Share

Kubuat Suami Bilyunerku Jatuh Cinta Padaku
Kubuat Suami Bilyunerku Jatuh Cinta Padaku
Penulis: Perisai Hati

Kupertahankan Apa Yang Telah Menjadi Milikku

"Jangan harap aku akan memperlakukanmu layaknya seorang istri. Aku tidak mencintai kamu dan tidak akan pernah!"

Ucapan menohok Aksena itulah yang terdengar oleh Kalisa saat pria yang malam itu sudah berstatus sebagai suaminya itu meninggalkannya sendirian di malam pertama. Kalisa sadar, Aksena memang tidak pernah menyetujui pernikahan ini, tepatnya pernikahan yang menjadi kesepakatan antara keluarganya dan keluarga Aksena. Pernikahan bisnis yang mampu memperkuat kerjasama antara dua perusahaan raksasa keluarg kami.

Namun bagi Kalisa, pernikahannya dengan Aksena bukan hanya sekedar pernikahan bisnis semata. Kalisa sudah mencintai Aksena sejak mereka kecil. Aksena adalah sahabat masa kecilnya yang selalu ada di saat Kalisa membutuhkannya. Dari kecil selalu bersama karena kedua orang tua mereka bersahabat dan juga partner bisnis.

Sikap Aksena mulai berubah saat mereka duduk di bangku SMA dan mulai menyadari kalau Kalisa jatuh cinta padanya. Aksena dengan tegas mengatakan kalau dia hanya menganggap Kalisa sebagai sahabat dan tidak lebih. Namun Kalisa tidak menyerah dan terus mengejar cinta Aksena hingga ide dari kedua keluarga mereka untuk menikahkan Aksena dan Kalisa terjadi.

Sikap Aksena pada Kalisa semakin dingin sejak saat itu. Raut wajahnya menunjukkan kebencian yang mendalam. Meskipun pernikahan itu tetap terjadi, tapi yang Kalisa dapatkan hanya tatapan sinis dan ucapan-ucapan Aksena yang menyakitkan.

"Sen, sarapan dulu. Aku sudah buat sarapan untuk kamu." Pagi itu Kalisa berdiri di dekat meja makan saat Aksena melintas dengan kemeja kantornya yang membuat suaminya itu terlihat semakin memesona di mata Kalisa.

"Nggak lapar," sahut Aksena dingin. "Lagian kamu ngapain repot-repot bikin sarapan? Sejak kapan kamu bisa masak? Kamu nggak perlu capek-capek menarik perhatianku karena nggak akan berhasil, Lis!"

Jantung Kalisa benar-benar tertohok dengan ucapan Aksena. Memang dia tidak bisa memasak atau mengerjakan pekerjaan rumah karena dari lahir dirinya sudah hidup layaknya putri raja. Asisten rumah tangga senantiasa siap melayaninya. Tapi, bukan berarti dia tidak mau belajar memasak atau melayani suami.

Kalisa hanya bisa memandangi punggung Aksena yang kini telah menghilang di balik pintu ruang makan. Hatinya begitu sakit dan air mata hampir saja tumpah membasahi pipi. Dia menarik napas dalam-dalam untuk meredakkan sesak dalam dada.

Ah, Kalisa ingat sebelum dia dan Aksena menikah, Aksena pernah mengatakan sesuatu yang membuatnya semakin terpuruk dalam kesakitan.

"Aku mau nikahin kamu karena aku diancam oleh keluargaku aku nggak akan mendapatkan posisi dirut di perusahaan kalau aku nggak nikah sama kamu."

"Perlu kamu tahu aku sudah punya kekasih yang aku pacari selama tiga tahun. Kamu harus sadar, Lis, kalau kekasihku adalah orang yang paling tersakiti dengan pernikahan ini."

Aksena sudah punya kekasih. Kenapa Kalisa tidak pernah tahu tentang hal itu. Apakah Aksena menyembunyikan hubungannya dengan kekasihnya itu di depan keluarga dan semua orang. Siapa kekasihnya itu dan seperti apa tampangnya. Kalisa merasa dia begitu iri pada wanita itu yang mampu mendapatkan hati seorang Aksena, pria pujaan Kalisa.

Hati Kalisa tergerak untuk mencari tahu siapa kekasih Aksena. Sore hari saat jam pulang kantor, Kalisa berniat untuk memata-matai Aksena. Firasatnya mengatakan kalau sore itu Aksena akan mengunjungi kekasihnya. Kalisa sengaja menggunakan taksi untuk membuntuti Aksena.

"Tunggu sebentar, Pak," ucap Kalisa pada sopir taksi yang dia minta untuk mengantar ke kantor Aksena. Kalisa menunggu sosok suaminya muncul dari pintu loby kantor di mana beberapa karyawan keluar dari sana.

Beberapa saat menunggu dengan hati yang berdebar-debar, akhirnya sosok Aksena muncul dari arah pintu loby menuju ke mobilnya. Dia tampak berbicara dengan sopirnya beberapa saat lalu masuk ke dalam mobil tanpa sang sopir.

"Jalan, Pak. Ikuti mobil sedan hitam itu, ya? Tapi jaga jarak jangan sampai dia curiga ada yang ngikutin," perintah Kalisa.

Sopir taksi menuruti perintah Kalisa tanpa bertanya-tanya. Taksi pun mengikuti arah sedan mewah milik Aksena menuju. Jantung Kalisa berdebar kencang saat jalan yang dilalui oleh Aksena memang bukan menuju rumah mereka.

"Berhenti di sini dulu, Pak," pinta Kalisa saat melihat mobil Aksena masuk ke dalam gang dan berhenti di depan sebuah rumah kecil bercat putih. Posisi taksi yang ditumpangi Kalisa ada di ujung gang tapi Kalisa masih bisa mengawasi gerak-gerik Aksena yang kini turun dari mobilnya dan berdiri di depan pintu rumah itu.

Aksena tampak mengetuk pintu beberapa kali dan muncullah seorang perempuan muda yang langsung memeluk Aksena dengan erat. Dada Kalisa bergemuruh melihat pemandangan yang menyakitkan itu. Tangannya mengepal erat menahan rasa sakit dan cemburu yang berkecamuk dalam dada.

Jadi seperti itu wujud perempuan yang dicintai oleh Aksena. Secara fisik, jika dibandingkan dengan dirinya, tentu sangatlah jauh. Perempuan itu berpenampilan sederhana dan wajahnya tampak lugu seperti gadis yang berasal dari kampung. Apa selera Aksena memang seperti itu. Oh, ayolah. Aksena adalah pewaris tunggal Mahadewa Group yang perusahaannya menggurita di seluruh negeri. Bagaimana dia bisa jatuh cinta dengan perempuan yang berpenampilan seperti itu.

Jika perempuan yang menjadi saingannya paling tidak berkelas, Kalisa bisa mengerti. Tapi ini, Kalisa benar-benar tidak menyangka.

"Jalan, Pak," perintah Kalisa pada sopir taksi. Taksi pun melaju meninggalkan tempat itu.

Sepanjang perjalanan pulang Kalisa berusaha memutar otak apa yang harus dia lakukan. Dia harus menyelidiki siapa perempuan itu. Kalisa merasa bahwa dirinya kini punya hak untuk mempertahankan apa yang sudah menjadi miliknya.

Aksena adalah suaminya, Aksena adalah miliknya. Susah payah Kalisa mendapatkan Aksena meskipun bukan dalam situasi yang baik dan sempurna. Namun, Kalisa yakin semua akan berubah nanti. Kalisa akan memperjuangkan Aksena hingga titik darah penghabisan.

"Ngga, bisa kita ketemu, aku mau ngobrolin sesuatu," ucap Kalisa saat menelepon sahabatnya semasa kuliah yang masih berhubungan baik dengannya hingga kini. Kalisa mengajak Rangga bertemu di sebuah cafe sore itu setelah dirinya selesai membuntuti Aksena.

Rangga sudah menunggu di dalam cafe yang sudah Kalisa sebutkan. Wajah tampannya mengulas senyum seraya tangannya melambai ke arah Kalisa.

"Ada apa, Lis, kayaknya gawat banget, deh," ucap Rangga saat Kalisa menempelkan pantat di kursi seberang mejanya.

"Aku butuh bantuan kamu, Ngga." Kalisa berucap sambil melambai ke arah pelayan untuk memesan minum. Begitu pelayan mengurus pesanannya, Kalisa pun mulai menceritakan maksudnya pada Rangga.

"Kamu itu menyiksa diri, Lis. Ngapain sih kamu nikah sama orang yang jelas-jelas nggak cinta sama kamu? Mau sampai kapan kamu nunggu Aksena jatuh cinta sama kamu?"

Kalisa menggeleng pelan. "Aku nggak peduli berapa lama aku akan menunggu Aksena mencintai aku, Ngga. Yang terpenting sekarang Aksena adalah milikku dan aku akan mempertahankan itu."

Rangga menghela napas dalam-dalam lalu menatap ke arah Kalisa. "Terus, apa yang bisa aku bantu?"

"Aku mau kamu menyelidiki perempuan yang menjadi kekasih Aksena."

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status