki mini bis kantor yang akan mengantar mereka kembali ke rumah masing-masing.
Sementara aku? Mas Alif dengan sesuka hati memintaku untuk tetap tinggal dan pulang bersama. Pulang bersama ya! Pulang ke Semarang. Gila kan?
Dan anehnya, Pak Egar mengiyakan begitu saja karyawannya ijin dadakan seperti ini.
Jangan lupakan teman Mas Alif yang satu itu. Ganteng juga, eh! Maksudnya sok cool kaya kulkas dua pintu. Gimana ya mendeskripsikannya?
Orangnya pendiam, nggak juga sih sepertinya. Manis, suara bassnya bikin hati deg deg an. Bahu dan dada bidangnya bikin mupeng pengen nyender. Udah gitu tatapannya yang sering aku mengarah kepadaku. Ini aku nggak kepedean ya, sumpah. Berulang kali aku memergokinya.
"Na, panas nih. Nggak pengen bikinin es gitu?" tanya Mas Alif membuyarkan kesibukanku mengamati temannya yang suamiable. Astaga Sienna! Sadar woi! Aku cepat-cepat menepuk kedua pipiku, apa aku sudah gila mengagumi laki-laki lain di depan calon suamiku?
"Oke aku bikinin, mau esnya banyak? Siap. Es segera datang," jawabku cepat dan langsung lari kedapur. Gila gila! Sienna gila! Es batu mana nih? Butuh es batu biar otak adem.
"Kayanya nggak bertepuk sebelah tangan deh Zam?"
"Pesonanya memang tiada dua. Untung hati gue udah taken bro. Kalo nggak jangan ditanya deh. Hahaha."
"Jadi besok nih?"
"Jadi, udah mantep gue."
Ngomongin apa sih mereka? Pasti cewek. Duh biarpun ngeselin ternyata bos galak aku setia juga hihihi, buktinya ngakuin tuh hatinya udah taken. Memang sih pesona Sienna nggak bisa diragukan lagi hahaha. Aku cekikian sendiri memikirkan si bos Egar? Astaga. Benar-benar nih, asli udah nggak waras.
===
Cerita ini dilindungi oleh Allah.
Bacaan yang paling utama adalah Al Qur'an. Sudahkan kamu membacanya hari ini?
Bumi Allah, 2021
Sebulan berlalu setelah acara lamaran. Catat ya bestie, la-ma-ran! Si Bos Egar ngelamar aku, dududu senangnya...Jadi gini ceritanya, sepulangnya dari puncak. Aku, Mas Alif, Bos Egar yang sekarang jadi tunangan aku dan Mas Azzam, temannya Masku yang paling ganteng itu ikut ke Semarang. Awalnya sih bilang ada kepentingan, jadi ya aku nggak mau tau.Dan sesampainya di rumah, Bunda dan Ayah menyambut kami dengan sangat antusias. Entahlah, seperti ada yang mereka sembunyikan. Ternyata oh ternyata, anak gadisnya mau dilamar. Makanya seneng banget tuh.Saat acara mau mulai tiba-tiba ponsel Mas Azzam berbunyi, panggilan darurat dari rumah sakit yang mengharuskan dia cepat-cepat kembali karena salah satu pasiennya harus di operasi. Kami melanjutkan acara tanpa Mas Azzam yang ternyata dia adalah saudara Pak Bos Egar, dunia memang sempit!"Jadi kedatangan saya kesini yang pertama tentu saja bersilaturahmi ingin mengenal Ayah dan Bunda Sienna
Hari Senin yang biasanya menjadi hari paling menyebalkan sekarang menjadi hari yang aku tunggu-tunggu setelah weekend yang membosankan. Bagaimana tidak, katanya pacaran, katanya sudah tunangan, tapi ngapel tiap hari Minggu saja nggak pernah! Dasar bos menyebalkan.Mau nyamperin duluan? Gengsi dong! Mau chat duluan? Memangnya aku cewek apaan? Astaga dirimu ini memang ruwet ya Sienna! Kangen tapi gengsi. Ya mau gimana lagi saat gengsi dan Sienna sudah bersatu? Hahaha.Saat menunggu ojek online ponselku berdering. "Halo, assalamualaikum Umi," sapaku setelah menggeser tombol hijau pada layar benda pipih kesayangagku ini."Selamat pagi Sienna." Aku menatap malas pada motor yang berhenti di depanku. Mantan tukang ojek kesayangan bersama istri tercintanya. Siapa lagi kalau bukan Shaka dan Ester yang sok mesra."Hmm," jawabku sekenanya dan kembali fokus dengan Arumi d
Ya Tuhan perasaan apa ini?Sangat nyaman, merasa aman. Itulah yang aku rasakan. Apakah aku terlalu dini jika menyebut ini cinta? Udah deh Sienna, belaga sok mikir. Telat tau, inget deh udah mau nikah! Ckckck."Dokter? Bagaimana anak saya?" Panggilan Arumi membuat Pak Egar sontak melepaskan pelukannya, cie malu haha."Ehm, em. Adakah keluarga pasien yang bergolongan darah A negatif? Yasmin kehilangan banyak darah dan kebetulan stok darah di rumah sakit sedang kosong."Aku melirik Arumi. "Golongan darah saya B, Dok," jawab Arumi sambil kembali menangis sesenggukan. "Na, please," imbuh Arumi memohon padaku."Golongan darah aku B juga Arumi." Aku langsung bergegas memeluk tubuh sahabatku itu. Ya Tuhan berikah kami pertolongan."Ambil darah saya Zam, eh Dok. Ambil darah saya saja Dokter, golongan darah saya A negatif."Mendenga
Hari berganti dan seperti biasa, pagi adalah waktu yang paling ku tunggu. Apalagi kalau bukan karena akan bertemu dengan calon suami di kantor. Enak juga pacaran sama bos sendiri, bisa ketemu tiap hari hahaha."Selamat pagi Yasmin," sapaku saat melihat Yasmin bermain sendiri di depan ruangan Pak Egar.Arumi memang memutuskan untuk membawa Yasmin bekerja agar bisa menjaganya. Butuh tenaga ekstra untuk membantunya karena aku harus bernegosiasi alot dengan bos super nyebelin yang kebetulan adalah tunanganku sendiri. Entah apa alasan bos tengil itu hingga akhirnya mengijinkan Arumi membawa Yasmin ke kantor, aku sih bodo amat yang penting misi membantu Arumi selesai."Pagi Tante Ina, tante cantik deh hari ini," sahut gadis kecil itu dengan senyum yang sangat manis sambil bermain boneka Barbie, pemberian Pak Egar."Aduh terimakasih Yasmin, Tante jadi malu deh. Eh tau nggak, Yasmin juga cantik benget loh hari ini." Aku pun juga memuji Yasmin
Dia, adalah apa yang tak pernah kuduga sebelumnya.Dia, adalah apa yang tak pernah ku sebut dalam doa dikala malam saat kuterjaga.Dia, adalah cerita yang ingin ku bawa hingga surga.Dia, yang kata mereka selalu menyapa lewat doa - doa.Dia, yang kata mereka adalah obat kala ku terluka.Dia, yang kata mereka selalu sabar saat ku abaikan keberadaannya.Mungkin dia yang akan selalu menjadi hal terakhir yang kucari saat ku sendiri.Mungkin hanya dia yang rela menjadi sandaran saat ku merasa sepi.Andai Tuhan berbaik hati memberi kesempatan untuk Dia ku miliki,Akan kunamai dia.. Anugerah Terindah yang pernah Tuhan beri.Sienna Az-zahra==="Tak apa jika senja menenggelamkan jingganya, asal besok fajar datang dengan k
"Hayo lagi ngapain!? Kesambet baru tau rasa loh." "Ngagetin aja sih kamu Ka," ucapku sambil mengusap dadaku pelan karena kaget. "Habisnya dari tadi dipanggilin nggak denger, eh asik ngelamun ternyata," sungutnya sambil duduk di sebelahku. Sekarang kami sedangkan berada di lobby kantor. Dia adalah Arshaka Oktavinus, kepala redaksi di tempatku bekerja. Sebelum aku bercerita lebih jauh, aku akan memperkenalkan diriku terlebih dahulu, oke?Namaku Sienna Az-Zahra, entahlah apa artinya aku tidak pernah menanyakannya kepada kedua orang tuaku yang telah memberikanku nama. Aku bekerja di sebuah kantor penerbitan di Jogja, Aksara Media Group. Sudah empat tahun lebih aku berkerja disini sebagai editor. Ya berkat Arshaka juga karena telah merekomendasikannya setelah aku memutuskan untuk merantau menyusulnya. Aku mengenal Shaka dari aku masih di dalam kandungan Bundaku. Dia adala
Satu minggu berlalu setelah kejadian Shaka memberitahuku tentang rencana pernikahannya dengan Ester. Dan satu minggu pula aku berhasil menghindari Shaka. Tapi sepertinya hari ini aku tidak lagi bisa menghindar. Terbukti sekarang Shaka sedang duduk di sampingku, menungguku merapikan meja kerjaku untuk bersiap pulang. Kalau boleh jujur aku ingin menangis keras saat Shaka sedari tadi terus memohon untuk menemaninya mencari seserahan untuk Ester. Tidakkah Shaka peka jika aku patah hati melihatnya seperti ini?"Ayolah Na, please...!" Mohon Shaka dengan wajah memelas. Dan aku benci itu karena aku selalu tidak tega melihatnya. Dengan setengah terpaksa akhirnya aku mengangguk."Yes! Yaudah yuk berangkat sekarang, kamu nggak usah mandi deh langsung aja ya, keburu malam," ucap Shaka yang sudah kembali bersemangat.Setibanya di pusat perbelanjaan, aku ditarik oleh Shaka kesana kemari untuk m
"Tidak semua wanita yang patah hati mengerti bagaimana cara merawat lukanya sendiri, karena itulah ia membutuhkan seseorang untuk sekedar membagi apa yang ia rasa."°°°Weekend adalah me time yang paling ku tunggu-tunggu tapi kenapa Allah maha baik malah mengirimkan pengganggu ke tempat kostku?"Dek, temen Mas mau mampir kesini dulu, numpang istirahat katanya.""Hmm..""Beliin Mas sarapan gih Dek, laper nih.""Hmm..""Sienna Az-Zahra."Aku yang sayup-sayup mendengar nama lengkapku disebut oleh Mas Alif reflesk terbangun dari tempat tidurku, karena bisa dipastikan saat aku tidak menurut pasti akan ada ceramah sampai magrib."Ya Mas, nasi pecel aja ya?" tawarku dengan muka bantal dan nyawa yang masih
Hari berganti dan seperti biasa, pagi adalah waktu yang paling ku tunggu. Apalagi kalau bukan karena akan bertemu dengan calon suami di kantor. Enak juga pacaran sama bos sendiri, bisa ketemu tiap hari hahaha."Selamat pagi Yasmin," sapaku saat melihat Yasmin bermain sendiri di depan ruangan Pak Egar.Arumi memang memutuskan untuk membawa Yasmin bekerja agar bisa menjaganya. Butuh tenaga ekstra untuk membantunya karena aku harus bernegosiasi alot dengan bos super nyebelin yang kebetulan adalah tunanganku sendiri. Entah apa alasan bos tengil itu hingga akhirnya mengijinkan Arumi membawa Yasmin ke kantor, aku sih bodo amat yang penting misi membantu Arumi selesai."Pagi Tante Ina, tante cantik deh hari ini," sahut gadis kecil itu dengan senyum yang sangat manis sambil bermain boneka Barbie, pemberian Pak Egar."Aduh terimakasih Yasmin, Tante jadi malu deh. Eh tau nggak, Yasmin juga cantik benget loh hari ini." Aku pun juga memuji Yasmin
Ya Tuhan perasaan apa ini?Sangat nyaman, merasa aman. Itulah yang aku rasakan. Apakah aku terlalu dini jika menyebut ini cinta? Udah deh Sienna, belaga sok mikir. Telat tau, inget deh udah mau nikah! Ckckck."Dokter? Bagaimana anak saya?" Panggilan Arumi membuat Pak Egar sontak melepaskan pelukannya, cie malu haha."Ehm, em. Adakah keluarga pasien yang bergolongan darah A negatif? Yasmin kehilangan banyak darah dan kebetulan stok darah di rumah sakit sedang kosong."Aku melirik Arumi. "Golongan darah saya B, Dok," jawab Arumi sambil kembali menangis sesenggukan. "Na, please," imbuh Arumi memohon padaku."Golongan darah aku B juga Arumi." Aku langsung bergegas memeluk tubuh sahabatku itu. Ya Tuhan berikah kami pertolongan."Ambil darah saya Zam, eh Dok. Ambil darah saya saja Dokter, golongan darah saya A negatif."Mendenga
Hari Senin yang biasanya menjadi hari paling menyebalkan sekarang menjadi hari yang aku tunggu-tunggu setelah weekend yang membosankan. Bagaimana tidak, katanya pacaran, katanya sudah tunangan, tapi ngapel tiap hari Minggu saja nggak pernah! Dasar bos menyebalkan.Mau nyamperin duluan? Gengsi dong! Mau chat duluan? Memangnya aku cewek apaan? Astaga dirimu ini memang ruwet ya Sienna! Kangen tapi gengsi. Ya mau gimana lagi saat gengsi dan Sienna sudah bersatu? Hahaha.Saat menunggu ojek online ponselku berdering. "Halo, assalamualaikum Umi," sapaku setelah menggeser tombol hijau pada layar benda pipih kesayangagku ini."Selamat pagi Sienna." Aku menatap malas pada motor yang berhenti di depanku. Mantan tukang ojek kesayangan bersama istri tercintanya. Siapa lagi kalau bukan Shaka dan Ester yang sok mesra."Hmm," jawabku sekenanya dan kembali fokus dengan Arumi d
Sebulan berlalu setelah acara lamaran. Catat ya bestie, la-ma-ran! Si Bos Egar ngelamar aku, dududu senangnya...Jadi gini ceritanya, sepulangnya dari puncak. Aku, Mas Alif, Bos Egar yang sekarang jadi tunangan aku dan Mas Azzam, temannya Masku yang paling ganteng itu ikut ke Semarang. Awalnya sih bilang ada kepentingan, jadi ya aku nggak mau tau.Dan sesampainya di rumah, Bunda dan Ayah menyambut kami dengan sangat antusias. Entahlah, seperti ada yang mereka sembunyikan. Ternyata oh ternyata, anak gadisnya mau dilamar. Makanya seneng banget tuh.Saat acara mau mulai tiba-tiba ponsel Mas Azzam berbunyi, panggilan darurat dari rumah sakit yang mengharuskan dia cepat-cepat kembali karena salah satu pasiennya harus di operasi. Kami melanjutkan acara tanpa Mas Azzam yang ternyata dia adalah saudara Pak Bos Egar, dunia memang sempit!"Jadi kedatangan saya kesini yang pertama tentu saja bersilaturahmi ingin mengenal Ayah dan Bunda Sienna
Kicauan burung dan dinginnya pagi menyapa hari liburku yang seharusnya bobok dengan nyaman dan tenang di atas tempat tidur yang hangat, bukan di dalam tenda seperti ini. Sepertinya sudah lama aku tidak bisa menikmati waktu liburku dengan tenang, buktinya sekarang atas dasar paksaan aku berada bersama karyawan kantor di pucak untuk acara gathering. Sungguh hal yang membosankan! "Na, mau kopi atau susu aja?" tanya Ulin. "Kopi aja, thanks Lin," sahutku sambil keluar dari tenda dan meregangkan badan yang terasa pegal-pegal. "Selamat pagi Sienna," sapa suara bariton yang serak-serak seksi, duh apaan sih. Sepertinya udara dingin membuat otakku sedikit membeku. "Selamat pagi Pak Egar," jawabku tak berani menatap kearah bosku. "Bagaimana tidurnya? Nyenyak?" tanyanya lagi, sesi pendekatan berlanjut bung! "Mau jawaban jujur apa nggak nih?" "Hemm, dua-duanya boleh." "Nggak nyenyak, dingin, banyak nyamuk," ja
Kepada Yth.Calon ibu dari anak-anak sayaDi tempat Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.Sebelumnya saya mohon maaf jika saya sudah sangat lancang mengirim surat seperti ini. Tapi tolong bacalah surat dari saya sampai akhir, baru kamu boleh memutuskan akan membuangnya atau membakarnya. Tapi lagi-lagi saya berharap kamu menyimpannya. Tanpa mengurangi rasa hormat, saya sudah jatuh hati padamu saat pertama kali melihatmu. Dan saya sangat yakin untuk menjadikanmu masa depanku, menjadi istriku, ibu dari anak-anakku dan menantu untuk orang tuaku. Oleh karena itu, maksud dari saya mengirim surat ini adalah ingin mengenalmu lebih jauh lagi sesuai dengan syariat islam. Saya tau saya bukanlah laki-laki yang sempurna, tapi saya ingin belajar bersamamu untuk membangun rumah tangga yang di ridhoi oleh Allah, yang sakinah mawadah dan warahmah.Saya akui, saya belum mempunyai tempat tinggal tetap karena masih mengontrak, tapi saya me
"Tidak semua wanita yang patah hati mengerti bagaimana cara merawat lukanya sendiri, karena itulah ia membutuhkan seseorang untuk sekedar membagi apa yang ia rasa."°°°Weekend adalah me time yang paling ku tunggu-tunggu tapi kenapa Allah maha baik malah mengirimkan pengganggu ke tempat kostku?"Dek, temen Mas mau mampir kesini dulu, numpang istirahat katanya.""Hmm..""Beliin Mas sarapan gih Dek, laper nih.""Hmm..""Sienna Az-Zahra."Aku yang sayup-sayup mendengar nama lengkapku disebut oleh Mas Alif reflesk terbangun dari tempat tidurku, karena bisa dipastikan saat aku tidak menurut pasti akan ada ceramah sampai magrib."Ya Mas, nasi pecel aja ya?" tawarku dengan muka bantal dan nyawa yang masih
Satu minggu berlalu setelah kejadian Shaka memberitahuku tentang rencana pernikahannya dengan Ester. Dan satu minggu pula aku berhasil menghindari Shaka. Tapi sepertinya hari ini aku tidak lagi bisa menghindar. Terbukti sekarang Shaka sedang duduk di sampingku, menungguku merapikan meja kerjaku untuk bersiap pulang. Kalau boleh jujur aku ingin menangis keras saat Shaka sedari tadi terus memohon untuk menemaninya mencari seserahan untuk Ester. Tidakkah Shaka peka jika aku patah hati melihatnya seperti ini?"Ayolah Na, please...!" Mohon Shaka dengan wajah memelas. Dan aku benci itu karena aku selalu tidak tega melihatnya. Dengan setengah terpaksa akhirnya aku mengangguk."Yes! Yaudah yuk berangkat sekarang, kamu nggak usah mandi deh langsung aja ya, keburu malam," ucap Shaka yang sudah kembali bersemangat.Setibanya di pusat perbelanjaan, aku ditarik oleh Shaka kesana kemari untuk m
"Hayo lagi ngapain!? Kesambet baru tau rasa loh." "Ngagetin aja sih kamu Ka," ucapku sambil mengusap dadaku pelan karena kaget. "Habisnya dari tadi dipanggilin nggak denger, eh asik ngelamun ternyata," sungutnya sambil duduk di sebelahku. Sekarang kami sedangkan berada di lobby kantor. Dia adalah Arshaka Oktavinus, kepala redaksi di tempatku bekerja. Sebelum aku bercerita lebih jauh, aku akan memperkenalkan diriku terlebih dahulu, oke?Namaku Sienna Az-Zahra, entahlah apa artinya aku tidak pernah menanyakannya kepada kedua orang tuaku yang telah memberikanku nama. Aku bekerja di sebuah kantor penerbitan di Jogja, Aksara Media Group. Sudah empat tahun lebih aku berkerja disini sebagai editor. Ya berkat Arshaka juga karena telah merekomendasikannya setelah aku memutuskan untuk merantau menyusulnya. Aku mengenal Shaka dari aku masih di dalam kandungan Bundaku. Dia adala