Share

Anugerah Dua

Author: Gavrila
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Satu minggu berlalu setelah kejadian Shaka memberitahuku tentang rencana pernikahannya dengan Ester. Dan satu minggu pula aku berhasil menghindari Shaka. Tapi sepertinya hari ini aku tidak lagi bisa menghindar. Terbukti sekarang Shaka sedang duduk di sampingku, menungguku merapikan meja kerjaku untuk bersiap pulang. Kalau boleh jujur aku ingin menangis keras saat Shaka sedari tadi terus memohon untuk menemaninya mencari seserahan untuk Ester. Tidakkah Shaka peka jika aku patah hati melihatnya seperti ini?

"Ayolah Na, please...!" Mohon Shaka dengan wajah memelas. Dan aku benci itu karena aku selalu tidak tega melihatnya. Dengan setengah terpaksa akhirnya aku mengangguk.

"Yes! Yaudah yuk berangkat sekarang, kamu nggak usah mandi deh langsung aja ya, keburu malam," ucap Shaka yang sudah kembali bersemangat.

Setibanya di pusat perbelanjaan, aku ditarik oleh Shaka kesana kemari untuk memilih berbagai barang yang akan diberikan kepada Ester mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Beuh kakiku rasanya sudah seperti mau patah. Untung saja semua barang yang dia beli ia bawa sendiri.

Waktu sudah menjelang isya saat kami keluar dari butik setelah mencarikan gaun untuk Ester. Tidak sengaja aku melihat sebuah butik khusus muslimah, tiba tiba hatiku merasa sedikit tercubit saat mataku memandang seorang pegawai butik yang memakai gamis kuning gading dengan kerudung besar yang menjuntai panjang, wajahnya begitu sejuk di pandang. Masyaallah.

Saat melayani pembeli pun senyum tak pernah lepas dari bibirnya. Netraku melirik papan nama butik itu, Khadijah Boutique. Seketika ingatanku memutar cerita yang pernah kudengar dari Bunda.

Hatiku kembali seperti tercubit saat melihat diriku sendiri, rok span sebatas lutut dengan kemeja biru yang tertutup blazer. Rambut yang aku kuncir kuda sederhana. Tiba-tiba aku merasa iri, tapi hati belum siap untuk berpakaian seperti itu. Meskipun Ayah, Bunda bahkan Mas Alif seringkali menyindirku. Aku masih belum mantap untuk berhijab.

"Kamu liatin apa sih Na? Mau beli?" tanya Shaka membuyarkan pikiranku yang melanglang buana.

"Eh, nggak Ka. Sudah semua kan? Pulang yuk, capek nih," sahutku.

"Makan dulu deh, laper Na."

"Yaudah ayuk, sini aku bantu bawain."

Kami makan dengan hening, Shaka dengan senyumnya memikirkan sebentar lagi akan menikah dengan gadis pujaannya. Sedangkan aku hanya bisa sesekali meliriknya dalam diam. Ya Tuhan sampai kapan aku harus merasakan seperti ini? Jika lelaki di depanku ini benar bukan jodohku, hilangkan perasaan ini Ya Tuhan. Doaku dalam hati.

Saat diperjalanan pulang pun Shaka yang biasanya selalu berceloteh dan mengajakku bercerita sekarang seakan berada di dunianya sendiri. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya dan sesekali bernyanyi pelan. Ugh, sungguh menyebalkan.

"Langsung pulang sana, aku capek Ka, jangan merepotiku lagi dengan meminta kopi," usirku setelah turun dari boncengannya.

"Iya iya, pelit banget sih. Biasa juga aku yang nyetokin kopi gula dan teman - temannya," sungutnya.

"Aku capek Shaka, mau mandi. Udah sana pulang. Hush hush."

"Hemm, yaudah aku balik dulu. Selamat malam princess Sienna. Dah."

"Bye, hati - hati. Jangan ngebut," ucapku sambil melambaikan tangan dan ganti mengacungkan tinjuku saat mengingatkannya untuk tidak kebut-kebutan.

"Siap tuan putri."

Aku memandanginya sampai motornya menghilang di balik tikungan. Benar-benar hari yang melelahkan. Sabar ya hati, ada saatnya nanti kamu akan berbunga.

Setelah selesai membersihkan diri dan menjalankan kewajibanku sebagai umat muslim, aku membuka aplikasi W******p untuk mengirim pesan ke Bunda. Melapor jika anaknya yang cantik ini sudah bersiap menuju tempat tidur untuk bermimpi.

***

"Jangan dulu cepat berprasangka. Kadang orang yang kita anggap tepat mungkin saja hanya akan menjadi orang yang hanya bisa kita ingat" -Kusebut Dia Anugerah Terindah-

°°°

Friday is freeday karena bagiku hari Jumat adalah hari yang pendek. Ya walaupun aku mencintai pekerjaan tapi aku bukanlah orang yang rela menghabiskan seluruh waktuku untuk pekerjaan. Sesekali aku juga sering merindukan weekend dengan semua kesantaiannya.

Aku mengerutkan kening saat baru menginjakkan kakiku di kantor dan melihat empat manusia yang pagi - pagi sudah sibuk berkumpul. Entah gosip apa yang Ulin, sang biang gosip sebarkan sampai-sampai Maya berdecak saat melihat ponsel yang di pegang Ulin. Ulin ini adalah sekretaris bos di kantor ini, dengan wataknya yang kepo, ceplas - ceplos jadi tidak heran jika ia menjadi biang gosip.

"Selamat pagi semua. Ngrumpi apaan sih pagi-pagi? Sampai heboh gini?" tanyaku sambil berjalan mendekati mereka.

"Ini Na, bos Ibra mau pensiun katanya. Terus hari ini bakalan ada pengumuman sekaligus perkenalan bos baru," jawab Ulin memberitahu sambil memperlihatkan ponselnya yang berisi pemberitahuan dari Pak Ibra, pemilik perusahaan.

"Oh.."

"Tau gak Na--".

"Enggak," sahutku cepat memotong ucapan Ulin.

"Ish, gue belum ngomong. Bos baru kita itu Pak Egar anaknya si bos. Nih lihat, ganteng Na!" ucapnya lagi sambil menunjukkan foto seorang laki-laki yang entah dari mana dia dapat. Karena selama aku berkerja disini aku belum pernah melihat anaknya Pak Ibra karena katanya sedang menempuh pendidikan di luar negeri.

"Ganteng beut Na, ya ampun," timpal Maya sambil memegang kedua pipinya dengan mata berbinar.

"Gantengan juga gue May," ucap Yogi ikut berkomentar.

"Ya ya, biarin lah mau ganteng juga percuma kalau udah taken," selorohku sekenanya sambil pergi ke kubikel.

"Iya juga sih. Lah yang penting kan bisa buat cuci mata," heboh Ulin yang belum selesai ternyata dengan beritanya.

"Udah udah, tuh Pak Shaka dateng, kerja kerja," Lerai Arumi sambil geleng-geleng kepala.

Aku melirik pintu masuk, dan benar saja. Shaka berjalan dengan santai. Melihatnya dari jauh saja masih membuat jantungku berdebar heboh. Duhai hati, dia sudah milik orang. Dan sebentar lagi akan bersertifikat haram untuk kamu pandang. Ingatku pada dirimu sendiri.

"Selamat pagi semuanya, pagi ini semua langsung berkumpul di aula, akan ada pengumuman penting dari Pak Bos." Shaka berbicara dengan gantengnya.

Ya Tuhan, kenapa makhluk yang sudah berlabel milik orang tingkat kegantengannya meningkatkan seperti ini sih?

"Siap Pak!" seru para karyawan.

"Ulin, kamu beritahu yang lain ya. Jam 9 siap di aula semuanya," perintahnya lagi pada Ulin yang sudah mengangguk mengiyakan.

Jam 9 pagi, semua karyawan sudah berkumpul di aula. Aku duduk di barisan kedua dari depan, bisa melihat dengan jelas betapa dekatnya Shaka dan Ester yang duduk di barisan kursi depanku.

Mereka berdua sesekali tertawa dan saling berbisik. Hatiku panas hingga mataku menjadi berair. Dulu itu adalah tempatku, di samping Shaka. Dulu itu adalah posisiku, disebelah Shaka. Sekarang dengan mudahnya tergantikan.

Salahku sendiri yang memendam semuanya, hingga Shaka tak pernah tau bagaimana perasaanku kepadanya. Sampai semua perasaan itu menyiksaku sendiri.

Tidak ada yang namanya persahabatan antara laki-laki dan perempuan tanpa adanya perasaan. Jika beruntung keduanya akan bersatu di perasaan yang sama, jika tidak keduanya akan berpisah karena perasaan salah satunya. Adapun opsi untuk tetap bersama pasti akan ada yang terluka karena memendam rasa, seperti yang sekarang terjadi padaku.

"Oke, mungkin ini perkenalan singkat dari saya. Mohon kerja samanya. Terimakasih."

Tepuk tangan menggema di dalam ruangan membuatku tersadar dan kembali ke dunia nyata. Eh? Sudah selesai? Berapa lama aku ngelamun? Tanyaku dalam hati.

Satu persatu karyawan keluar sambil mengucapkan selamat bergabung kepada bos baru perusahaan ini. Aku yang sudah ditarik berdiri oleh Ulin mengikuti dengan linglung.

"Selamat bergabung Pak," ucapku singkat tanpa memandang ke arah bos baru itu.

"Terimakasih. Dan kalau bisa patah hati jangan dibawa ke kantor, apalagi sampai memandangnya terlalu lama. Bisa-bisa tambah ngenes," sahutnya dengan berbisik disamping telingaku yang terdengar sangat-sangat menyebalkan. Membuatku terkejut dan langsung mendongak menatapnya.

Dasar bos baru menyebalkan. Tau dari mana dia kalau aku patah hati? Memandangnya terlalu lama? Memang kelihatan sekali aku memandang Shaka dari tadi? Oh hari Jumat keramat!

===

Cerita ini dilindungi oleh Allah.

Bacaan yang paling utama adalah Al Qur'an. Sudahkan kamu membacanya hari ini?

Bumi Allah, 2022

Related chapters

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Tiga

    "Tidak semua wanita yang patah hati mengerti bagaimana cara merawat lukanya sendiri, karena itulah ia membutuhkan seseorang untuk sekedar membagi apa yang ia rasa."°°°Weekend adalah me time yang paling ku tunggu-tunggu tapi kenapa Allah maha baik malah mengirimkan pengganggu ke tempat kostku?"Dek, temen Mas mau mampir kesini dulu, numpang istirahat katanya.""Hmm..""Beliin Mas sarapan gih Dek, laper nih.""Hmm..""Sienna Az-Zahra."Aku yang sayup-sayup mendengar nama lengkapku disebut oleh Mas Alif reflesk terbangun dari tempat tidurku, karena bisa dipastikan saat aku tidak menurut pasti akan ada ceramah sampai magrib."Ya Mas, nasi pecel aja ya?" tawarku dengan muka bantal dan nyawa yang masih

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Empat

    Kepada Yth.Calon ibu dari anak-anak sayaDi tempat Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.Sebelumnya saya mohon maaf jika saya sudah sangat lancang mengirim surat seperti ini. Tapi tolong bacalah surat dari saya sampai akhir, baru kamu boleh memutuskan akan membuangnya atau membakarnya. Tapi lagi-lagi saya berharap kamu menyimpannya. Tanpa mengurangi rasa hormat, saya sudah jatuh hati padamu saat pertama kali melihatmu. Dan saya sangat yakin untuk menjadikanmu masa depanku, menjadi istriku, ibu dari anak-anakku dan menantu untuk orang tuaku. Oleh karena itu, maksud dari saya mengirim surat ini adalah ingin mengenalmu lebih jauh lagi sesuai dengan syariat islam. Saya tau saya bukanlah laki-laki yang sempurna, tapi saya ingin belajar bersamamu untuk membangun rumah tangga yang di ridhoi oleh Allah, yang sakinah mawadah dan warahmah.Saya akui, saya belum mempunyai tempat tinggal tetap karena masih mengontrak, tapi saya me

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Lima

    Kicauan burung dan dinginnya pagi menyapa hari liburku yang seharusnya bobok dengan nyaman dan tenang di atas tempat tidur yang hangat, bukan di dalam tenda seperti ini. Sepertinya sudah lama aku tidak bisa menikmati waktu liburku dengan tenang, buktinya sekarang atas dasar paksaan aku berada bersama karyawan kantor di pucak untuk acara gathering. Sungguh hal yang membosankan! "Na, mau kopi atau susu aja?" tanya Ulin. "Kopi aja, thanks Lin," sahutku sambil keluar dari tenda dan meregangkan badan yang terasa pegal-pegal. "Selamat pagi Sienna," sapa suara bariton yang serak-serak seksi, duh apaan sih. Sepertinya udara dingin membuat otakku sedikit membeku. "Selamat pagi Pak Egar," jawabku tak berani menatap kearah bosku. "Bagaimana tidurnya? Nyenyak?" tanyanya lagi, sesi pendekatan berlanjut bung! "Mau jawaban jujur apa nggak nih?" "Hemm, dua-duanya boleh." "Nggak nyenyak, dingin, banyak nyamuk," ja

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Enam

    Sebulan berlalu setelah acara lamaran. Catat ya bestie, la-ma-ran! Si Bos Egar ngelamar aku, dududu senangnya...Jadi gini ceritanya, sepulangnya dari puncak. Aku, Mas Alif, Bos Egar yang sekarang jadi tunangan aku dan Mas Azzam, temannya Masku yang paling ganteng itu ikut ke Semarang. Awalnya sih bilang ada kepentingan, jadi ya aku nggak mau tau.Dan sesampainya di rumah, Bunda dan Ayah menyambut kami dengan sangat antusias. Entahlah, seperti ada yang mereka sembunyikan. Ternyata oh ternyata, anak gadisnya mau dilamar. Makanya seneng banget tuh.Saat acara mau mulai tiba-tiba ponsel Mas Azzam berbunyi, panggilan darurat dari rumah sakit yang mengharuskan dia cepat-cepat kembali karena salah satu pasiennya harus di operasi. Kami melanjutkan acara tanpa Mas Azzam yang ternyata dia adalah saudara Pak Bos Egar, dunia memang sempit!"Jadi kedatangan saya kesini yang pertama tentu saja bersilaturahmi ingin mengenal Ayah dan Bunda Sienna

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Tujuh

    Hari Senin yang biasanya menjadi hari paling menyebalkan sekarang menjadi hari yang aku tunggu-tunggu setelah weekend yang membosankan. Bagaimana tidak, katanya pacaran, katanya sudah tunangan, tapi ngapel tiap hari Minggu saja nggak pernah! Dasar bos menyebalkan.Mau nyamperin duluan? Gengsi dong! Mau chat duluan? Memangnya aku cewek apaan? Astaga dirimu ini memang ruwet ya Sienna! Kangen tapi gengsi. Ya mau gimana lagi saat gengsi dan Sienna sudah bersatu? Hahaha.Saat menunggu ojek online ponselku berdering. "Halo, assalamualaikum Umi," sapaku setelah menggeser tombol hijau pada layar benda pipih kesayangagku ini."Selamat pagi Sienna." Aku menatap malas pada motor yang berhenti di depanku. Mantan tukang ojek kesayangan bersama istri tercintanya. Siapa lagi kalau bukan Shaka dan Ester yang sok mesra."Hmm," jawabku sekenanya dan kembali fokus dengan Arumi d

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Delapan

    Ya Tuhan perasaan apa ini?Sangat nyaman, merasa aman. Itulah yang aku rasakan. Apakah aku terlalu dini jika menyebut ini cinta? Udah deh Sienna, belaga sok mikir. Telat tau, inget deh udah mau nikah! Ckckck."Dokter? Bagaimana anak saya?" Panggilan Arumi membuat Pak Egar sontak melepaskan pelukannya, cie malu haha."Ehm, em. Adakah keluarga pasien yang bergolongan darah A negatif? Yasmin kehilangan banyak darah dan kebetulan stok darah di rumah sakit sedang kosong."Aku melirik Arumi. "Golongan darah saya B, Dok," jawab Arumi sambil kembali menangis sesenggukan. "Na, please," imbuh Arumi memohon padaku."Golongan darah aku B juga Arumi." Aku langsung bergegas memeluk tubuh sahabatku itu. Ya Tuhan berikah kami pertolongan."Ambil darah saya Zam, eh Dok. Ambil darah saya saja Dokter, golongan darah saya A negatif."Mendenga

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Sembilan

    Hari berganti dan seperti biasa, pagi adalah waktu yang paling ku tunggu. Apalagi kalau bukan karena akan bertemu dengan calon suami di kantor. Enak juga pacaran sama bos sendiri, bisa ketemu tiap hari hahaha."Selamat pagi Yasmin," sapaku saat melihat Yasmin bermain sendiri di depan ruangan Pak Egar.Arumi memang memutuskan untuk membawa Yasmin bekerja agar bisa menjaganya. Butuh tenaga ekstra untuk membantunya karena aku harus bernegosiasi alot dengan bos super nyebelin yang kebetulan adalah tunanganku sendiri. Entah apa alasan bos tengil itu hingga akhirnya mengijinkan Arumi membawa Yasmin ke kantor, aku sih bodo amat yang penting misi membantu Arumi selesai."Pagi Tante Ina, tante cantik deh hari ini," sahut gadis kecil itu dengan senyum yang sangat manis sambil bermain boneka Barbie, pemberian Pak Egar."Aduh terimakasih Yasmin, Tante jadi malu deh. Eh tau nggak, Yasmin juga cantik benget loh hari ini." Aku pun juga memuji Yasmin

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Prolog

    Dia, adalah apa yang tak pernah kuduga sebelumnya.Dia, adalah apa yang tak pernah ku sebut dalam doa dikala malam saat kuterjaga.Dia, adalah cerita yang ingin ku bawa hingga surga.Dia, yang kata mereka selalu menyapa lewat doa - doa.Dia, yang kata mereka adalah obat kala ku terluka.Dia, yang kata mereka selalu sabar saat ku abaikan keberadaannya.Mungkin dia yang akan selalu menjadi hal terakhir yang kucari saat ku sendiri.Mungkin hanya dia yang rela menjadi sandaran saat ku merasa sepi.Andai Tuhan berbaik hati memberi kesempatan untuk Dia ku miliki,Akan kunamai dia.. Anugerah Terindah yang pernah Tuhan beri.Sienna Az-zahra==="Tak apa jika senja menenggelamkan jingganya, asal besok fajar datang dengan k

Latest chapter

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Sembilan

    Hari berganti dan seperti biasa, pagi adalah waktu yang paling ku tunggu. Apalagi kalau bukan karena akan bertemu dengan calon suami di kantor. Enak juga pacaran sama bos sendiri, bisa ketemu tiap hari hahaha."Selamat pagi Yasmin," sapaku saat melihat Yasmin bermain sendiri di depan ruangan Pak Egar.Arumi memang memutuskan untuk membawa Yasmin bekerja agar bisa menjaganya. Butuh tenaga ekstra untuk membantunya karena aku harus bernegosiasi alot dengan bos super nyebelin yang kebetulan adalah tunanganku sendiri. Entah apa alasan bos tengil itu hingga akhirnya mengijinkan Arumi membawa Yasmin ke kantor, aku sih bodo amat yang penting misi membantu Arumi selesai."Pagi Tante Ina, tante cantik deh hari ini," sahut gadis kecil itu dengan senyum yang sangat manis sambil bermain boneka Barbie, pemberian Pak Egar."Aduh terimakasih Yasmin, Tante jadi malu deh. Eh tau nggak, Yasmin juga cantik benget loh hari ini." Aku pun juga memuji Yasmin

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Delapan

    Ya Tuhan perasaan apa ini?Sangat nyaman, merasa aman. Itulah yang aku rasakan. Apakah aku terlalu dini jika menyebut ini cinta? Udah deh Sienna, belaga sok mikir. Telat tau, inget deh udah mau nikah! Ckckck."Dokter? Bagaimana anak saya?" Panggilan Arumi membuat Pak Egar sontak melepaskan pelukannya, cie malu haha."Ehm, em. Adakah keluarga pasien yang bergolongan darah A negatif? Yasmin kehilangan banyak darah dan kebetulan stok darah di rumah sakit sedang kosong."Aku melirik Arumi. "Golongan darah saya B, Dok," jawab Arumi sambil kembali menangis sesenggukan. "Na, please," imbuh Arumi memohon padaku."Golongan darah aku B juga Arumi." Aku langsung bergegas memeluk tubuh sahabatku itu. Ya Tuhan berikah kami pertolongan."Ambil darah saya Zam, eh Dok. Ambil darah saya saja Dokter, golongan darah saya A negatif."Mendenga

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Tujuh

    Hari Senin yang biasanya menjadi hari paling menyebalkan sekarang menjadi hari yang aku tunggu-tunggu setelah weekend yang membosankan. Bagaimana tidak, katanya pacaran, katanya sudah tunangan, tapi ngapel tiap hari Minggu saja nggak pernah! Dasar bos menyebalkan.Mau nyamperin duluan? Gengsi dong! Mau chat duluan? Memangnya aku cewek apaan? Astaga dirimu ini memang ruwet ya Sienna! Kangen tapi gengsi. Ya mau gimana lagi saat gengsi dan Sienna sudah bersatu? Hahaha.Saat menunggu ojek online ponselku berdering. "Halo, assalamualaikum Umi," sapaku setelah menggeser tombol hijau pada layar benda pipih kesayangagku ini."Selamat pagi Sienna." Aku menatap malas pada motor yang berhenti di depanku. Mantan tukang ojek kesayangan bersama istri tercintanya. Siapa lagi kalau bukan Shaka dan Ester yang sok mesra."Hmm," jawabku sekenanya dan kembali fokus dengan Arumi d

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Enam

    Sebulan berlalu setelah acara lamaran. Catat ya bestie, la-ma-ran! Si Bos Egar ngelamar aku, dududu senangnya...Jadi gini ceritanya, sepulangnya dari puncak. Aku, Mas Alif, Bos Egar yang sekarang jadi tunangan aku dan Mas Azzam, temannya Masku yang paling ganteng itu ikut ke Semarang. Awalnya sih bilang ada kepentingan, jadi ya aku nggak mau tau.Dan sesampainya di rumah, Bunda dan Ayah menyambut kami dengan sangat antusias. Entahlah, seperti ada yang mereka sembunyikan. Ternyata oh ternyata, anak gadisnya mau dilamar. Makanya seneng banget tuh.Saat acara mau mulai tiba-tiba ponsel Mas Azzam berbunyi, panggilan darurat dari rumah sakit yang mengharuskan dia cepat-cepat kembali karena salah satu pasiennya harus di operasi. Kami melanjutkan acara tanpa Mas Azzam yang ternyata dia adalah saudara Pak Bos Egar, dunia memang sempit!"Jadi kedatangan saya kesini yang pertama tentu saja bersilaturahmi ingin mengenal Ayah dan Bunda Sienna

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Lima

    Kicauan burung dan dinginnya pagi menyapa hari liburku yang seharusnya bobok dengan nyaman dan tenang di atas tempat tidur yang hangat, bukan di dalam tenda seperti ini. Sepertinya sudah lama aku tidak bisa menikmati waktu liburku dengan tenang, buktinya sekarang atas dasar paksaan aku berada bersama karyawan kantor di pucak untuk acara gathering. Sungguh hal yang membosankan! "Na, mau kopi atau susu aja?" tanya Ulin. "Kopi aja, thanks Lin," sahutku sambil keluar dari tenda dan meregangkan badan yang terasa pegal-pegal. "Selamat pagi Sienna," sapa suara bariton yang serak-serak seksi, duh apaan sih. Sepertinya udara dingin membuat otakku sedikit membeku. "Selamat pagi Pak Egar," jawabku tak berani menatap kearah bosku. "Bagaimana tidurnya? Nyenyak?" tanyanya lagi, sesi pendekatan berlanjut bung! "Mau jawaban jujur apa nggak nih?" "Hemm, dua-duanya boleh." "Nggak nyenyak, dingin, banyak nyamuk," ja

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Empat

    Kepada Yth.Calon ibu dari anak-anak sayaDi tempat Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.Sebelumnya saya mohon maaf jika saya sudah sangat lancang mengirim surat seperti ini. Tapi tolong bacalah surat dari saya sampai akhir, baru kamu boleh memutuskan akan membuangnya atau membakarnya. Tapi lagi-lagi saya berharap kamu menyimpannya. Tanpa mengurangi rasa hormat, saya sudah jatuh hati padamu saat pertama kali melihatmu. Dan saya sangat yakin untuk menjadikanmu masa depanku, menjadi istriku, ibu dari anak-anakku dan menantu untuk orang tuaku. Oleh karena itu, maksud dari saya mengirim surat ini adalah ingin mengenalmu lebih jauh lagi sesuai dengan syariat islam. Saya tau saya bukanlah laki-laki yang sempurna, tapi saya ingin belajar bersamamu untuk membangun rumah tangga yang di ridhoi oleh Allah, yang sakinah mawadah dan warahmah.Saya akui, saya belum mempunyai tempat tinggal tetap karena masih mengontrak, tapi saya me

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Tiga

    "Tidak semua wanita yang patah hati mengerti bagaimana cara merawat lukanya sendiri, karena itulah ia membutuhkan seseorang untuk sekedar membagi apa yang ia rasa."°°°Weekend adalah me time yang paling ku tunggu-tunggu tapi kenapa Allah maha baik malah mengirimkan pengganggu ke tempat kostku?"Dek, temen Mas mau mampir kesini dulu, numpang istirahat katanya.""Hmm..""Beliin Mas sarapan gih Dek, laper nih.""Hmm..""Sienna Az-Zahra."Aku yang sayup-sayup mendengar nama lengkapku disebut oleh Mas Alif reflesk terbangun dari tempat tidurku, karena bisa dipastikan saat aku tidak menurut pasti akan ada ceramah sampai magrib."Ya Mas, nasi pecel aja ya?" tawarku dengan muka bantal dan nyawa yang masih

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Dua

    Satu minggu berlalu setelah kejadian Shaka memberitahuku tentang rencana pernikahannya dengan Ester. Dan satu minggu pula aku berhasil menghindari Shaka. Tapi sepertinya hari ini aku tidak lagi bisa menghindar. Terbukti sekarang Shaka sedang duduk di sampingku, menungguku merapikan meja kerjaku untuk bersiap pulang. Kalau boleh jujur aku ingin menangis keras saat Shaka sedari tadi terus memohon untuk menemaninya mencari seserahan untuk Ester. Tidakkah Shaka peka jika aku patah hati melihatnya seperti ini?"Ayolah Na, please...!" Mohon Shaka dengan wajah memelas. Dan aku benci itu karena aku selalu tidak tega melihatnya. Dengan setengah terpaksa akhirnya aku mengangguk."Yes! Yaudah yuk berangkat sekarang, kamu nggak usah mandi deh langsung aja ya, keburu malam," ucap Shaka yang sudah kembali bersemangat.Setibanya di pusat perbelanjaan, aku ditarik oleh Shaka kesana kemari untuk m

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Satu

    "Hayo lagi ngapain!? Kesambet baru tau rasa loh." "Ngagetin aja sih kamu Ka," ucapku sambil mengusap dadaku pelan karena kaget. "Habisnya dari tadi dipanggilin nggak denger, eh asik ngelamun ternyata," sungutnya sambil duduk di sebelahku. Sekarang kami sedangkan berada di lobby kantor. Dia adalah Arshaka Oktavinus, kepala redaksi di tempatku bekerja. Sebelum aku bercerita lebih jauh, aku akan memperkenalkan diriku terlebih dahulu, oke?Namaku Sienna Az-Zahra, entahlah apa artinya aku tidak pernah menanyakannya kepada kedua orang tuaku yang telah memberikanku nama. Aku bekerja di sebuah kantor penerbitan di Jogja, Aksara Media Group. Sudah empat tahun lebih aku berkerja disini sebagai editor. Ya berkat Arshaka juga karena telah merekomendasikannya setelah aku memutuskan untuk merantau menyusulnya. Aku mengenal Shaka dari aku masih di dalam kandungan Bundaku. Dia adala

DMCA.com Protection Status