Share

Bab 106. Menjemput di Pondok

Aku mengetuk-ngetuk jemariku di atas dasbor dengan tangan satunya menopang daguku. Kuamati pintu pondok dengan seksama dengan berharap ada seorang santri yang keluar.

Detik hingga menit berganti namun apa yang aku tunggu tak kunjung keluar.

Iseng-iseng aku menatap diri ini ke spion. Wajahku ternyata sangat kusut. Bibirku pun pucat tak sempat terpoles oleh lipstik. Aku pun menilik ke bawah. Aku memakai sandal jepit dan celana kulot serta blazer berwarna biru muda. Aku menggigit bibir ini, apa kata orang nanti saat melihat diriku yang sangat berantakan ini. Juga Zen.

Ah, Biarlah. Masa bodo dengan pandangan Zen ke aku nanti.

Kutahan rasa kantukku dengan mengucek kedua mata ini juga sesekali melebarkan kelopak mata.

Hingga apa yang aku tunggu membuahkan hasil. Suara pintu gerbang pondok terdengar. Segera aku keluar menyambut saat melihat seorang santri keluar dengan handuk terselampir di pundaknya.

“Assalamualaikum, Mas. Mas kenapa dengan Zen? Ahmad Zaenal? Boleh minta tolong?“

“Kenal,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status