****
Sesampainya di rumah Adzanna selalu tidak lupa untuk membuka pintu kamar orang tuanya terlebih dahulu, Adzanna menengok di balik pintu melihat Ibunya yang sedang beristirahat di kamar dengan keadaan kasur yang sudah tipis, ranjang bekarat, tembok yang menuai, jendela yang sudah terukir oleh gigi rayap, ditambah lagi atap yang seringkali bocor jika di guyur hujan. Tak kuasa melihat Ibunya terbaring lemah menahan sakit yang sudah lama ia derita, rintik air mata membasahi pipi Adzanna.
"Aku, yakin. Ibu pasti sembuh ..." ucapnya pelan.
Apapun tampilan Adzanna sekarang yang sering dibilang cewek tomboy, dingin, jutek, galak, bodo amatan, cewek yang tidak pernah netesin air mata, cewek yang tidak pantas menangis, sama halnya seperti seorang laki-laki dia harus kuat. Tetapi jika dia merasa ada yang menyentuh hatinya bahkan menyayat hatinya seperti keadaan yang sedang dilihat dia tidak bisa setegar tampilannya, dia bisa berubah menjadi gadis yang cengeng.
Semua ini bentuk dari kasih sayang, bahwa dia tidak mau kehilangan orang yang sudah mengandungnya selama 9 bulan. Begitu juga penampilannya yang tomboy, belum tentu hati dan perilakunya seperti seorang laki, dia juga gadis yang baik hati, penyayang, di rumah juga selalu membereskan pekerjaan perempuan. Tak lain yang dia tutupi adalah penampilannya, Adzanna ingin sekali berpenampilan layaknya perempuan tetapi keadaan memaksa dia harus berpenampilan seperti laki-laki. Seperti apapun tampilannya tidak semua mencerminkan hati dan perilakunya.
****
Hari Selasa pukul 11.00 siang jam mata pelajaran olahraga aktivitas di outdoor. Matahari belum tepat di atas kepala tetapi rasanya sudah mau pingsan berada di bawahnya tidak ada sama sekali tiupan angin yang berhembus membuat keringat membasahi baju. Sebelum memulainya harus ada pemanasan terlebih dahulu."Ayo, Anak-anak rentangkan kedua tangan kalian?" perintah pak Eka. Guru mata pelajaran olahraga.
Azka berada di samping Adzanna, tangan Adzanna tidak sengaja menyerempet hidung Azka saat merentangkan tangannya, mengalir deras cairan berwarna merah terang berupa darah yang keluar dari hidung Azka bisa dibilang mimisan, baru saja menyerempet apalagi menonjok bisa di bayangkan hidung Azka seperti apa.
"Aww sakit," ucap Azka lirih.
Sontak teman-teman lainya kaget melihat tangan Azka yang sudah berlumur darah akibat memegangi hidungnya agar tidak terlalu banyak darah yang keluar, namun na-as panas yang begitu terik membuat darah Azka mengalir terus menerus.
"AZKA!!" Adzanna melototkan matanya.
"Sorry-sorry gue ngga sengaja," ucapnya lagi sambil memegangi tubuh Azka yang sudah lemas, tubuhnya tidak kuat lagi untuk berdiri.
"Tolong yang Laki-laki bantuin Azka ke UKS." Perintahnya pak Eka.
Siapa lagi kalo bukan Fathar dan Anrez dia yang membawa Azka ke UKS sambil di ikuti Adzanna di belakangnya, Adzanna tidak enak hati kalau tidak sampai mengantarkan Azka ke UKS. Di tengah perjalanan Azka sudah tidak sadarkan diri membuat Adzanna menggigit bibir bawahnya dia takut terjadi apa-apa terhadap Azka apalagi jika kekurangan darah. Sesampainya di UKS 2 cowok itu langsung berteriak memanggil dokter yang jaga di UkS untuk segera menolong Azka.
Semua darah sudah dibersihkan tetapi Azka tidak kunjung sadar. Membuat Adzanna terenyuh.
Sifat yang dingin dan bodoamatan hilang seketika melihat cowok terbaring lemas dengan keadaan tidak sadarkan diri karena ulah ketidak sengajaan itu.
"Darah nya udah berhenti, ngga papa ini cuman kaget aja, sebentar lagi juga siuman," kata dari, Bu Amel dokter yang jaga.
"Baik Bu, terima kasih," ucap Adzanna.Bu Amel pergi meninggalkan ruang UKS itu.
"Gue harus kabarin kakak nya nih," ujar Fathar
"Ya, udah buru! dia harus tauu keadaan adiknya," sahut Anrez.
Fathar segera mengeluarkan HP-nya di saku celananya, lalu memilih salah satu kontaknya yang bertuliskan 'kak Arka' nomer yang di tuju Fathar. Walaupun Azka ini murid baru tetapi Fathar sudah lama kenal Azka jadi banyak yang tau tentang nya begitu juga Kakak dari Azka yang tak lain adalah Arka kakak kelasnya sendiri. Namun sayang tidak mengangkatnya karena kelas 12 ada simulasi ujian.
Ada 2 anak cowok yang datang ke UKS mereka nyamperin fathar dan Anrez untuk kembali melanjutkan praktik olahraganya Karena suruhan dari pak Eka, tinggal Adzanna sendiri yang menemani Azka.
Beberapa menit kemudian mata Azka terbuka pelan bibirnya tesenyum tipis melihat samar ada seorang perempuan berdiri di sampingnya dengan wajah cantik. Adzanna nampak Girang melihat mata Azka terbuka.
"Azka, Lo nggak papa?" masih dengan wajah khawatir.
"Nggak papa gimana, Sakit tau," ketus Azka.
"Ya, Sorry gue ngga sengaja," cap Adzanna dengan wajah manyun nya itu.
Azka mengangkat tubuhnya pelan sambil memegangi hidungnya.
"Lo, mau kemana?" tany Addzana.
"Gue mau ke kelas, bosen di sini," sahutnya.
"Udah tiduran dulu! Lo kan masih sakit biar gue temenin di sini." Wajah Adzanna terpampang kesal karena Azka keras kepala.
"Minggir!" seru Azka.
"Enggaa!" bantah Adzanna.
"Minggir!" seru Azka lagi.
Adzanna menyergah badan Azka yang ingin menyerobot pergi.
"Engg-"
Akhirnya lagi dan lagi, sekarang tubuh Azka jatuh di d*d* Adzanna membuat mereka bertatapan. Pipi Adzanna kembali berwarna merah muda, jantungnya kembali berdegup.
4 Sekawan diantaranya Fathar Anrez Risya dan Jina Yang tadinya mau masuk melihat keadaan Azka, jadi tepotong dan diam di tempat melihat mereka berdua sedang bermesraan yang tidak sengaja, dan menuntut mereka mengintip di balik jendela.
2 menit kemudian Fathar mengawali masuk ke dalam dan di ikuti mereka bertiga.
"Ehemm," pekik Fathar.
Mereka berdua terkaget-kaget mengalihkan tatapannya dan Adzanna bangkit untuk berdiri.
" Oh, noo meskipun cita-cita gue menjadikan Azka imam gue, tapi gue lebih ngeship sama Lo berdua," salut Risya Sambil kakinya bergema di lantai."Lo, berdua cocok yang cewek cantik, yang cowok ganteng." Kekaguman terpampang di wajah Jina."Apaan, sih kalian," ketus Adzanna sambil pergi meninggalkan ruang UKS.***Pulang sekolah tiba, kebiasaan Azka menunggu Adzanna dari depan pintu kelas."Na, Lo bisa kan?" tanya Azka."Eumm sorry banget, ya gue ada rapat eskul hari ini.""Bukanya kemarin Lo udah eskul," tutur Azka dengan wajah bingung."Iya, sih tapi hari ini ada lagi," ucap Adzanna dengan memperlihatkan isi pesan grup di WhatsApp.Beperapa detik kemudian ada 1 cowok yang menghampiri Adzanna ciri-cirinya berbadan kekar dan cool. Arka Pratama Yunanda, kaka kandung dari Azka cowok yang keliatan berwibawa, tampil cooll, dan badanya kekar sekaligus ketua eskul beladiri. Tetapi soal tampan lebih tampan Azka dari Arka Idaman para
"By the way Bapak Lo pekerja apa," tanya Azka."Bapak, gue biasalah oreng kecil pekerjaan nya kalo ada orang nyuruh aja," jawab Adzanna.Azka mengatukan kepalanya pelan."Lo sendiri." Adzanna balik tanya."Bapak gu–" kata-katanya tepotong seorang pelayan datang membawa makanan mereka."Silahkan, Kak." Sambil meletakan makanan nya di atas meja.Mereka melanjutkan perbincangan tetapi tidak melanjutkan yang terpotong tadi."Oiya, Lo Anak semata wayang?" tanya Azka lagi."Gue anak bungsu dari 2 bersaudara, tapi Kakak Gue udah pergi duluan 2 tahun yang lalu di Australia.""Lo sendiri," tanya lagi pada Azka.Azka tertawa kecil. "Bukanya Lo udah tau siapa saudara gue.""Ka Arka?" tanya nya dengan wajah datar."Ya, iyala siapa lagi coba," jawabnya.Setelah mereka berbincang-bincang kemudian Azka mengantar pulang Adzanna ke rumahnya****ssttt motor gede berh
"Woii, nyari mati Lo, ya." Adzanna menggebu. Tubuhnya yang jatuh dalam keadaan berbaring. Pelan-pelan di angkat untuk duduk. Beberapa menit kemudian dari jauh Azka melihat samar seperti Adzanna di tepi jalan raya sedang mengelus lututnya yang terluka. Sebuah motor gede berhenti tepat di depan Adzanna. "Adzanna Lo kenapa?" Azka membelalak. Dalam hatinya senang ada yang menolong tapi kenapa harus Azka yang menolong, sikapnya kembali dingin. "Nggak papa," ucapnya datar. "Lo luka, Na, yuk kerumah sakit," ujarnya dengan memegang sikut yang juga terluka akibat tergores aspal. "Manja banget, sih segini doang juga," sahutnya dengan sinis. "Minggir!" ucap sinis Adzanna dengan membenarkan sepedanya yang jatuh. Melihat rantainya yang lepas Adzanna melirik sana sini siapa tau melihat ada bengkel yang terdekat. Muka mayunnya terpampang di wajah Adzanna. Azka tertawa kecil. "
Orang berbadan besar, kekar menyergah jalanya sepeda Adzanna. Shitt .... suara rem dadakan seperti tahu bulat ini hampir nyaris membuat Adzanna terpental. "Mau kemana gadis cantik? ikut Abang, yuk," ajaknya dengan penuh rayuan. Adzanna mengerutkan kening, turun dari sepeda nya, menengok ke belakang. Azka belum juga menampakan batang hidungnya. Azka menerima telepon dari sang Ayah terlebih dahulu, oleh sebab itu dia tertinggal jauh. Tidak ada raut wajah takut sedikit pun dari Adzanna dia sudah biasa menghadapi preman-preman brutal penagih utang. Namun, kali ini Adzanna nampak gelisah takut akan preman-preman itu yang jumlahnya lebih banyak dari hari-hari sebelumnya, membuat kewalahan untuk menghadapi. Adzanna berkacak pinggang menantang preman itu. "Lo Mau Nyari mati lagi?" ketus nya. "Sini maju kalau berani," ucapnya lagi menantang preman itu. kheemm! Deham seseorang dari arah kanan tak lain adalah pak Baskoro se
"Ciatt ciatt!" suara lantang dari Pak Andit yang sedang melatih Putri bungsu nya (Adzanna Ananditya) bela diri di depan rumah."Huftth." Adzanna menghela nafas kasar sembari duduk di tanah yang berumput."Udah dulu, Ya, Yah Adzanna cape. Mau istirahat dulu, sekalian mandi udah sore." Sambil mengelap keringat yang ada di keningnya menngunakan sapu tangan."Ya, sudah. Mandi dulu sana ... " ucapnya dengan lembut."Tapi katanya Ayah mau bicara sama Adzanna, by the way mau bicara apa, Yah?" tanya Addzana, dengan wajah penasaran."Ayah mau bilang, Ayah mengajarimu seperti ini untuk melindungi dirimu sendiri dari kejahatan, jangan sesekali berbuat semau mu, apalagi pukul-pukul ngga jelas, ingat!! jangan terlalu agresif.""Siap komandan!!" seru Addzana ."Aku juga paham kok, Yah apa yang Ayah ajarin ini sangat membantu Adzanna, ketika Adzanna diganggu orang jahat bahkan preman sekalipun." Sahutnya lagi.Adzanna masuk ke dalam rum
Adzanna membalikan badan ke bangku yang berada di belakanya tempat 2 sahabatnya duduk."Sya, Lo liat bolpoint gue ngga?" tanya Adznna pada risya."Hallo juga calon imanku ... " jawab Risya nyeleneh, sambil meletakan kedua tangan di dagu seperti cibi-cibi dengan pandangan lurus ke depan menatap Azka. Risya tidak mendengar Adzanna bertanya dia hanya fokus melihat Azka dan menjawab perkenalan nya tadi."Lo halu ya? gue tanya apa jawabnya apa. Emang dasar Lo, stres tau ngga!" ucap Zana dengan wajah bingung dan menggelengkan kepalanya."Na, Lo liat ngga?" tanya Adzanna pada Jina."I am fall in love for you ... " jawab jina juga dengan nyeleneh, sama seperti Risya jawaban yang tidak masuk akal di balik pertanyaan nya Adzanna.Adzanna membalikan lgi badanya ke depan lalu mencarinya di kolong- kolong meja, dia tidak menyadari adanya murid baru dia terus sibuk mencari ballpoint nya yang hilang."Azka silakan duduk di kursi yang kos
Adzanna melepaskan pulirannya."Sial, sakit goblok!" Azka menyeringai sambil memijat lengannya.Mendekatkan wajahnya ke telinga Adzanna dan berbisik."Cantik sih, tapi pelit," ucapnya.Adzanna memberikan setengah senyumnya dan memutar bola matanya.Waktu istirahat tiba, Fathar menepuk bahu Azka dari belakang lalu kedepan menghadap wajahnya."Bro, kenalin gue Fat-" belum usai bicara dia sudah memotongnya sendiri, sambil membuka mata lebar dan mendekatkan wajahnya ke Azka, mereka saling bertatapan seperti orang yang akan berkelahi.Detik kemudian"Fathar.""Azka," pekik mereka secara bersamaan."Kalian udah pada kenal?" tanya Adzanna."Ini temen gue waktu SD," jawab Azka."O." Hanya 1 huruf saja yang terucap di bibir Adzanna."Oiya, si Anrez sekolah dimana? disini juga kan? terus di kelas mana? tanya Azka tanpa jeda membuat matanya melirik sana sini."Dia di kelas ini, orang nya lag
Orang berbadan besar, kekar menyergah jalanya sepeda Adzanna. Shitt .... suara rem dadakan seperti tahu bulat ini hampir nyaris membuat Adzanna terpental. "Mau kemana gadis cantik? ikut Abang, yuk," ajaknya dengan penuh rayuan. Adzanna mengerutkan kening, turun dari sepeda nya, menengok ke belakang. Azka belum juga menampakan batang hidungnya. Azka menerima telepon dari sang Ayah terlebih dahulu, oleh sebab itu dia tertinggal jauh. Tidak ada raut wajah takut sedikit pun dari Adzanna dia sudah biasa menghadapi preman-preman brutal penagih utang. Namun, kali ini Adzanna nampak gelisah takut akan preman-preman itu yang jumlahnya lebih banyak dari hari-hari sebelumnya, membuat kewalahan untuk menghadapi. Adzanna berkacak pinggang menantang preman itu. "Lo Mau Nyari mati lagi?" ketus nya. "Sini maju kalau berani," ucapnya lagi menantang preman itu. kheemm! Deham seseorang dari arah kanan tak lain adalah pak Baskoro se
"Woii, nyari mati Lo, ya." Adzanna menggebu. Tubuhnya yang jatuh dalam keadaan berbaring. Pelan-pelan di angkat untuk duduk. Beberapa menit kemudian dari jauh Azka melihat samar seperti Adzanna di tepi jalan raya sedang mengelus lututnya yang terluka. Sebuah motor gede berhenti tepat di depan Adzanna. "Adzanna Lo kenapa?" Azka membelalak. Dalam hatinya senang ada yang menolong tapi kenapa harus Azka yang menolong, sikapnya kembali dingin. "Nggak papa," ucapnya datar. "Lo luka, Na, yuk kerumah sakit," ujarnya dengan memegang sikut yang juga terluka akibat tergores aspal. "Manja banget, sih segini doang juga," sahutnya dengan sinis. "Minggir!" ucap sinis Adzanna dengan membenarkan sepedanya yang jatuh. Melihat rantainya yang lepas Adzanna melirik sana sini siapa tau melihat ada bengkel yang terdekat. Muka mayunnya terpampang di wajah Adzanna. Azka tertawa kecil. "
"By the way Bapak Lo pekerja apa," tanya Azka."Bapak, gue biasalah oreng kecil pekerjaan nya kalo ada orang nyuruh aja," jawab Adzanna.Azka mengatukan kepalanya pelan."Lo sendiri." Adzanna balik tanya."Bapak gu–" kata-katanya tepotong seorang pelayan datang membawa makanan mereka."Silahkan, Kak." Sambil meletakan makanan nya di atas meja.Mereka melanjutkan perbincangan tetapi tidak melanjutkan yang terpotong tadi."Oiya, Lo Anak semata wayang?" tanya Azka lagi."Gue anak bungsu dari 2 bersaudara, tapi Kakak Gue udah pergi duluan 2 tahun yang lalu di Australia.""Lo sendiri," tanya lagi pada Azka.Azka tertawa kecil. "Bukanya Lo udah tau siapa saudara gue.""Ka Arka?" tanya nya dengan wajah datar."Ya, iyala siapa lagi coba," jawabnya.Setelah mereka berbincang-bincang kemudian Azka mengantar pulang Adzanna ke rumahnya****ssttt motor gede berh
" Oh, noo meskipun cita-cita gue menjadikan Azka imam gue, tapi gue lebih ngeship sama Lo berdua," salut Risya Sambil kakinya bergema di lantai."Lo, berdua cocok yang cewek cantik, yang cowok ganteng." Kekaguman terpampang di wajah Jina."Apaan, sih kalian," ketus Adzanna sambil pergi meninggalkan ruang UKS.***Pulang sekolah tiba, kebiasaan Azka menunggu Adzanna dari depan pintu kelas."Na, Lo bisa kan?" tanya Azka."Eumm sorry banget, ya gue ada rapat eskul hari ini.""Bukanya kemarin Lo udah eskul," tutur Azka dengan wajah bingung."Iya, sih tapi hari ini ada lagi," ucap Adzanna dengan memperlihatkan isi pesan grup di WhatsApp.Beperapa detik kemudian ada 1 cowok yang menghampiri Adzanna ciri-cirinya berbadan kekar dan cool. Arka Pratama Yunanda, kaka kandung dari Azka cowok yang keliatan berwibawa, tampil cooll, dan badanya kekar sekaligus ketua eskul beladiri. Tetapi soal tampan lebih tampan Azka dari Arka Idaman para
****Sesampainya di rumah Adzanna selalu tidak lupa untuk membuka pintu kamar orang tuanya terlebih dahulu, Adzanna menengok di balik pintu melihat Ibunya yang sedang beristirahat di kamar dengan keadaan kasur yang sudah tipis, ranjang bekarat, tembok yang menuai, jendela yang sudah terukir oleh gigi rayap, ditambah lagi atap yang seringkali bocor jika di guyur hujan. Tak kuasa melihat Ibunya terbaring lemah menahan sakit yang sudah lama ia derita, rintik air mata membasahi pipi Adzanna."Aku, yakin. Ibu pasti sembuh ..." ucapnya pelan.Apapun tampilan Adzanna sekarang yang sering dibilang cewek tomboy, dingin, jutek, galak, bodo amatan, cewek yang tidak pernah netesin air mata, cewek yang tidak pantas menangis, sama halnya seperti seorang laki-laki dia harus kuat. Tetapi jika dia merasa ada yang menyentuh hatinya bahkan menyayat hatinya seperti keadaan yang sedang dilihat dia tidak bisa setegar tampilannya, dia bisa berubah menjadi gadis yang cengeng.
Adzanna melepaskan pulirannya."Sial, sakit goblok!" Azka menyeringai sambil memijat lengannya.Mendekatkan wajahnya ke telinga Adzanna dan berbisik."Cantik sih, tapi pelit," ucapnya.Adzanna memberikan setengah senyumnya dan memutar bola matanya.Waktu istirahat tiba, Fathar menepuk bahu Azka dari belakang lalu kedepan menghadap wajahnya."Bro, kenalin gue Fat-" belum usai bicara dia sudah memotongnya sendiri, sambil membuka mata lebar dan mendekatkan wajahnya ke Azka, mereka saling bertatapan seperti orang yang akan berkelahi.Detik kemudian"Fathar.""Azka," pekik mereka secara bersamaan."Kalian udah pada kenal?" tanya Adzanna."Ini temen gue waktu SD," jawab Azka."O." Hanya 1 huruf saja yang terucap di bibir Adzanna."Oiya, si Anrez sekolah dimana? disini juga kan? terus di kelas mana? tanya Azka tanpa jeda membuat matanya melirik sana sini."Dia di kelas ini, orang nya lag
Adzanna membalikan badan ke bangku yang berada di belakanya tempat 2 sahabatnya duduk."Sya, Lo liat bolpoint gue ngga?" tanya Adznna pada risya."Hallo juga calon imanku ... " jawab Risya nyeleneh, sambil meletakan kedua tangan di dagu seperti cibi-cibi dengan pandangan lurus ke depan menatap Azka. Risya tidak mendengar Adzanna bertanya dia hanya fokus melihat Azka dan menjawab perkenalan nya tadi."Lo halu ya? gue tanya apa jawabnya apa. Emang dasar Lo, stres tau ngga!" ucap Zana dengan wajah bingung dan menggelengkan kepalanya."Na, Lo liat ngga?" tanya Adzanna pada Jina."I am fall in love for you ... " jawab jina juga dengan nyeleneh, sama seperti Risya jawaban yang tidak masuk akal di balik pertanyaan nya Adzanna.Adzanna membalikan lgi badanya ke depan lalu mencarinya di kolong- kolong meja, dia tidak menyadari adanya murid baru dia terus sibuk mencari ballpoint nya yang hilang."Azka silakan duduk di kursi yang kos
"Ciatt ciatt!" suara lantang dari Pak Andit yang sedang melatih Putri bungsu nya (Adzanna Ananditya) bela diri di depan rumah."Huftth." Adzanna menghela nafas kasar sembari duduk di tanah yang berumput."Udah dulu, Ya, Yah Adzanna cape. Mau istirahat dulu, sekalian mandi udah sore." Sambil mengelap keringat yang ada di keningnya menngunakan sapu tangan."Ya, sudah. Mandi dulu sana ... " ucapnya dengan lembut."Tapi katanya Ayah mau bicara sama Adzanna, by the way mau bicara apa, Yah?" tanya Addzana, dengan wajah penasaran."Ayah mau bilang, Ayah mengajarimu seperti ini untuk melindungi dirimu sendiri dari kejahatan, jangan sesekali berbuat semau mu, apalagi pukul-pukul ngga jelas, ingat!! jangan terlalu agresif.""Siap komandan!!" seru Addzana ."Aku juga paham kok, Yah apa yang Ayah ajarin ini sangat membantu Adzanna, ketika Adzanna diganggu orang jahat bahkan preman sekalipun." Sahutnya lagi.Adzanna masuk ke dalam rum