Share

Sedikit Ganjalan

Penulis: Pipit Aisyafa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-09 18:34:14

Sampai rumah Ami hari sudah malam, aku merasa benar-benar letih dan langsung membersihkan diri. Kemudian tidur,  bahkan Ami membuatkan wedang jahe saja lupa kumunim hingga pagi menjelang. 

"Assalamualaikum, Abi," sapaku lewat seberang telfon. 

"Waalaikumsalam, Gimana Umi. Apa Abah dan Ami sehat?" tanya Abi. 

"Alhamdulilahh, mereka sehat, Bi. Abi ngga ada masalah kan?" tanyaku.

"Ngga ada Umi, selesaikan dulu urusanmu, lancar kan tanpa kendali? " 

"Alhamdulilahh lancar, Abi. Semua bisa Umi atasi. Sore ini Umi pulang." 

Kudengar dari sebrang sana bagaimana Ratini dengan suara manja, seolah menunjukan bahwa dia begitu romantis ketika tak ada aku di sana. Bahkan kudengar dia juga meminta secepatnya untuk menyelesaikan telfonnya. 

"Abi, Umi mau bicara penting. Apa Abi bisa menjauh dulu dari Dik R

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (36)
goodnovel comment avatar
LY90
di ulang lagi bab nya... rugi tahu
goodnovel comment avatar
Banun Rahmah
ih..... ufah beli d ulang lg rasanya gima gitu
goodnovel comment avatar
Tari Emawan
pengulangan. menyakitkan bacanya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Sisi Laki-laki

    "Baik, Pak! Semua sudah diatur, sekarang Bapak tinggal tunggu saja di resto yang sudah disepakati!" ucap Dirga--Asisten kepercayaanku. Hari ini ada klien yang ingin bertemu membahas saham, meminta agar lebih nyaman untuk bertemu sambil makan siang."Ayo kita berangkat!" ucapku setelah melihat jam menunjukan pukul sebelas siang.Setelah sampai tak berapa lama klienku datang, hasilnya sangat memuaskan, tanpa pikir panjang mereka yang selaku perusahaan Internasional dengan mudah menyetujui semua yang kami tawarkan."Baik, Pak Usman. Saya pergi dulu." kami saling berjabat tangan dan kemudian pergi meninggalkan resto."Dir, tolong beresi semua berkas, saya mau ketoilet dulu!" Dirga mengangguk dan langsung mengerjakan apa yang aku suruh. Baru beberapa langkah aku meninggalkan meja tanpa sengaja aku yang tengah bermain HP menabrak seorang perempuan.Brukk..

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-09
  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Kebusukan

    "Ada apa, Dik? Katakan!" bujukku pada Nita yang masih dengan wajah ketakutan, Ratini masuk dan ikut nimbrung duduk di sebelah kiri Nita. Kulihat Nita melirik Ratini juga."Katakan, Dik. Ada Umi di sini, Kalau ada orang yang mau jahatin kamu, Umi lah orang pertama yang akan bertindak!" ucapku seraya mengengam tangan Nita agar ketakutannya berkurang."Ta-takut, Umi! Hikz... Hikz.... " sepertinya Nita masih ketakutan, akupun tak ingin memaksanya, kubiarkan dulu agar dia tenang. Kuajak dia Ratini juga keluar, aku tak ingin dia juga menganggu Nita, setidaknya biarkan dia berfikir jernih.Sore hari aku sengaja membuatkan teh aroma therapy untuk Nita, kuketuk pintu. Terlihat dia sudah sedikit agak tenang."Minumlah, ini bisa merilekskan tubuh serta pikiranmu!" kusodorkan padanya.Dia menerima dengan mengucapkan terima kasih, aku sedikit lega melihat dia sudah aga

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-10
  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Teringat

    Aku masih terus mengamati mereka, dari gerak tubuh, Hendi sedang menjelaskan sesuatu, sedangkan Ratini sedang posisi seolah marah. Tak lama kemudian Hendi memegang tangan Ratini, aku kaget dan hanya dapat menutup mulut. Semenit kemudian Hendi merengkuh tubuh Ratini dalam pelukannya."Bagaimana mungkin kakak sepupu semesra itu?" pikirku. Sejurus kemudian aku berinisiatif untuk mengambil ponsel dan merekam tindakan yang di luar nalar itu.Ketika kembali kebalkon, aku tak menemukan lagi kedua sosok itu, sepertinya mereka sudah kembali."Ah! Aku terlambat, harusnya aku dapat bukti bahwa kedekatan mereka bukan kakak beradik tapi sepasang kekasih."***"Umi, nanti malam kita hadiri pesta pernikahan rekan bisnis Abi. Kita berangkat pukul tujuh ya!" ucap Abi saat kami tengah sarapan."Baik, Bi.""Dandan yang cantik permaisuriku!" ucap A

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-10
  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Adil?

    Aku masuk kekamar, siap-siap mendengar apa yang akan terjadi, semoga Abi dapat menemukan orang lain di kamar Ratini. Semenit kemudian masih sepi, aku melangkah maju untuk melepas hijab ketika tiba-tiba pintu tertutup dengan sedikit keras."Astahfirullah...!" aku langsung membalikan badan dan menghadap kepintu, urung menaikan jilbab."Hendi! Ngapain kamu kesini?!" sergahku, hatiku berdegup kencang, rasanya ingin marah dan mengumpat padanya!Dengan senyum santai di berjalan mendekat kearahku! Aku mundur ketika ia makin dekat. Pikiranku kacau dan tak dapat berfikir jernih, apa yang akan dia lakukan padaku, Ya Allahhh... Berilah perlindungan-Mu."Jangan macam-macam kamu, Hendi!" hardikku lagi sebelum dia melangkah lebih dekat."Tenang, Umi. Kita cuma akan berbicara tentang kesepakatan saja! Aku tahu semua di sini mendapat pengaruh besar di dirimu termasu

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-10
  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Serpihan

    "Sepertinya tak adil kalau Abi atau Umi langsung menunjuk salah satu diantara kalian, jadi semalam Abi sudah sepakat sama Umi bahwa siapa yang akan memegang mandat ini akan kami berikan pada salah satu diantara kalian yang tentunya telah memenuhi syarat yang kami tetapkan! Ya kan Umi?" Abi mengalihkan pertanyaannya padaku."Tentu, sebelum aku umumkan syarat itu sebaiknya aku jabarkan dulu tentang amanah ini, memang gampang-gampang susah dan tentunya susah-susah tapi tetap mengembirakan kalau kalian bisa mengontrol pengeluaran yang tiap bulan akan terperinci. Pasti kalian sudah dengan seberapa besar nominal untuk keperluan rumah ini tiap bulannya. Abi memberikan jumplah nominal yang jumplahnya tiap bulan selama Umi yang pegang itu lebih, lebih banyak malah! Hingga ya beginilah Umi, bisa membeli apa yang Umi inginkan."Kulirik Ratini dan Hendi sudah sangat sumringah dan yakin kalau apa yang ia inginkan akan segera terwujud.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-12
  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Curiga

    "I-iya, Bi. Benar apa yang di katakan Mas Hendi!" kali ini Ratini juga ikut menimpali apa yang telah di sampaikan oleh Hendi."Kenapa tak memintaku saja sebagai suaminya yang mengantar, justru pergi diam-diam dengan orang lain?" Abi masih curiga dengan apa yang di lakukan Ratini. Aku mengangguk mengerti, ternyata Abi tak bisa percaya begitu saja!"Aku khawatir Abi kecapean, kan baru hari ini Abi pulang cepet, jadi aku pikir tak ingin menganggu waktu Abi dengan Umi dan Juna!"Naif sekali jawabanya, kami menjadi kambing hitamnya."Sekarang mana hasilnya?" kali ini Abi benar-benar sudah curiga dengan kelakuan istri keduanya."Eee... Dokternya nggak dateng hari ini, jadi udah ngantri tapi akhirnya pulang tanpa hasil. Ya kan, Mas?" tanya Ratini pada Hendi."I-iya, Bi, semua yang di katakan Ratini benar adanya."

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-12
  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Tanda Tanya

    Kucoba amati foto itu dengan segsama, foto yang sudah agak rusak karena terlipat-lipat, tapi aku masih yakin jika foto itu foto pernikahan. Satu pasang laki-laki dan perempuan tengah duduk melakukan ijab kobul."Seperti Ratini si perempuannya? Tapi... " kudekatkan lagi foto itu kemataku, siapa tahu dapat lebih jelas."Bukan Abi, laki-lakinya, aku sangat paham pada suamiku itu!"Aku memijit keningku yang terasa mulai pusing, banyak sekali rahasia Ratini yang benar-benar menjadi misteri. Belum terungkap satu misteri kini sudah muncul lagi misteri lain, sebenarnya siapa Ratini sebenarnya?"Umi... Kita jadi pergi kan?" tiba-tiba Nita mendekat padaku yang masih sedang memegang kening."Umi, Kenapa?" tanyanya kemudian yang melihat aku sedang memegangi sebuah foto."Foto pernikahan siapa ini, Umi?" Nita mengambil foto itu dari tanganku,

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-12
  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Semu

    Terlihat wajah shok pada Umi Sepuh, dia bergeming dengan wajah yang mengeras. Semenit kemudian dia beranjak dari duduknya, Abi memilih diam tanpa kata."Usman, Salma, ikut Umi kekamar!" perintahnya tanpa menoleh. Abi seketika menatapku.Ratini dan Nita hanya saling pandang, mungkin mereka juga canggung dengan situasi seperti ini!"Ayo, Umi!" ajak Abi, seolah Abi tengah was-was tentang apa yang akan di sampaikan oleh Umi Sepuh.Aku mengangguk dan mengikuti langkah Abi menuju ke atas.Di sana Umi Sepuh sudah duduk pada kursi goyangnya, Aku dan Abi memilih duduk di karpet tepat di bawah Umi Sepuh.Wajah Abi tertunduk, tak berani menatap kearah Umi, aku hanya melihat dengan ekor mataku. Dia seolah seorang tertakwa kasus pencurian yang tertangkap basah.Umi Sepuh menghembuskan nafas berat, dia mungkin

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13

Bab terbaru

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Akhir cerita (Tamat)

    Kami melangkah menuju mushala rumah sakit, Umi Sepuh terus saja mengandeng tanganku tanpa terlepas."Kita akan berdo'a disana, meminta pada sang pencipta agar Usman baik-baik saja!" Umi Sepuh berkata yang aku jawab dengan anggukan saja.Setelah salat dan berdo'a, Umi Sepuh membalikan badannya. Dia menatapku sendu."Apa kamu menyesal telah menikah dengan anakku, Sal?" tanya Umi Sepuh tiba-tiba.Aku menggelengkan kepala, "tidak sama sekali, Umi. Salma yakin semua yang terjadi pada Salma adalah garis tuhan yang telah tertuliskan bahkan sebelum Salma lahir.""Selama ini Usman tak pernah memberimu kebahagian, mungkin semua inilah karmanya. Aku sendiri begitu sedih dengan semua ini, apalagi kamu yang telah tersakiti.""Sedih itu manusiawi, Umi. Namun bukan berarti menyesal dan merutuki nasib. Salma ikhlas menjalani semua ini."

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Hasil akhir

    Abi berhenti sejenak, melihat di mana tengah berdiri Ratini dan Hendi. Sedangkan Umi Sepuh terlihat duduk dengan tatapan sendu.Ada apa lagi ini? Batinku. Abi melangkah dengan pelan. Mendekat pada Umi Sepuh yang tengah terduduk."Akhirnya Abi pulang juga! Hai... Mba, gimana kabarnya?" Ratini berbasa basi menanyaiku. Aku sangat yakin jika mereka berdua ada maksud tertentu."Mau apa kamu kesini?" cetus Abi dengan tatapan tak suka.Ratini justru tersenyum, dia seolah sedang mengejek dengan pertanyaan Abi."Senang ya... Sekarang jadi istri satu-satunya Abi Usman sang Sultan!" Ratini berjalan mengitariku. Apa maunya?"Katakan, ada apa kalian datang kesini!" kali ini aku bersuara sedikit lantang."Duh...duh.... Sepertinya dua pasang suami istri ini sudah tak sabar untuk berganti nasib!" Dengan sombong R

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Perjuangan

    Dengan rasa berdebar aku masih terus memandang pada mobil Abi yang baru datang, karena memang semua kaca yang hitam membuat kami tak tahu apakah Abi sendiri atau orang lain.Pak Sobri keluar lebih dulu dari sisi kemudi. Kalau Pak Sobri saja sudah boleh pulang berarti?Pak Sobri membuka pintu sisi belakang, dari samping ada Bagus yang keluar dan belakang Bagus Abi-lah yang menampakan wajahnya."Umi sepuh!" pekiku melihat wanita yang baru saja pintunya dibukakan oleh Pak Sobri.Aku langsung berlari mendekat, rasa haruku tak dapat kutahan lagi."Umi Sepuh baik-baik saja?" tanyaku khawatir pada wanita itu.Dia tersenyum, "aku baik-baik saja, Sal.""Syukurlah, Umi. Salma sangat khawatir.""Tentulah seperti itu, orang yang sudah menganggap Umi sebagai orang tuanya pasti akan sangat mengkh

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Perjalanan hidup

    "Sudah... Ayo kita pergi mengantar Ami dulu, nanti kita bicarakan setelah pulang!" Abi kali ini berkata tenang. Mungkin hanya menutupi saja, aku yakin dia sedang tak baik-baik saja.Aku mengangguk dan keluar, semua sudah siap untuk pergi mengantar Ami kepembaringan terakhir. Bahkan Abi meminta untuk mengantikan orang yang telah siap menopang keranda Ami.Aku dipapah Bik Sani yang juga tak surut tangisnya mengantar kepergian Ami. Sungguh aku tak kuat melihat Ami untuk terakhir kalinya. Saat tubuh Ami dimasukan keliang lahat, aku kembali tergugu, rasanya sesak sekali melihat orang yang telah merawatku dari kecil kini pergi untuk selamanya. Belum lagi aku sempat membalas jasa-jasanya.Abah terlihat tegar, walau aku tahu dia juga sangat kehilangan Ami. Karena selama ini dialah yang telah menemani hari-harinya. Sedangkan aku? Anak satu-satunya jauh darinya. Hingga kadang mereka mengeluh kesepian. Ya Allahhh.

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Pada Masanya

    Aku terbengong ketika Abi mengatakan bahwa kemarin sempat bersitegang merebutkan Nita. Kenapa Abi tak mengatakannya? Apakah ini yang membuat Abi semarah itu padaku, hingga merasa aku tak patut di maafkan! Aku menatap satu persatu dari Mila, Nita sampai Abi. Tak terkecuali Bagus. Mereka hanya terdiam dan lebih banyak mengangguk ketika Abi berkata."Sekarang kalau kamu tak percaya, tanyakan saja pada istriku yang merencanakan semua ini jika sungguh aku tak tahu apa-apa!" Abi menatapku."Maaf, Abi! Aku juga minta maaf, kemarin aku hanya menjalankan kewajibanku sebagai abdi negara dan melindungi Nita yang notabennya masih di bawah umur. Jadi saat aku ketahui bahwa Nita sudah menikah di usianya yang masih belum genap 17 tahun, kami melakukan investigasi."Jadi Bagus ini seorang polisi? Pantas saja tubuh dia begitu atletis."Sekali lagi maafkanku, Bi! Yang menyeret kedalam rana hukum."

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Tetap istiqomah

    Aku berusaha bersikap biasa, Abi masih diam. Tak ada banyak kata seperti biasa, bahkan dia memilih menghindar dariku. Mungkin saja dia masih kecewa atas apa yang telah aku lakukan. Terlebih tenyata Nita memang sudah benar-benar bercerai, aku tahu karena Nita memberitahuku lewat sambungan telfon."Sal! Usman akan pergi keluar kota, coba kamu ikutlah!" perintah Umi Sepuh saat kami makan malam.Kutatap Abi yang masih sibuk makan tanpa terganggu dengan apa yang baru saja disampaikan Umi Sepuh."Tapi, Umi... Salma tak ingin jauh dengan Juna dalam waktu lama. Lagian takut juga menganggu Abi." aku tertunduk, masih ada rasa segan pada Abi."Usman!" kali ini Umi Sepuh beralih pada Abi."Iya, Umi.""Ajaklah istrimu untuk liburan, honeymoon kedua mungkin!""Nanti saja, Umi. Aku pergi untuk urusan bisnis, kalau sampai na

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Kecurangan

    "Dimana si Hendi! Di telfon ngga aktif juga? Bikes banget, mana aku bawa koper sebesar ini lagi!" gerutuku ketika keluar dari Gema Resident. Kalau ada Hendi di sini tak mungkin aku seperti ini. Si@l! umpatku."Awas saja kau bandot Usman. Hartamu pasti akan jatuh ketanganku, aku tinggal tunggu saja kapan waktunya tiba. Membuat Salma yang sombong dan sok alim itu mati kutu!" aku tersenyum sinis, dengan ekor mata kelirik pada bangunan berlantai dua yang baru saja aku tinggalkan.Tin... Tin....Aku terkaget ketika taxi online pesananku sudah tiba di tempat, segera sopir turun untuk membantuku memasukan koper besar kebagasi."Aku pastikan tujuh bulan lagi akan datang menemui mereka dan mengejutkan tentang apa yang akan aku berikan padanya!" aku kembali terngiang tentang bagaimana membuat sebuah perjanjian yang akan membuat aku mendapatkan k

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Hina

    "Apa yang akan kamu katakan, Usman?" cetus Umi Sepuh, "Kamu mau mengatakan tentang Nita kan? Tentang perjanjian Nita dengan Salma. Tentang kenapa Nita sampai Salma bayar untuk menjadi istrimu!"Seketika mata Abi membulat, seolah kaget dengan apa yang baru saja Umi Sepuh katakan."U-Umi Sepuh sudah tahu?" Abi bertanya dengan tergagap."Ya! Kenapa? masih mau menyalahkan Salma!"Abi terdiam, entah apa yang bergelayut dalam pikirannya. Untung saja aku sudah ceritakan semuanya terlebih dahulu pada Umi Sepuh.©©©©Kemarin...Tok... Tok...."Umi Sepuh memanggil Salma?""Iya, Sal. Masuklah!"Akupun segera masuk dan duduk tepat di sisinya, di sofa ruangan bekas kantor Abah Said.&nb

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Pengharapan

    "Eh, Umi Sepuh! Nggak papa kok, Mi! Ini temen Salma aja di telfon nggak diangkat-angkat takutnya dia sedang dalam keadaan gawat darurat!" ucapku berbohong, semoga Umi Sepuh tak curiga."Oh! Pantes wajahmu panik begitu, semoga temanmu itu tak kenapa-kenapa!""Iya, Mi....""Oh, ya, kamu pernah mau cerita tentang masalalu Nita sama Umi, boleh dong kalau sekarang saja? Umi penasaran banget tentang dia!" kali ini ucapan Umi membuat aku tak berkutik. Aduh! Bagaimana ini, apa aku cerita sekarang saja.Kring...Tiba-tiba Hpku berdering, kulihat nama Mila. Alhamdulillah, akhirnya."Sebentar ya, Umi. Salma angkat telfon dulu." Umi mengangguk, aku mulai menjauh dengan Umi Sepuh. Aku sangat yakin Mila akan mengabarkan sesuatu yang akan membantuku menyelesaikan masalah."Assalamualaikum, Hallo, Mil. Bagaimana?

DMCA.com Protection Status