Share

Rumah Sakit

Penulis: Pipit Aisyafa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-09 11:41:05

"Aww... Sakit!" lengkuhnya memegangi perut. 

"Adek!" teriak Abi segera mendekat, aku dan Adik kedua mendekat. Dari bawah gamisnya terlihat darah segar mengalir. 

"Ayo, Umi. Bantu Abi, ayo, Dek!" ajaknya juga pada Nita. Kami mengangguk dan segera membawa Ratini keluar, memanggil supir yang dengan sigap langsung membukakan pintu. 

Aku duduk dengan memangku kepala Ratini, dia masih melengkuh kesakitan. Sedangkan Abi meminta kunci karena dia yang akan membawa mobilnya. Duduk di depan bersama Nita. 

Abi melanjukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, kami sendiri was-was. Bahkan terlihat tegang pada wajah Nita yang duduk di depan. 

"Abi... Sakit!" lengkuh Ratini, dalam kondisi seperti ini saja masih manja. 

"Istihfarr, Dik!" ucapku sambil menenangkan tapi tetap. Saja dia tak mau diam, justru tanganya menggapai-gapai jok dimana Abi duduk.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
kmu rekam umi kata2 nya dn kmu ikutin klo keluar fia pergi kemana kmu cari orang proposional tuk ikutin Ratini dn kmu suru cari data nya siapa Ratini aslinya gpp kmu byr mahal yg penting tuk menydarkan suami mu mencari istri ..
goodnovel comment avatar
Yanyan
umi jangan diam aja.. bongkar kebusukan si madu busuk
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Harusnya rekam umi biar ada bukti
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Keadaan

    "Sus!" panggilku pada seorang perawat yang mengecek keadaan Ratini."Iya, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" jawabnya dengan sopan."Cuma mau nanya kenapa pasien terus merancau ya?""Ohh... Itu karena dia masih di bawah alam sadar, Bu. Layaknya kita tidur dan kita sedang bermimpi. Terbawa oleh semua kehidupan sehari-hari yang ada di pikirannya!"Aku mengangguk mengerti, setelahnya suster izin meninggalkan ruangan. Kupandangi wajah Ratini yang masih dengan tenangnya terpejam.Ketika aku menjalankan salat, Ratini siuman. Abi lah nama pertama dia cari, aku segera menyelesaikan salatku dan langsung menghampiri Ratini yang telah membuka mata."Mbak, di mana Abi?" tanyanya penasaran."Abi pulang, Dik Nita kurang enak badan!" jawabku.Seketika wajahnya cemberut, menandakan ketidak sukaannya. Dia men

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-09
  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Kepulangan

    Sampai rumah lumayan sudah agak malam, karena kami sempat mampir di sebuah rumah makan sederhana. Kenapa tak di restoran? Itulah uniknya Abi, walau uang melimpah, harta di mana-mana tak membuat dia sombong dan angkuh pada pengusaha kecil. Baginya lebih baik makan di rumah makan biasa asal higenis. Bukan karena pelit, tapi baginya dari pada makan di restoran yang kadang menunya sama tapi harganya lebih tinggi. Lebih baik membantu usaha kecil untuk terus berkembang dengan membelinya."Umi!" panggilnya ketika aku hendak naik keatas."Iya, Bi?" aku menghentikan langkahku."Apa Umi jadi bicara sama Abi?" tanyanya."Kalau Abi punya waktu dan ngga menganggu waktu istirahat Abi.""Nggak kok, Mi! Ayo...!" ajaknya yang langsung merangkul pundakku."Malam ini Abi tidur tempat Umi, Adek tidur aja dulu ya!" perintah Abi pada Nita yang b

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-09
  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Awal di mulai

    "Siapa dia, Umi?" tanya Nita."Entahlah, yang jelas kamu harus waspada, Ratini perempuan licik, dia bagai belut yang sulit di tangkap jadi tak menutup kemungkinan kalau Hendi juga suruhannya bahkan kaki tangannya untuk menyingkirkan kita dari rumah ini. Kita harus berhati-hati!""Iya, Umi.""Baik, aku keluar dulu menemuinya, pergilah istirahat kekamar!" Nita mengangguk dan langsung naik kelantai atas, aku bergegas kedepan untuk menemui Hendi.Seorang laki-laki tinggi dengan postur tergap tengah berdiri dengan tangan di pinggang."Seperti bos saja!" pikirku."Assalamualaikum... Ada yang bisa bantu?" tanyaku basa-basi."Wa-Waalaikumsalam," jawabnya tergagap. Kaget seperti melihat hantu saja!"Aku di sini mau bertemu dengan nyonya di sini!" jawabnya tanpa rasa sungkan.&nb

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-09
  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Sedikit Ganjalan

    Sampai rumah Ami hari sudah malam, aku merasa benar-benar letih dan langsung membersihkan diri. Kemudian tidur, bahkan Ami membuatkan wedang jahe saja lupa kumunim hingga pagi menjelang."Assalamualaikum, Abi," sapaku lewat seberang telfon."Waalaikumsalam, Gimana Umi. Apa Abah dan Ami sehat?" tanya Abi."Alhamdulilahh, mereka sehat, Bi. Abi ngga ada masalah kan?" tanyaku."Ngga ada Umi, selesaikan dulu urusanmu, lancar kan tanpa kendali? ""Alhamdulilahh lancar, Abi. Semua bisa Umi atasi. Sore ini Umi pulang."Kudengar dari sebrang sana bagaimana Ratini dengan suara manja, seolah menunjukan bahwa dia begitu romantis ketika tak ada aku di sana. Bahkan kudengar dia juga meminta secepatnya untuk menyelesaikan telfonnya."Abi, Umi mau bicara penting. Apa Abi bisa menjauh dulu dari Dik R

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-09
  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Sisi Laki-laki

    "Baik, Pak! Semua sudah diatur, sekarang Bapak tinggal tunggu saja di resto yang sudah disepakati!" ucap Dirga--Asisten kepercayaanku. Hari ini ada klien yang ingin bertemu membahas saham, meminta agar lebih nyaman untuk bertemu sambil makan siang."Ayo kita berangkat!" ucapku setelah melihat jam menunjukan pukul sebelas siang.Setelah sampai tak berapa lama klienku datang, hasilnya sangat memuaskan, tanpa pikir panjang mereka yang selaku perusahaan Internasional dengan mudah menyetujui semua yang kami tawarkan."Baik, Pak Usman. Saya pergi dulu." kami saling berjabat tangan dan kemudian pergi meninggalkan resto."Dir, tolong beresi semua berkas, saya mau ketoilet dulu!" Dirga mengangguk dan langsung mengerjakan apa yang aku suruh. Baru beberapa langkah aku meninggalkan meja tanpa sengaja aku yang tengah bermain HP menabrak seorang perempuan.Brukk..

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-09
  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Kebusukan

    "Ada apa, Dik? Katakan!" bujukku pada Nita yang masih dengan wajah ketakutan, Ratini masuk dan ikut nimbrung duduk di sebelah kiri Nita. Kulihat Nita melirik Ratini juga."Katakan, Dik. Ada Umi di sini, Kalau ada orang yang mau jahatin kamu, Umi lah orang pertama yang akan bertindak!" ucapku seraya mengengam tangan Nita agar ketakutannya berkurang."Ta-takut, Umi! Hikz... Hikz.... " sepertinya Nita masih ketakutan, akupun tak ingin memaksanya, kubiarkan dulu agar dia tenang. Kuajak dia Ratini juga keluar, aku tak ingin dia juga menganggu Nita, setidaknya biarkan dia berfikir jernih.Sore hari aku sengaja membuatkan teh aroma therapy untuk Nita, kuketuk pintu. Terlihat dia sudah sedikit agak tenang."Minumlah, ini bisa merilekskan tubuh serta pikiranmu!" kusodorkan padanya.Dia menerima dengan mengucapkan terima kasih, aku sedikit lega melihat dia sudah aga

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-10
  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Teringat

    Aku masih terus mengamati mereka, dari gerak tubuh, Hendi sedang menjelaskan sesuatu, sedangkan Ratini sedang posisi seolah marah. Tak lama kemudian Hendi memegang tangan Ratini, aku kaget dan hanya dapat menutup mulut. Semenit kemudian Hendi merengkuh tubuh Ratini dalam pelukannya."Bagaimana mungkin kakak sepupu semesra itu?" pikirku. Sejurus kemudian aku berinisiatif untuk mengambil ponsel dan merekam tindakan yang di luar nalar itu.Ketika kembali kebalkon, aku tak menemukan lagi kedua sosok itu, sepertinya mereka sudah kembali."Ah! Aku terlambat, harusnya aku dapat bukti bahwa kedekatan mereka bukan kakak beradik tapi sepasang kekasih."***"Umi, nanti malam kita hadiri pesta pernikahan rekan bisnis Abi. Kita berangkat pukul tujuh ya!" ucap Abi saat kami tengah sarapan."Baik, Bi.""Dandan yang cantik permaisuriku!" ucap A

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-10
  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Adil?

    Aku masuk kekamar, siap-siap mendengar apa yang akan terjadi, semoga Abi dapat menemukan orang lain di kamar Ratini. Semenit kemudian masih sepi, aku melangkah maju untuk melepas hijab ketika tiba-tiba pintu tertutup dengan sedikit keras."Astahfirullah...!" aku langsung membalikan badan dan menghadap kepintu, urung menaikan jilbab."Hendi! Ngapain kamu kesini?!" sergahku, hatiku berdegup kencang, rasanya ingin marah dan mengumpat padanya!Dengan senyum santai di berjalan mendekat kearahku! Aku mundur ketika ia makin dekat. Pikiranku kacau dan tak dapat berfikir jernih, apa yang akan dia lakukan padaku, Ya Allahhh... Berilah perlindungan-Mu."Jangan macam-macam kamu, Hendi!" hardikku lagi sebelum dia melangkah lebih dekat."Tenang, Umi. Kita cuma akan berbicara tentang kesepakatan saja! Aku tahu semua di sini mendapat pengaruh besar di dirimu termasu

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-10

Bab terbaru

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Akhir cerita (Tamat)

    Kami melangkah menuju mushala rumah sakit, Umi Sepuh terus saja mengandeng tanganku tanpa terlepas."Kita akan berdo'a disana, meminta pada sang pencipta agar Usman baik-baik saja!" Umi Sepuh berkata yang aku jawab dengan anggukan saja.Setelah salat dan berdo'a, Umi Sepuh membalikan badannya. Dia menatapku sendu."Apa kamu menyesal telah menikah dengan anakku, Sal?" tanya Umi Sepuh tiba-tiba.Aku menggelengkan kepala, "tidak sama sekali, Umi. Salma yakin semua yang terjadi pada Salma adalah garis tuhan yang telah tertuliskan bahkan sebelum Salma lahir.""Selama ini Usman tak pernah memberimu kebahagian, mungkin semua inilah karmanya. Aku sendiri begitu sedih dengan semua ini, apalagi kamu yang telah tersakiti.""Sedih itu manusiawi, Umi. Namun bukan berarti menyesal dan merutuki nasib. Salma ikhlas menjalani semua ini."

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Hasil akhir

    Abi berhenti sejenak, melihat di mana tengah berdiri Ratini dan Hendi. Sedangkan Umi Sepuh terlihat duduk dengan tatapan sendu.Ada apa lagi ini? Batinku. Abi melangkah dengan pelan. Mendekat pada Umi Sepuh yang tengah terduduk."Akhirnya Abi pulang juga! Hai... Mba, gimana kabarnya?" Ratini berbasa basi menanyaiku. Aku sangat yakin jika mereka berdua ada maksud tertentu."Mau apa kamu kesini?" cetus Abi dengan tatapan tak suka.Ratini justru tersenyum, dia seolah sedang mengejek dengan pertanyaan Abi."Senang ya... Sekarang jadi istri satu-satunya Abi Usman sang Sultan!" Ratini berjalan mengitariku. Apa maunya?"Katakan, ada apa kalian datang kesini!" kali ini aku bersuara sedikit lantang."Duh...duh.... Sepertinya dua pasang suami istri ini sudah tak sabar untuk berganti nasib!" Dengan sombong R

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Perjuangan

    Dengan rasa berdebar aku masih terus memandang pada mobil Abi yang baru datang, karena memang semua kaca yang hitam membuat kami tak tahu apakah Abi sendiri atau orang lain.Pak Sobri keluar lebih dulu dari sisi kemudi. Kalau Pak Sobri saja sudah boleh pulang berarti?Pak Sobri membuka pintu sisi belakang, dari samping ada Bagus yang keluar dan belakang Bagus Abi-lah yang menampakan wajahnya."Umi sepuh!" pekiku melihat wanita yang baru saja pintunya dibukakan oleh Pak Sobri.Aku langsung berlari mendekat, rasa haruku tak dapat kutahan lagi."Umi Sepuh baik-baik saja?" tanyaku khawatir pada wanita itu.Dia tersenyum, "aku baik-baik saja, Sal.""Syukurlah, Umi. Salma sangat khawatir.""Tentulah seperti itu, orang yang sudah menganggap Umi sebagai orang tuanya pasti akan sangat mengkh

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Perjalanan hidup

    "Sudah... Ayo kita pergi mengantar Ami dulu, nanti kita bicarakan setelah pulang!" Abi kali ini berkata tenang. Mungkin hanya menutupi saja, aku yakin dia sedang tak baik-baik saja.Aku mengangguk dan keluar, semua sudah siap untuk pergi mengantar Ami kepembaringan terakhir. Bahkan Abi meminta untuk mengantikan orang yang telah siap menopang keranda Ami.Aku dipapah Bik Sani yang juga tak surut tangisnya mengantar kepergian Ami. Sungguh aku tak kuat melihat Ami untuk terakhir kalinya. Saat tubuh Ami dimasukan keliang lahat, aku kembali tergugu, rasanya sesak sekali melihat orang yang telah merawatku dari kecil kini pergi untuk selamanya. Belum lagi aku sempat membalas jasa-jasanya.Abah terlihat tegar, walau aku tahu dia juga sangat kehilangan Ami. Karena selama ini dialah yang telah menemani hari-harinya. Sedangkan aku? Anak satu-satunya jauh darinya. Hingga kadang mereka mengeluh kesepian. Ya Allahhh.

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Pada Masanya

    Aku terbengong ketika Abi mengatakan bahwa kemarin sempat bersitegang merebutkan Nita. Kenapa Abi tak mengatakannya? Apakah ini yang membuat Abi semarah itu padaku, hingga merasa aku tak patut di maafkan! Aku menatap satu persatu dari Mila, Nita sampai Abi. Tak terkecuali Bagus. Mereka hanya terdiam dan lebih banyak mengangguk ketika Abi berkata."Sekarang kalau kamu tak percaya, tanyakan saja pada istriku yang merencanakan semua ini jika sungguh aku tak tahu apa-apa!" Abi menatapku."Maaf, Abi! Aku juga minta maaf, kemarin aku hanya menjalankan kewajibanku sebagai abdi negara dan melindungi Nita yang notabennya masih di bawah umur. Jadi saat aku ketahui bahwa Nita sudah menikah di usianya yang masih belum genap 17 tahun, kami melakukan investigasi."Jadi Bagus ini seorang polisi? Pantas saja tubuh dia begitu atletis."Sekali lagi maafkanku, Bi! Yang menyeret kedalam rana hukum."

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Tetap istiqomah

    Aku berusaha bersikap biasa, Abi masih diam. Tak ada banyak kata seperti biasa, bahkan dia memilih menghindar dariku. Mungkin saja dia masih kecewa atas apa yang telah aku lakukan. Terlebih tenyata Nita memang sudah benar-benar bercerai, aku tahu karena Nita memberitahuku lewat sambungan telfon."Sal! Usman akan pergi keluar kota, coba kamu ikutlah!" perintah Umi Sepuh saat kami makan malam.Kutatap Abi yang masih sibuk makan tanpa terganggu dengan apa yang baru saja disampaikan Umi Sepuh."Tapi, Umi... Salma tak ingin jauh dengan Juna dalam waktu lama. Lagian takut juga menganggu Abi." aku tertunduk, masih ada rasa segan pada Abi."Usman!" kali ini Umi Sepuh beralih pada Abi."Iya, Umi.""Ajaklah istrimu untuk liburan, honeymoon kedua mungkin!""Nanti saja, Umi. Aku pergi untuk urusan bisnis, kalau sampai na

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Kecurangan

    "Dimana si Hendi! Di telfon ngga aktif juga? Bikes banget, mana aku bawa koper sebesar ini lagi!" gerutuku ketika keluar dari Gema Resident. Kalau ada Hendi di sini tak mungkin aku seperti ini. Si@l! umpatku."Awas saja kau bandot Usman. Hartamu pasti akan jatuh ketanganku, aku tinggal tunggu saja kapan waktunya tiba. Membuat Salma yang sombong dan sok alim itu mati kutu!" aku tersenyum sinis, dengan ekor mata kelirik pada bangunan berlantai dua yang baru saja aku tinggalkan.Tin... Tin....Aku terkaget ketika taxi online pesananku sudah tiba di tempat, segera sopir turun untuk membantuku memasukan koper besar kebagasi."Aku pastikan tujuh bulan lagi akan datang menemui mereka dan mengejutkan tentang apa yang akan aku berikan padanya!" aku kembali terngiang tentang bagaimana membuat sebuah perjanjian yang akan membuat aku mendapatkan k

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Hina

    "Apa yang akan kamu katakan, Usman?" cetus Umi Sepuh, "Kamu mau mengatakan tentang Nita kan? Tentang perjanjian Nita dengan Salma. Tentang kenapa Nita sampai Salma bayar untuk menjadi istrimu!"Seketika mata Abi membulat, seolah kaget dengan apa yang baru saja Umi Sepuh katakan."U-Umi Sepuh sudah tahu?" Abi bertanya dengan tergagap."Ya! Kenapa? masih mau menyalahkan Salma!"Abi terdiam, entah apa yang bergelayut dalam pikirannya. Untung saja aku sudah ceritakan semuanya terlebih dahulu pada Umi Sepuh.©©©©Kemarin...Tok... Tok...."Umi Sepuh memanggil Salma?""Iya, Sal. Masuklah!"Akupun segera masuk dan duduk tepat di sisinya, di sofa ruangan bekas kantor Abah Said.&nb

  • Kubalas Madu dengan Manisnya Madu   Pengharapan

    "Eh, Umi Sepuh! Nggak papa kok, Mi! Ini temen Salma aja di telfon nggak diangkat-angkat takutnya dia sedang dalam keadaan gawat darurat!" ucapku berbohong, semoga Umi Sepuh tak curiga."Oh! Pantes wajahmu panik begitu, semoga temanmu itu tak kenapa-kenapa!""Iya, Mi....""Oh, ya, kamu pernah mau cerita tentang masalalu Nita sama Umi, boleh dong kalau sekarang saja? Umi penasaran banget tentang dia!" kali ini ucapan Umi membuat aku tak berkutik. Aduh! Bagaimana ini, apa aku cerita sekarang saja.Kring...Tiba-tiba Hpku berdering, kulihat nama Mila. Alhamdulillah, akhirnya."Sebentar ya, Umi. Salma angkat telfon dulu." Umi mengangguk, aku mulai menjauh dengan Umi Sepuh. Aku sangat yakin Mila akan mengabarkan sesuatu yang akan membantuku menyelesaikan masalah."Assalamualaikum, Hallo, Mil. Bagaimana?

DMCA.com Protection Status