"Woii, nyari mati Lo, ya." Adzanna menggebu.
Tubuhnya yang jatuh dalam keadaan berbaring. Pelan-pelan di angkat untuk duduk.
Beberapa menit kemudian dari jauh Azka melihat samar seperti Adzanna di tepi jalan raya sedang mengelus lututnya yang terluka.
Sebuah motor gede berhenti tepat di depan Adzanna.
"Adzanna Lo kenapa?" Azka membelalak.
Dalam hatinya senang ada yang menolong tapi kenapa harus Azka yang menolong, sikapnya kembali dingin.
"Nggak papa," ucapnya datar.
"Lo luka, Na, yuk kerumah sakit," ujarnya dengan memegang sikut yang juga terluka akibat tergores aspal.
"Manja banget, sih segini doang juga," sahutnya dengan sinis.
"Minggir!" ucap sinis Adzanna dengan membenarkan sepedanya yang jatuh.
Melihat rantainya yang lepas Adzanna melirik sana sini siapa tau melihat ada bengkel yang terdekat. Muka mayunnya terpampang di wajah Adzanna.
Azka tertawa kecil.
"Udah, yok Bareng gue aja, nanti biar temen gue yang benerin," bujuk Azka
Adzanna tertawa sinis. "Gue bareng Lo, mending gue naik angkot," elaknya
Azka heran apa yang membuat Adzanna jadi seperti sedingin kutub, padahal kemarin-kemarin dia sudah bisa tersenyum bersamanya walaupun hanya 10%.
"Na rezeki jangan di tolak, nanti keburu terlambat," ucapnya dengan posisi sudah menaiki Moge nya itu.
Mendengar perkataan 'terlambat' dari mulut Azka membuatnya berpikir ada kesempatan kena tidak diambil.
Akhirnya dengan lutut yang terluka dia berjalan pelan dan menaiki Mogenya itu.
Hari demi hari memang kedekatan Azka dan Adzanna sedikit ada kemajuan mereka sedikit mulai akrab walaupun Azka harus sabar menghadapi manusia kulkas seperti Adzanna.
***
Moge nya sudah terparkir.
Azka merangkul Adzanna menuju ke UKS terlebih dahulu untuk mengobati luka Adzanna yang tadi. Azka mengolesi obat merah di bagian lulut dan siku yang terluka cukup parah Sekaligus di handsaplas.
"Pelan-pelan sakit tau." Mata Adzanna menyipit.
"Iya-iya, sorry," ungkap Azka pelan.
"Udah, nih, yuk ke kelas," ucap Azka dan membantu Adzanna untuk berdiri kemudian kakinya melangkah meninggalkan ruang UKS dan menuju kelas mereka.
Sesampainya di kelas melihat Azka sedang merangkul Adzanna membuat bibir Fathar gatal ingin meledek dan berucap yang tidak-tidak lagi.
"Duhai senang nya pengantin baru, teroret-teroret," pekik Fathar sambil berjoget.
"Kamvrett sa ae Lu," seru Azka.
Adzanna tersipu, pipinya kembali berwarna merah muda, tetapi rasa kesal masih ada di hatinya.
Mereka duduk di kursinya. Melihat Kain kasa terpasang di lutut dan siku tangan Adzanna dan juga terlihat banyak goresan kecil di lengan tangan juga.
"Lo kenapa Na?" tanya Jina.
"Nggak papa," jawabnya.
"Lo diapain Sama Azka, bilang sama gue," pekik Risya dengan berkacak pinggang .
Azka langsung tidak terima mendengar perkataan Risya.
****
Bel bertendang anak-anak keluar dari dalam kelas sambil menggendong tas nya. Sementara Adzanna masih duduk merapikan buku di temani Azka. Hanya tinggal mereka saja berdua di dalam kelas.
"Lo kenapa ngga balik?" tanya Adzanna dengan sinis.
"Gue nungguin Lo. Kita pulang nya bareng," jawab Azka.
Adzanna mengerutkan keningnya. "Siapa juga yang mau pulang bareng Lo."
Adzanna mengangkat badannya untuk berdiri, berjalan pincang untuk keluar kelas. Azka masih duduk terdiam hanya melihat Adzanna berjalan menuju pintu lalu memikirkan bagaimana caranya menghadapi sikap Adzanna yang seperti itu dengan bermain ponsel.
Ekspresi kesal terpampang di wajah Adzanna. 'Kenapa ngga di bantuin jalan si.' Batinnya.
Sambil melirik ke wajah Azka yang ada di belakang, sampai-sampai tidak melihat bangku yang ada di depannya.
"Aww," ucap Adzanna pelan.
Pinggangnya terbentur sudut bangku yang membuat rasanya seperti setengah mati.
Walaupun pelan suara Adzanna tetapi masih bisa di dengar oleh telinga Azka. Mematikan handphone dan mengangkat tubuhnya berjalan mendekati Adzanna.
"Lo kenapa?" wajah penasaran terpampang di wajah Azka.
"Sakit Bego!" ketus Adzanna.
"Ya, udah Lo bareng gue aja," ucap Azka.
Azka tidak mengerti sakit karena apa yang Adzanna rasakan, Azka hanya tahu kakinya saja yang sakit.
Adzanna mutar bola matanya. "Ya, udah bantuin dong," ucapnya datar.
Akhirnya Azka menuntun Azdanna sampai ke tempat parkir.
***
Motor Azka berhenti di depan sebuah bengkel besar, tempat servis favorite keluarga Yunanda.
"Kenapa berhenti di sini?"
Azka terkekeh. "Sepeda Lo kan Disni."
Adzanna menghela nafas kasar dan turun dari motor.
Azka melepas helm dan masuk ke dalam bengkel itu. "Bang, Sepedannya udah bener belum."
"Udah, beres,nih,"
"Thanks, ya, Bang nanti gue Transfer seperti biasa," papar Azka.
Menepuk pundak Azka. "Santai aja kalii udah biasa."
Menuntun sepeda kuluar menyerahkan pada Adzanna
"Nih, sepeda Lo," ketus Azka
"Kalo ngga ikhlas ..., ya udah ngga usah di bawa ke bengkel. Gitu aja Repot," kembali memutar bola matanya dan mengalihkan pandangan. Perkataan ketus Azka membuat Adzanna kesal.
Azka terkekeh. "Yaelah, gini aja marah."
"Engga," elaknya.
"Jangan marah-marah, nanti cantik nya ilang," ungkap Azka. Membuat pipi Adzanna kembali merah muda.
"Udah, sana pulang!" desak Adzanna
"Gue mau nganter Lo sampai depan rumah," balas Azka.
Tersenyum sinis. "Udah gede! ngga perlu di anter!" tutur Adzanna.
"Gue, takut lo kenapa-napa di jalan,"
"Gue bilang engga perlu!"
" Firasat gue mengatakan, bakal terjadi sesuatu," cecar Azka.
"Serah lo, deh," pasrah Adzanna.
Otelan sepeda kian di gayuh, Azka berada di belakang membuntuti melewati jalan yang luas hingga berada di jalan yang hanya setapak disitu terasa hening terlihat tidak ada orang sama sekali yang berkelintaran
Orang berbadan besar, kekar menyergah jalanya sepeda Adzanna. Shitt .... suara rem dadakan seperti tahu bulat ini hampir nyaris membuat Adzanna terpental. "Mau kemana gadis cantik? ikut Abang, yuk," ajaknya dengan penuh rayuan. Adzanna mengerutkan kening, turun dari sepeda nya, menengok ke belakang. Azka belum juga menampakan batang hidungnya. Azka menerima telepon dari sang Ayah terlebih dahulu, oleh sebab itu dia tertinggal jauh. Tidak ada raut wajah takut sedikit pun dari Adzanna dia sudah biasa menghadapi preman-preman brutal penagih utang. Namun, kali ini Adzanna nampak gelisah takut akan preman-preman itu yang jumlahnya lebih banyak dari hari-hari sebelumnya, membuat kewalahan untuk menghadapi. Adzanna berkacak pinggang menantang preman itu. "Lo Mau Nyari mati lagi?" ketus nya. "Sini maju kalau berani," ucapnya lagi menantang preman itu. kheemm! Deham seseorang dari arah kanan tak lain adalah pak Baskoro se
"Ciatt ciatt!" suara lantang dari Pak Andit yang sedang melatih Putri bungsu nya (Adzanna Ananditya) bela diri di depan rumah."Huftth." Adzanna menghela nafas kasar sembari duduk di tanah yang berumput."Udah dulu, Ya, Yah Adzanna cape. Mau istirahat dulu, sekalian mandi udah sore." Sambil mengelap keringat yang ada di keningnya menngunakan sapu tangan."Ya, sudah. Mandi dulu sana ... " ucapnya dengan lembut."Tapi katanya Ayah mau bicara sama Adzanna, by the way mau bicara apa, Yah?" tanya Addzana, dengan wajah penasaran."Ayah mau bilang, Ayah mengajarimu seperti ini untuk melindungi dirimu sendiri dari kejahatan, jangan sesekali berbuat semau mu, apalagi pukul-pukul ngga jelas, ingat!! jangan terlalu agresif.""Siap komandan!!" seru Addzana ."Aku juga paham kok, Yah apa yang Ayah ajarin ini sangat membantu Adzanna, ketika Adzanna diganggu orang jahat bahkan preman sekalipun." Sahutnya lagi.Adzanna masuk ke dalam rum
Adzanna membalikan badan ke bangku yang berada di belakanya tempat 2 sahabatnya duduk."Sya, Lo liat bolpoint gue ngga?" tanya Adznna pada risya."Hallo juga calon imanku ... " jawab Risya nyeleneh, sambil meletakan kedua tangan di dagu seperti cibi-cibi dengan pandangan lurus ke depan menatap Azka. Risya tidak mendengar Adzanna bertanya dia hanya fokus melihat Azka dan menjawab perkenalan nya tadi."Lo halu ya? gue tanya apa jawabnya apa. Emang dasar Lo, stres tau ngga!" ucap Zana dengan wajah bingung dan menggelengkan kepalanya."Na, Lo liat ngga?" tanya Adzanna pada Jina."I am fall in love for you ... " jawab jina juga dengan nyeleneh, sama seperti Risya jawaban yang tidak masuk akal di balik pertanyaan nya Adzanna.Adzanna membalikan lgi badanya ke depan lalu mencarinya di kolong- kolong meja, dia tidak menyadari adanya murid baru dia terus sibuk mencari ballpoint nya yang hilang."Azka silakan duduk di kursi yang kos
Adzanna melepaskan pulirannya."Sial, sakit goblok!" Azka menyeringai sambil memijat lengannya.Mendekatkan wajahnya ke telinga Adzanna dan berbisik."Cantik sih, tapi pelit," ucapnya.Adzanna memberikan setengah senyumnya dan memutar bola matanya.Waktu istirahat tiba, Fathar menepuk bahu Azka dari belakang lalu kedepan menghadap wajahnya."Bro, kenalin gue Fat-" belum usai bicara dia sudah memotongnya sendiri, sambil membuka mata lebar dan mendekatkan wajahnya ke Azka, mereka saling bertatapan seperti orang yang akan berkelahi.Detik kemudian"Fathar.""Azka," pekik mereka secara bersamaan."Kalian udah pada kenal?" tanya Adzanna."Ini temen gue waktu SD," jawab Azka."O." Hanya 1 huruf saja yang terucap di bibir Adzanna."Oiya, si Anrez sekolah dimana? disini juga kan? terus di kelas mana? tanya Azka tanpa jeda membuat matanya melirik sana sini."Dia di kelas ini, orang nya lag
****Sesampainya di rumah Adzanna selalu tidak lupa untuk membuka pintu kamar orang tuanya terlebih dahulu, Adzanna menengok di balik pintu melihat Ibunya yang sedang beristirahat di kamar dengan keadaan kasur yang sudah tipis, ranjang bekarat, tembok yang menuai, jendela yang sudah terukir oleh gigi rayap, ditambah lagi atap yang seringkali bocor jika di guyur hujan. Tak kuasa melihat Ibunya terbaring lemah menahan sakit yang sudah lama ia derita, rintik air mata membasahi pipi Adzanna."Aku, yakin. Ibu pasti sembuh ..." ucapnya pelan.Apapun tampilan Adzanna sekarang yang sering dibilang cewek tomboy, dingin, jutek, galak, bodo amatan, cewek yang tidak pernah netesin air mata, cewek yang tidak pantas menangis, sama halnya seperti seorang laki-laki dia harus kuat. Tetapi jika dia merasa ada yang menyentuh hatinya bahkan menyayat hatinya seperti keadaan yang sedang dilihat dia tidak bisa setegar tampilannya, dia bisa berubah menjadi gadis yang cengeng.
" Oh, noo meskipun cita-cita gue menjadikan Azka imam gue, tapi gue lebih ngeship sama Lo berdua," salut Risya Sambil kakinya bergema di lantai."Lo, berdua cocok yang cewek cantik, yang cowok ganteng." Kekaguman terpampang di wajah Jina."Apaan, sih kalian," ketus Adzanna sambil pergi meninggalkan ruang UKS.***Pulang sekolah tiba, kebiasaan Azka menunggu Adzanna dari depan pintu kelas."Na, Lo bisa kan?" tanya Azka."Eumm sorry banget, ya gue ada rapat eskul hari ini.""Bukanya kemarin Lo udah eskul," tutur Azka dengan wajah bingung."Iya, sih tapi hari ini ada lagi," ucap Adzanna dengan memperlihatkan isi pesan grup di WhatsApp.Beperapa detik kemudian ada 1 cowok yang menghampiri Adzanna ciri-cirinya berbadan kekar dan cool. Arka Pratama Yunanda, kaka kandung dari Azka cowok yang keliatan berwibawa, tampil cooll, dan badanya kekar sekaligus ketua eskul beladiri. Tetapi soal tampan lebih tampan Azka dari Arka Idaman para
"By the way Bapak Lo pekerja apa," tanya Azka."Bapak, gue biasalah oreng kecil pekerjaan nya kalo ada orang nyuruh aja," jawab Adzanna.Azka mengatukan kepalanya pelan."Lo sendiri." Adzanna balik tanya."Bapak gu–" kata-katanya tepotong seorang pelayan datang membawa makanan mereka."Silahkan, Kak." Sambil meletakan makanan nya di atas meja.Mereka melanjutkan perbincangan tetapi tidak melanjutkan yang terpotong tadi."Oiya, Lo Anak semata wayang?" tanya Azka lagi."Gue anak bungsu dari 2 bersaudara, tapi Kakak Gue udah pergi duluan 2 tahun yang lalu di Australia.""Lo sendiri," tanya lagi pada Azka.Azka tertawa kecil. "Bukanya Lo udah tau siapa saudara gue.""Ka Arka?" tanya nya dengan wajah datar."Ya, iyala siapa lagi coba," jawabnya.Setelah mereka berbincang-bincang kemudian Azka mengantar pulang Adzanna ke rumahnya****ssttt motor gede berh
Orang berbadan besar, kekar menyergah jalanya sepeda Adzanna. Shitt .... suara rem dadakan seperti tahu bulat ini hampir nyaris membuat Adzanna terpental. "Mau kemana gadis cantik? ikut Abang, yuk," ajaknya dengan penuh rayuan. Adzanna mengerutkan kening, turun dari sepeda nya, menengok ke belakang. Azka belum juga menampakan batang hidungnya. Azka menerima telepon dari sang Ayah terlebih dahulu, oleh sebab itu dia tertinggal jauh. Tidak ada raut wajah takut sedikit pun dari Adzanna dia sudah biasa menghadapi preman-preman brutal penagih utang. Namun, kali ini Adzanna nampak gelisah takut akan preman-preman itu yang jumlahnya lebih banyak dari hari-hari sebelumnya, membuat kewalahan untuk menghadapi. Adzanna berkacak pinggang menantang preman itu. "Lo Mau Nyari mati lagi?" ketus nya. "Sini maju kalau berani," ucapnya lagi menantang preman itu. kheemm! Deham seseorang dari arah kanan tak lain adalah pak Baskoro se
"Woii, nyari mati Lo, ya." Adzanna menggebu. Tubuhnya yang jatuh dalam keadaan berbaring. Pelan-pelan di angkat untuk duduk. Beberapa menit kemudian dari jauh Azka melihat samar seperti Adzanna di tepi jalan raya sedang mengelus lututnya yang terluka. Sebuah motor gede berhenti tepat di depan Adzanna. "Adzanna Lo kenapa?" Azka membelalak. Dalam hatinya senang ada yang menolong tapi kenapa harus Azka yang menolong, sikapnya kembali dingin. "Nggak papa," ucapnya datar. "Lo luka, Na, yuk kerumah sakit," ujarnya dengan memegang sikut yang juga terluka akibat tergores aspal. "Manja banget, sih segini doang juga," sahutnya dengan sinis. "Minggir!" ucap sinis Adzanna dengan membenarkan sepedanya yang jatuh. Melihat rantainya yang lepas Adzanna melirik sana sini siapa tau melihat ada bengkel yang terdekat. Muka mayunnya terpampang di wajah Adzanna. Azka tertawa kecil. "
"By the way Bapak Lo pekerja apa," tanya Azka."Bapak, gue biasalah oreng kecil pekerjaan nya kalo ada orang nyuruh aja," jawab Adzanna.Azka mengatukan kepalanya pelan."Lo sendiri." Adzanna balik tanya."Bapak gu–" kata-katanya tepotong seorang pelayan datang membawa makanan mereka."Silahkan, Kak." Sambil meletakan makanan nya di atas meja.Mereka melanjutkan perbincangan tetapi tidak melanjutkan yang terpotong tadi."Oiya, Lo Anak semata wayang?" tanya Azka lagi."Gue anak bungsu dari 2 bersaudara, tapi Kakak Gue udah pergi duluan 2 tahun yang lalu di Australia.""Lo sendiri," tanya lagi pada Azka.Azka tertawa kecil. "Bukanya Lo udah tau siapa saudara gue.""Ka Arka?" tanya nya dengan wajah datar."Ya, iyala siapa lagi coba," jawabnya.Setelah mereka berbincang-bincang kemudian Azka mengantar pulang Adzanna ke rumahnya****ssttt motor gede berh
" Oh, noo meskipun cita-cita gue menjadikan Azka imam gue, tapi gue lebih ngeship sama Lo berdua," salut Risya Sambil kakinya bergema di lantai."Lo, berdua cocok yang cewek cantik, yang cowok ganteng." Kekaguman terpampang di wajah Jina."Apaan, sih kalian," ketus Adzanna sambil pergi meninggalkan ruang UKS.***Pulang sekolah tiba, kebiasaan Azka menunggu Adzanna dari depan pintu kelas."Na, Lo bisa kan?" tanya Azka."Eumm sorry banget, ya gue ada rapat eskul hari ini.""Bukanya kemarin Lo udah eskul," tutur Azka dengan wajah bingung."Iya, sih tapi hari ini ada lagi," ucap Adzanna dengan memperlihatkan isi pesan grup di WhatsApp.Beperapa detik kemudian ada 1 cowok yang menghampiri Adzanna ciri-cirinya berbadan kekar dan cool. Arka Pratama Yunanda, kaka kandung dari Azka cowok yang keliatan berwibawa, tampil cooll, dan badanya kekar sekaligus ketua eskul beladiri. Tetapi soal tampan lebih tampan Azka dari Arka Idaman para
****Sesampainya di rumah Adzanna selalu tidak lupa untuk membuka pintu kamar orang tuanya terlebih dahulu, Adzanna menengok di balik pintu melihat Ibunya yang sedang beristirahat di kamar dengan keadaan kasur yang sudah tipis, ranjang bekarat, tembok yang menuai, jendela yang sudah terukir oleh gigi rayap, ditambah lagi atap yang seringkali bocor jika di guyur hujan. Tak kuasa melihat Ibunya terbaring lemah menahan sakit yang sudah lama ia derita, rintik air mata membasahi pipi Adzanna."Aku, yakin. Ibu pasti sembuh ..." ucapnya pelan.Apapun tampilan Adzanna sekarang yang sering dibilang cewek tomboy, dingin, jutek, galak, bodo amatan, cewek yang tidak pernah netesin air mata, cewek yang tidak pantas menangis, sama halnya seperti seorang laki-laki dia harus kuat. Tetapi jika dia merasa ada yang menyentuh hatinya bahkan menyayat hatinya seperti keadaan yang sedang dilihat dia tidak bisa setegar tampilannya, dia bisa berubah menjadi gadis yang cengeng.
Adzanna melepaskan pulirannya."Sial, sakit goblok!" Azka menyeringai sambil memijat lengannya.Mendekatkan wajahnya ke telinga Adzanna dan berbisik."Cantik sih, tapi pelit," ucapnya.Adzanna memberikan setengah senyumnya dan memutar bola matanya.Waktu istirahat tiba, Fathar menepuk bahu Azka dari belakang lalu kedepan menghadap wajahnya."Bro, kenalin gue Fat-" belum usai bicara dia sudah memotongnya sendiri, sambil membuka mata lebar dan mendekatkan wajahnya ke Azka, mereka saling bertatapan seperti orang yang akan berkelahi.Detik kemudian"Fathar.""Azka," pekik mereka secara bersamaan."Kalian udah pada kenal?" tanya Adzanna."Ini temen gue waktu SD," jawab Azka."O." Hanya 1 huruf saja yang terucap di bibir Adzanna."Oiya, si Anrez sekolah dimana? disini juga kan? terus di kelas mana? tanya Azka tanpa jeda membuat matanya melirik sana sini."Dia di kelas ini, orang nya lag
Adzanna membalikan badan ke bangku yang berada di belakanya tempat 2 sahabatnya duduk."Sya, Lo liat bolpoint gue ngga?" tanya Adznna pada risya."Hallo juga calon imanku ... " jawab Risya nyeleneh, sambil meletakan kedua tangan di dagu seperti cibi-cibi dengan pandangan lurus ke depan menatap Azka. Risya tidak mendengar Adzanna bertanya dia hanya fokus melihat Azka dan menjawab perkenalan nya tadi."Lo halu ya? gue tanya apa jawabnya apa. Emang dasar Lo, stres tau ngga!" ucap Zana dengan wajah bingung dan menggelengkan kepalanya."Na, Lo liat ngga?" tanya Adzanna pada Jina."I am fall in love for you ... " jawab jina juga dengan nyeleneh, sama seperti Risya jawaban yang tidak masuk akal di balik pertanyaan nya Adzanna.Adzanna membalikan lgi badanya ke depan lalu mencarinya di kolong- kolong meja, dia tidak menyadari adanya murid baru dia terus sibuk mencari ballpoint nya yang hilang."Azka silakan duduk di kursi yang kos
"Ciatt ciatt!" suara lantang dari Pak Andit yang sedang melatih Putri bungsu nya (Adzanna Ananditya) bela diri di depan rumah."Huftth." Adzanna menghela nafas kasar sembari duduk di tanah yang berumput."Udah dulu, Ya, Yah Adzanna cape. Mau istirahat dulu, sekalian mandi udah sore." Sambil mengelap keringat yang ada di keningnya menngunakan sapu tangan."Ya, sudah. Mandi dulu sana ... " ucapnya dengan lembut."Tapi katanya Ayah mau bicara sama Adzanna, by the way mau bicara apa, Yah?" tanya Addzana, dengan wajah penasaran."Ayah mau bilang, Ayah mengajarimu seperti ini untuk melindungi dirimu sendiri dari kejahatan, jangan sesekali berbuat semau mu, apalagi pukul-pukul ngga jelas, ingat!! jangan terlalu agresif.""Siap komandan!!" seru Addzana ."Aku juga paham kok, Yah apa yang Ayah ajarin ini sangat membantu Adzanna, ketika Adzanna diganggu orang jahat bahkan preman sekalipun." Sahutnya lagi.Adzanna masuk ke dalam rum