Share

Anugerah Enam

Penulis: Gavrila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sebulan berlalu setelah acara lamaran. Catat ya bestie, la-ma-ran! Si Bos Egar ngelamar aku, dududu senangnya...

Jadi gini ceritanya, sepulangnya dari puncak. Aku, Mas Alif, Bos Egar yang sekarang jadi tunangan aku dan Mas Azzam, temannya Masku yang paling ganteng itu ikut ke Semarang. Awalnya sih bilang ada kepentingan, jadi ya aku nggak mau tau. 

Dan sesampainya di rumah, Bunda dan Ayah menyambut kami dengan sangat antusias. Entahlah, seperti ada yang mereka sembunyikan. Ternyata oh ternyata, anak gadisnya mau dilamar. Makanya seneng banget tuh.

Saat acara mau mulai tiba-tiba ponsel Mas Azzam berbunyi, panggilan darurat dari rumah sakit yang mengharuskan dia cepat-cepat kembali karena salah satu pasiennya harus di operasi. Kami melanjutkan acara tanpa Mas Azzam yang ternyata dia adalah saudara Pak Bos Egar, dunia memang sempit! 

"Jadi kedatangan saya kesini yang pertama tentu saja bersilaturahmi ingin mengenal Ayah dan Bunda Sienna, yang kedua saya ingin meminang putri Om, Sienna."

Mendengar kata-kata itu aku jelas saya terkejut, bagaimana tidak? Belum lama berkenalan, langsung dilamar. 

"Ayah, Sienna ijin ke toilet sebentar ya." Aku meminta ijin untuk menenangkan detak jantungku yang seperti mau lompat dari tempatnya.

"Iya, jangan lama-lama, kamu ini kebiasaan deh Sie," omel Ayah yang sudah hafal kebiasaanku saat sedang gugup, bolak balik ke toilet.

Pov III

"Saya lanjutkan tidak apa-apa ya Om?" Egar meminta ijin kepada Ayah Sienna.

"Iya, silahkan Nak Egar."

"Jadi sebelumnya saya juga meminta maaf atas nama keluarga karena Om saya dan Mas Azzam berhalangan untuk hadir karena sesuatu hal yang tidak bisa ditinggalkan, jadi saya disini mewakili Om Malik untuk meminangkan Sienna untuk Mas Azzam."

"Iya Nak, kami sekeluarga juga mengerti. Kebetulan Alif juga sudah banyak bercerita. Niat baik kan tidak boleh ditunda. Tapi kembali lagi untuk keputusan kami serahkan sepenuhnya kepada Sienna karena dia yang akan menjalani rumah tangga nantinya," jawab Ayah Sienna memaklumi karena beliau juga sudah mengenal Pak Malik, Papa Azzam yang dulunya adalah teman SMA Ayah Sienna.

Pov III end

"Maaf ya lama," ucapku seraya kembali duduk di samping Ayah.

"Iya, nggak papa, santai saja Sienna," jawab Pak Bos Egar sambil tersenyum. Duh meleleh hati Adek, Bang.

"Jadi bagaimana Sienna? Kamu bersedia Nak menerima pinangan dari keluarga Nak Egar?" tanya Ayah yang kembali membuat jantungku berjoget India.

Aku memandang Bunda dan Mas Alif, mereka hanya mengangguk dan tersenyum, mendukung apapun keputusanku untuk masa depanku.

Sambil mengangguk malu-malu aku mengiyakan, "Iya, Sienna mau Yah." Ya Allah, semoga mukaku tidak merah.

"Alhamdulillah," ucap semuanya bersamaan. Aku hanya tersenyum menimpali karena mukaku sudah panas sekali. Efek apaan sih ini astaga!

"Untuk selanjutnya saya rundingan lagi bersama keluarga dulu Om, lebih baik jika dibicarakan bersama kedua belah pihak, agar adil."

"Iya Nak, bagaimana baiknya saja. Kita tunggu kedatangannya ya. Om sudah lama sekali lho tidak bertemu dengan Malik, kangen juga rasanya. Hahaha." Loh, ayah kenal juga dengan Pak Malik? Bodo amat lah, Ya Allah Sienna mau nikah! Gusti mimpi apa semalam.

Selepas acara lamaran secara tidak resmi, sisa hari itu aku habiskan dengan canda tawa bahagia. Bos Egar yang tidak bisa berlama-lama berpamitan pulang karena esok harus bekerja. Sementara aku yang mendapat ijin satu hari lagi untuk libur tetap tinggal untuk melepas rindu bersama Ayah, Bunda dan Mas Alif. Nikmat Tuhan mana yang masih kamu dustakan Sienna?

"Ciee yang mau nikah, Masnya dilangkahin nih?" Goda Mas Alif yang langsung ku timpuk dengan bantal sofa.

"Sienna, jangan gitu sama Masnya," tegur Bunda.

"Mas Alif, Bund yang godain duluan," jawabku sambil kembali memakan serpihan ea batu. Ademnya seadem hati Adek yang habis di lamar. Hahayy..

°°°

"Cinta bagi Sienna memang buta, karena membuatnya tidak bisa membedakan mana es krim dan es batu yang sama-sama dingin tapi berbeda rasa. Yang sama-sama dingin tapi jika kebanyakan bisa membuat gigi ngilu." -Kunamai Dia, Anugerah Terindah-

°°°

To be continue..

Cerita ini dilindungi oleh Allah.

Bacaan yang paling utama adalah Al Qur'an. Sudahkan kamu membacanya hari ini?

Bumi Allah,  2022

Bab terkait

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Tujuh

    Hari Senin yang biasanya menjadi hari paling menyebalkan sekarang menjadi hari yang aku tunggu-tunggu setelah weekend yang membosankan. Bagaimana tidak, katanya pacaran, katanya sudah tunangan, tapi ngapel tiap hari Minggu saja nggak pernah! Dasar bos menyebalkan.Mau nyamperin duluan? Gengsi dong! Mau chat duluan? Memangnya aku cewek apaan? Astaga dirimu ini memang ruwet ya Sienna! Kangen tapi gengsi. Ya mau gimana lagi saat gengsi dan Sienna sudah bersatu? Hahaha.Saat menunggu ojek online ponselku berdering. "Halo, assalamualaikum Umi," sapaku setelah menggeser tombol hijau pada layar benda pipih kesayangagku ini."Selamat pagi Sienna." Aku menatap malas pada motor yang berhenti di depanku. Mantan tukang ojek kesayangan bersama istri tercintanya. Siapa lagi kalau bukan Shaka dan Ester yang sok mesra."Hmm," jawabku sekenanya dan kembali fokus dengan Arumi d

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Delapan

    Ya Tuhan perasaan apa ini?Sangat nyaman, merasa aman. Itulah yang aku rasakan. Apakah aku terlalu dini jika menyebut ini cinta? Udah deh Sienna, belaga sok mikir. Telat tau, inget deh udah mau nikah! Ckckck."Dokter? Bagaimana anak saya?" Panggilan Arumi membuat Pak Egar sontak melepaskan pelukannya, cie malu haha."Ehm, em. Adakah keluarga pasien yang bergolongan darah A negatif? Yasmin kehilangan banyak darah dan kebetulan stok darah di rumah sakit sedang kosong."Aku melirik Arumi. "Golongan darah saya B, Dok," jawab Arumi sambil kembali menangis sesenggukan. "Na, please," imbuh Arumi memohon padaku."Golongan darah aku B juga Arumi." Aku langsung bergegas memeluk tubuh sahabatku itu. Ya Tuhan berikah kami pertolongan."Ambil darah saya Zam, eh Dok. Ambil darah saya saja Dokter, golongan darah saya A negatif."Mendenga

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Sembilan

    Hari berganti dan seperti biasa, pagi adalah waktu yang paling ku tunggu. Apalagi kalau bukan karena akan bertemu dengan calon suami di kantor. Enak juga pacaran sama bos sendiri, bisa ketemu tiap hari hahaha."Selamat pagi Yasmin," sapaku saat melihat Yasmin bermain sendiri di depan ruangan Pak Egar.Arumi memang memutuskan untuk membawa Yasmin bekerja agar bisa menjaganya. Butuh tenaga ekstra untuk membantunya karena aku harus bernegosiasi alot dengan bos super nyebelin yang kebetulan adalah tunanganku sendiri. Entah apa alasan bos tengil itu hingga akhirnya mengijinkan Arumi membawa Yasmin ke kantor, aku sih bodo amat yang penting misi membantu Arumi selesai."Pagi Tante Ina, tante cantik deh hari ini," sahut gadis kecil itu dengan senyum yang sangat manis sambil bermain boneka Barbie, pemberian Pak Egar."Aduh terimakasih Yasmin, Tante jadi malu deh. Eh tau nggak, Yasmin juga cantik benget loh hari ini." Aku pun juga memuji Yasmin

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Prolog

    Dia, adalah apa yang tak pernah kuduga sebelumnya.Dia, adalah apa yang tak pernah ku sebut dalam doa dikala malam saat kuterjaga.Dia, adalah cerita yang ingin ku bawa hingga surga.Dia, yang kata mereka selalu menyapa lewat doa - doa.Dia, yang kata mereka adalah obat kala ku terluka.Dia, yang kata mereka selalu sabar saat ku abaikan keberadaannya.Mungkin dia yang akan selalu menjadi hal terakhir yang kucari saat ku sendiri.Mungkin hanya dia yang rela menjadi sandaran saat ku merasa sepi.Andai Tuhan berbaik hati memberi kesempatan untuk Dia ku miliki,Akan kunamai dia.. Anugerah Terindah yang pernah Tuhan beri.Sienna Az-zahra==="Tak apa jika senja menenggelamkan jingganya, asal besok fajar datang dengan k

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Satu

    "Hayo lagi ngapain!? Kesambet baru tau rasa loh." "Ngagetin aja sih kamu Ka," ucapku sambil mengusap dadaku pelan karena kaget. "Habisnya dari tadi dipanggilin nggak denger, eh asik ngelamun ternyata," sungutnya sambil duduk di sebelahku. Sekarang kami sedangkan berada di lobby kantor. Dia adalah Arshaka Oktavinus, kepala redaksi di tempatku bekerja. Sebelum aku bercerita lebih jauh, aku akan memperkenalkan diriku terlebih dahulu, oke?Namaku Sienna Az-Zahra, entahlah apa artinya aku tidak pernah menanyakannya kepada kedua orang tuaku yang telah memberikanku nama. Aku bekerja di sebuah kantor penerbitan di Jogja, Aksara Media Group. Sudah empat tahun lebih aku berkerja disini sebagai editor. Ya berkat Arshaka juga karena telah merekomendasikannya setelah aku memutuskan untuk merantau menyusulnya. Aku mengenal Shaka dari aku masih di dalam kandungan Bundaku. Dia adala

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Dua

    Satu minggu berlalu setelah kejadian Shaka memberitahuku tentang rencana pernikahannya dengan Ester. Dan satu minggu pula aku berhasil menghindari Shaka. Tapi sepertinya hari ini aku tidak lagi bisa menghindar. Terbukti sekarang Shaka sedang duduk di sampingku, menungguku merapikan meja kerjaku untuk bersiap pulang. Kalau boleh jujur aku ingin menangis keras saat Shaka sedari tadi terus memohon untuk menemaninya mencari seserahan untuk Ester. Tidakkah Shaka peka jika aku patah hati melihatnya seperti ini?"Ayolah Na, please...!" Mohon Shaka dengan wajah memelas. Dan aku benci itu karena aku selalu tidak tega melihatnya. Dengan setengah terpaksa akhirnya aku mengangguk."Yes! Yaudah yuk berangkat sekarang, kamu nggak usah mandi deh langsung aja ya, keburu malam," ucap Shaka yang sudah kembali bersemangat.Setibanya di pusat perbelanjaan, aku ditarik oleh Shaka kesana kemari untuk m

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Tiga

    "Tidak semua wanita yang patah hati mengerti bagaimana cara merawat lukanya sendiri, karena itulah ia membutuhkan seseorang untuk sekedar membagi apa yang ia rasa."°°°Weekend adalah me time yang paling ku tunggu-tunggu tapi kenapa Allah maha baik malah mengirimkan pengganggu ke tempat kostku?"Dek, temen Mas mau mampir kesini dulu, numpang istirahat katanya.""Hmm..""Beliin Mas sarapan gih Dek, laper nih.""Hmm..""Sienna Az-Zahra."Aku yang sayup-sayup mendengar nama lengkapku disebut oleh Mas Alif reflesk terbangun dari tempat tidurku, karena bisa dipastikan saat aku tidak menurut pasti akan ada ceramah sampai magrib."Ya Mas, nasi pecel aja ya?" tawarku dengan muka bantal dan nyawa yang masih

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Empat

    Kepada Yth.Calon ibu dari anak-anak sayaDi tempat Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.Sebelumnya saya mohon maaf jika saya sudah sangat lancang mengirim surat seperti ini. Tapi tolong bacalah surat dari saya sampai akhir, baru kamu boleh memutuskan akan membuangnya atau membakarnya. Tapi lagi-lagi saya berharap kamu menyimpannya. Tanpa mengurangi rasa hormat, saya sudah jatuh hati padamu saat pertama kali melihatmu. Dan saya sangat yakin untuk menjadikanmu masa depanku, menjadi istriku, ibu dari anak-anakku dan menantu untuk orang tuaku. Oleh karena itu, maksud dari saya mengirim surat ini adalah ingin mengenalmu lebih jauh lagi sesuai dengan syariat islam. Saya tau saya bukanlah laki-laki yang sempurna, tapi saya ingin belajar bersamamu untuk membangun rumah tangga yang di ridhoi oleh Allah, yang sakinah mawadah dan warahmah.Saya akui, saya belum mempunyai tempat tinggal tetap karena masih mengontrak, tapi saya me

Bab terbaru

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Sembilan

    Hari berganti dan seperti biasa, pagi adalah waktu yang paling ku tunggu. Apalagi kalau bukan karena akan bertemu dengan calon suami di kantor. Enak juga pacaran sama bos sendiri, bisa ketemu tiap hari hahaha."Selamat pagi Yasmin," sapaku saat melihat Yasmin bermain sendiri di depan ruangan Pak Egar.Arumi memang memutuskan untuk membawa Yasmin bekerja agar bisa menjaganya. Butuh tenaga ekstra untuk membantunya karena aku harus bernegosiasi alot dengan bos super nyebelin yang kebetulan adalah tunanganku sendiri. Entah apa alasan bos tengil itu hingga akhirnya mengijinkan Arumi membawa Yasmin ke kantor, aku sih bodo amat yang penting misi membantu Arumi selesai."Pagi Tante Ina, tante cantik deh hari ini," sahut gadis kecil itu dengan senyum yang sangat manis sambil bermain boneka Barbie, pemberian Pak Egar."Aduh terimakasih Yasmin, Tante jadi malu deh. Eh tau nggak, Yasmin juga cantik benget loh hari ini." Aku pun juga memuji Yasmin

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Delapan

    Ya Tuhan perasaan apa ini?Sangat nyaman, merasa aman. Itulah yang aku rasakan. Apakah aku terlalu dini jika menyebut ini cinta? Udah deh Sienna, belaga sok mikir. Telat tau, inget deh udah mau nikah! Ckckck."Dokter? Bagaimana anak saya?" Panggilan Arumi membuat Pak Egar sontak melepaskan pelukannya, cie malu haha."Ehm, em. Adakah keluarga pasien yang bergolongan darah A negatif? Yasmin kehilangan banyak darah dan kebetulan stok darah di rumah sakit sedang kosong."Aku melirik Arumi. "Golongan darah saya B, Dok," jawab Arumi sambil kembali menangis sesenggukan. "Na, please," imbuh Arumi memohon padaku."Golongan darah aku B juga Arumi." Aku langsung bergegas memeluk tubuh sahabatku itu. Ya Tuhan berikah kami pertolongan."Ambil darah saya Zam, eh Dok. Ambil darah saya saja Dokter, golongan darah saya A negatif."Mendenga

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Tujuh

    Hari Senin yang biasanya menjadi hari paling menyebalkan sekarang menjadi hari yang aku tunggu-tunggu setelah weekend yang membosankan. Bagaimana tidak, katanya pacaran, katanya sudah tunangan, tapi ngapel tiap hari Minggu saja nggak pernah! Dasar bos menyebalkan.Mau nyamperin duluan? Gengsi dong! Mau chat duluan? Memangnya aku cewek apaan? Astaga dirimu ini memang ruwet ya Sienna! Kangen tapi gengsi. Ya mau gimana lagi saat gengsi dan Sienna sudah bersatu? Hahaha.Saat menunggu ojek online ponselku berdering. "Halo, assalamualaikum Umi," sapaku setelah menggeser tombol hijau pada layar benda pipih kesayangagku ini."Selamat pagi Sienna." Aku menatap malas pada motor yang berhenti di depanku. Mantan tukang ojek kesayangan bersama istri tercintanya. Siapa lagi kalau bukan Shaka dan Ester yang sok mesra."Hmm," jawabku sekenanya dan kembali fokus dengan Arumi d

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Enam

    Sebulan berlalu setelah acara lamaran. Catat ya bestie, la-ma-ran! Si Bos Egar ngelamar aku, dududu senangnya...Jadi gini ceritanya, sepulangnya dari puncak. Aku, Mas Alif, Bos Egar yang sekarang jadi tunangan aku dan Mas Azzam, temannya Masku yang paling ganteng itu ikut ke Semarang. Awalnya sih bilang ada kepentingan, jadi ya aku nggak mau tau.Dan sesampainya di rumah, Bunda dan Ayah menyambut kami dengan sangat antusias. Entahlah, seperti ada yang mereka sembunyikan. Ternyata oh ternyata, anak gadisnya mau dilamar. Makanya seneng banget tuh.Saat acara mau mulai tiba-tiba ponsel Mas Azzam berbunyi, panggilan darurat dari rumah sakit yang mengharuskan dia cepat-cepat kembali karena salah satu pasiennya harus di operasi. Kami melanjutkan acara tanpa Mas Azzam yang ternyata dia adalah saudara Pak Bos Egar, dunia memang sempit!"Jadi kedatangan saya kesini yang pertama tentu saja bersilaturahmi ingin mengenal Ayah dan Bunda Sienna

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Lima

    Kicauan burung dan dinginnya pagi menyapa hari liburku yang seharusnya bobok dengan nyaman dan tenang di atas tempat tidur yang hangat, bukan di dalam tenda seperti ini. Sepertinya sudah lama aku tidak bisa menikmati waktu liburku dengan tenang, buktinya sekarang atas dasar paksaan aku berada bersama karyawan kantor di pucak untuk acara gathering. Sungguh hal yang membosankan! "Na, mau kopi atau susu aja?" tanya Ulin. "Kopi aja, thanks Lin," sahutku sambil keluar dari tenda dan meregangkan badan yang terasa pegal-pegal. "Selamat pagi Sienna," sapa suara bariton yang serak-serak seksi, duh apaan sih. Sepertinya udara dingin membuat otakku sedikit membeku. "Selamat pagi Pak Egar," jawabku tak berani menatap kearah bosku. "Bagaimana tidurnya? Nyenyak?" tanyanya lagi, sesi pendekatan berlanjut bung! "Mau jawaban jujur apa nggak nih?" "Hemm, dua-duanya boleh." "Nggak nyenyak, dingin, banyak nyamuk," ja

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Empat

    Kepada Yth.Calon ibu dari anak-anak sayaDi tempat Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.Sebelumnya saya mohon maaf jika saya sudah sangat lancang mengirim surat seperti ini. Tapi tolong bacalah surat dari saya sampai akhir, baru kamu boleh memutuskan akan membuangnya atau membakarnya. Tapi lagi-lagi saya berharap kamu menyimpannya. Tanpa mengurangi rasa hormat, saya sudah jatuh hati padamu saat pertama kali melihatmu. Dan saya sangat yakin untuk menjadikanmu masa depanku, menjadi istriku, ibu dari anak-anakku dan menantu untuk orang tuaku. Oleh karena itu, maksud dari saya mengirim surat ini adalah ingin mengenalmu lebih jauh lagi sesuai dengan syariat islam. Saya tau saya bukanlah laki-laki yang sempurna, tapi saya ingin belajar bersamamu untuk membangun rumah tangga yang di ridhoi oleh Allah, yang sakinah mawadah dan warahmah.Saya akui, saya belum mempunyai tempat tinggal tetap karena masih mengontrak, tapi saya me

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Tiga

    "Tidak semua wanita yang patah hati mengerti bagaimana cara merawat lukanya sendiri, karena itulah ia membutuhkan seseorang untuk sekedar membagi apa yang ia rasa."°°°Weekend adalah me time yang paling ku tunggu-tunggu tapi kenapa Allah maha baik malah mengirimkan pengganggu ke tempat kostku?"Dek, temen Mas mau mampir kesini dulu, numpang istirahat katanya.""Hmm..""Beliin Mas sarapan gih Dek, laper nih.""Hmm..""Sienna Az-Zahra."Aku yang sayup-sayup mendengar nama lengkapku disebut oleh Mas Alif reflesk terbangun dari tempat tidurku, karena bisa dipastikan saat aku tidak menurut pasti akan ada ceramah sampai magrib."Ya Mas, nasi pecel aja ya?" tawarku dengan muka bantal dan nyawa yang masih

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Dua

    Satu minggu berlalu setelah kejadian Shaka memberitahuku tentang rencana pernikahannya dengan Ester. Dan satu minggu pula aku berhasil menghindari Shaka. Tapi sepertinya hari ini aku tidak lagi bisa menghindar. Terbukti sekarang Shaka sedang duduk di sampingku, menungguku merapikan meja kerjaku untuk bersiap pulang. Kalau boleh jujur aku ingin menangis keras saat Shaka sedari tadi terus memohon untuk menemaninya mencari seserahan untuk Ester. Tidakkah Shaka peka jika aku patah hati melihatnya seperti ini?"Ayolah Na, please...!" Mohon Shaka dengan wajah memelas. Dan aku benci itu karena aku selalu tidak tega melihatnya. Dengan setengah terpaksa akhirnya aku mengangguk."Yes! Yaudah yuk berangkat sekarang, kamu nggak usah mandi deh langsung aja ya, keburu malam," ucap Shaka yang sudah kembali bersemangat.Setibanya di pusat perbelanjaan, aku ditarik oleh Shaka kesana kemari untuk m

  • Kunamai Dia, Anugerah Terindah   Anugerah Satu

    "Hayo lagi ngapain!? Kesambet baru tau rasa loh." "Ngagetin aja sih kamu Ka," ucapku sambil mengusap dadaku pelan karena kaget. "Habisnya dari tadi dipanggilin nggak denger, eh asik ngelamun ternyata," sungutnya sambil duduk di sebelahku. Sekarang kami sedangkan berada di lobby kantor. Dia adalah Arshaka Oktavinus, kepala redaksi di tempatku bekerja. Sebelum aku bercerita lebih jauh, aku akan memperkenalkan diriku terlebih dahulu, oke?Namaku Sienna Az-Zahra, entahlah apa artinya aku tidak pernah menanyakannya kepada kedua orang tuaku yang telah memberikanku nama. Aku bekerja di sebuah kantor penerbitan di Jogja, Aksara Media Group. Sudah empat tahun lebih aku berkerja disini sebagai editor. Ya berkat Arshaka juga karena telah merekomendasikannya setelah aku memutuskan untuk merantau menyusulnya. Aku mengenal Shaka dari aku masih di dalam kandungan Bundaku. Dia adala

DMCA.com Protection Status