" Oh, noo meskipun cita-cita gue menjadikan Azka imam gue, tapi gue lebih ngeship sama Lo berdua," salut Risya Sambil kakinya bergema di lantai.
"Lo, berdua cocok yang cewek cantik, yang cowok ganteng." Kekaguman terpampang di wajah Jina.
"Apaan, sih kalian," ketus Adzanna sambil pergi meninggalkan ruang UKS.
***
Pulang sekolah tiba, kebiasaan Azka menunggu Adzanna dari depan pintu kelas."Na, Lo bisa kan?" tanya Azka."Eumm sorry banget, ya gue ada rapat eskul hari ini.""Bukanya kemarin Lo udah eskul," tutur Azka dengan wajah bingung."Iya, sih tapi hari ini ada lagi," ucap Adzanna dengan memperlihatkan isi pesan grup di W******p.Beperapa detik kemudian ada 1 cowok yang menghampiri Adzanna ciri-cirinya berbadan kekar dan cool. Arka Pratama Yunanda, kaka kandung dari Azka cowok yang keliatan berwibawa, tampil cooll, dan badanya kekar sekaligus ketua eskul beladiri. Tetapi soal tampan lebih tampan Azka dari Arka Idaman para cewek kelas 12 karena Arka sendiri juga kelas 12.
"Adzanna," suara Arka di belakang Azka."Ka Arka, Ngapain kesini?" tanya Adzanna dengan ekspresi tidak menyangka.
Azka tidak menyadari bahwa itu kaka kandungnya, Azka membalikan badan penasaran Arka siapa yang di maksud Adzanna.
"Ka Arka." Ekspresi tak terduga terpampang di wajah Azka."Kalian kenal," ujar Adzanna dengan mengangkat jari telunjuknya ke mereka berdua.""Azka ini adik kandung saya Adzanna," sahut Arka." Kaka Adik." Adzanna mengerutkan keningnya, Wajahnya terlihat tidak percaya."Beda banget, sih kayak langit dan bumi," gumamnya yang tentu tidak terdengar di telinga mereka.
Yang Adzanna maksud itu bukan tampang yang membedaka, tampangnya memang agak mirip layaknya seperti Kaka beradik di luaran sana, tapi yang membedakan sifat, perilaku sekaligus postur tubuh mereka. Azka nampak Cemen dan lemah sedangkan Arka pemberani dan kuat, Arka berbadan sedikit kekar namun Azka sedikit kerempeng tapi berisi, Arka sopan sekaligus berwibawa dan Azka tidak sama sekali, tetapi soal ketampanan Azka yang nomer 1. Hari demi hari juga akan nampak dimana skill Azka yang membuat idaman para cewek di sekolah.
"Oh, iya hari ini ada rapat eskul, kamu saya tunjuk untuk jadi pendamping saya," kata Arka.
"E- baik ka," sahut Adzanna.
"Bang gue boleh minta tolong nggak, please Adzanna jangan dulu ikut rapat ya." Azka memohon pada Arka.
" Emang kenapa?" tanya Arka.
" Adzanna suruh temenin gue dulu buat keliling sekolah, please, ya." Kembali Azka memohon.
"Kamu kan bisa minta tolong yang lain buat temenin," ujar Azka sambil melihat jam tangannya bahwa rapat segera di mulai.
"10 menit lagi kita mulai Adzanna, yuk," ucapnya pada Adzanna dengan menarik tangan kanannya.
"Bang please ... gue mohon sama lo," kata Azka dengan menyergah langkah mereka.
Adzanna nampak kebingungan dengan kenegoisasian mereka.
Arka merasa belas kasihan pada Azka akhirnya menyerah, Arka lebih milih tidak ada pendamping di banding dia harus melihat adiknya bermuka manyun.Arka Menghela nafas panjang."Heumm ya sudah, Adzanna boleh temenin kamu."
"Serius Bang." Mata Azka nampak berbinar.
"Tapi kak, ini kan rapat penting," kata Adzanna.
"Enggak papa kok, yang ini lebih penting dari rapat, kamu temenin Azka aja untuk keliling sekolah sampai dia PUAS!" ucap Arka sambil menonyor kepala Azka.
Azka mengusuk kepalanya yang di tonyor tadi dengan tertawa kecil.
"Thanks, ya, BangLo Abang terbaik di dunia."
"Ya, udah Gue duluan, ya bye." Arka berbalik badan dan pergi meninggalkan mereka berdua.
"Lo kenapa, sih ajak gue untuk temenin Fathar dan Anrez emang kemana?" tanya Adzanna.
"Fathar ada urusan mendadak sedangkan Anrez dia di suruh untuk jagain adiknya di rumah."
"Gue, tuh ngga enak tau sama ka Arka."
"Udah selow aja, Lo ngga bakal di suruh berdiri ngadep bendera kok." Azka sambil tertawa kecil.
Adzana memutar bola matanya dan beranjak pergi untuk memperlihatkan isi dari sekolah SMA Angkasa. Sambil diikuti Azka di belakangnya****
Pukul 18.00 mereka berdua masih berada di sekolah "Huhh cape, ya keliling sekolah ternyata luasnya nggak main-main." Azka Menghela nafas kasar."PUAS!" seru Adzanna.
"Puas banget dong thanks, ya," sahut Azka.
"Udah sore yuk balik." Ajakan Adzanna.
"Bentar dulu perut gue bunyi, nih makan dulu, yuk," kata Azka sambil memegangi perutnya."Makan aja sendiri." Dengan wajah datar Adzanna dan memutar bola matanya lagi.
"Ikut gue, yuk." Sambil menarik tangannya."
Menit kemudian mereka sudah berada di sebuah resto ternama dengan makanan bintang lima."Ini resto mahal bego! duit gue ngga cukup," ketus Adzanna dengan memandangi sudut langit restoran.
"Yaelah, Gue emang bego tapi soal makanan gue paling pinter," sahut Azka.
"Yuk, duduk," ucap Azaka dengan menunjuk kursi yang akan di duduki.
Azka melambaikan tangan ke Mba-mba pelayan, dan memilih menu.
"Mba pesen ini satu, ya minumnya yang best seller," ucap Azka pada pelayan dengan menunjuk makanan yang ada di buku menu."Lo mau pesen apa?" tanya Azka.
"Gu–gu–e teh anget aja mba?" kata Adzanna tersipu malu.
Azka terkekeh mendengar ucapan nya Adzanna tadi.
"Seloww aja kali Na, gue yang bayar kok, ya udah mba disamain aja, ya sama yang tadi." "Baik, Ka ditunggu, ya," ucap pelayan itu.Adzanna meringis malu. Sambil menunggu makanan datang mereka berbincang-bincang.
"By the way Bapak Lo pekerja apa," tanya Azka."Bapak, gue biasalah oreng kecil pekerjaan nya kalo ada orang nyuruh aja," jawab Adzanna.Azka mengatukan kepalanya pelan."Lo sendiri." Adzanna balik tanya."Bapak gu–" kata-katanya tepotong seorang pelayan datang membawa makanan mereka."Silahkan, Kak." Sambil meletakan makanan nya di atas meja.Mereka melanjutkan perbincangan tetapi tidak melanjutkan yang terpotong tadi."Oiya, Lo Anak semata wayang?" tanya Azka lagi."Gue anak bungsu dari 2 bersaudara, tapi Kakak Gue udah pergi duluan 2 tahun yang lalu di Australia.""Lo sendiri," tanya lagi pada Azka.Azka tertawa kecil. "Bukanya Lo udah tau siapa saudara gue.""Ka Arka?" tanya nya dengan wajah datar."Ya, iyala siapa lagi coba," jawabnya.Setelah mereka berbincang-bincang kemudian Azka mengantar pulang Adzanna ke rumahnya****ssttt motor gede berh
"Woii, nyari mati Lo, ya." Adzanna menggebu. Tubuhnya yang jatuh dalam keadaan berbaring. Pelan-pelan di angkat untuk duduk. Beberapa menit kemudian dari jauh Azka melihat samar seperti Adzanna di tepi jalan raya sedang mengelus lututnya yang terluka. Sebuah motor gede berhenti tepat di depan Adzanna. "Adzanna Lo kenapa?" Azka membelalak. Dalam hatinya senang ada yang menolong tapi kenapa harus Azka yang menolong, sikapnya kembali dingin. "Nggak papa," ucapnya datar. "Lo luka, Na, yuk kerumah sakit," ujarnya dengan memegang sikut yang juga terluka akibat tergores aspal. "Manja banget, sih segini doang juga," sahutnya dengan sinis. "Minggir!" ucap sinis Adzanna dengan membenarkan sepedanya yang jatuh. Melihat rantainya yang lepas Adzanna melirik sana sini siapa tau melihat ada bengkel yang terdekat. Muka mayunnya terpampang di wajah Adzanna. Azka tertawa kecil. "
Orang berbadan besar, kekar menyergah jalanya sepeda Adzanna. Shitt .... suara rem dadakan seperti tahu bulat ini hampir nyaris membuat Adzanna terpental. "Mau kemana gadis cantik? ikut Abang, yuk," ajaknya dengan penuh rayuan. Adzanna mengerutkan kening, turun dari sepeda nya, menengok ke belakang. Azka belum juga menampakan batang hidungnya. Azka menerima telepon dari sang Ayah terlebih dahulu, oleh sebab itu dia tertinggal jauh. Tidak ada raut wajah takut sedikit pun dari Adzanna dia sudah biasa menghadapi preman-preman brutal penagih utang. Namun, kali ini Adzanna nampak gelisah takut akan preman-preman itu yang jumlahnya lebih banyak dari hari-hari sebelumnya, membuat kewalahan untuk menghadapi. Adzanna berkacak pinggang menantang preman itu. "Lo Mau Nyari mati lagi?" ketus nya. "Sini maju kalau berani," ucapnya lagi menantang preman itu. kheemm! Deham seseorang dari arah kanan tak lain adalah pak Baskoro se
"Ciatt ciatt!" suara lantang dari Pak Andit yang sedang melatih Putri bungsu nya (Adzanna Ananditya) bela diri di depan rumah."Huftth." Adzanna menghela nafas kasar sembari duduk di tanah yang berumput."Udah dulu, Ya, Yah Adzanna cape. Mau istirahat dulu, sekalian mandi udah sore." Sambil mengelap keringat yang ada di keningnya menngunakan sapu tangan."Ya, sudah. Mandi dulu sana ... " ucapnya dengan lembut."Tapi katanya Ayah mau bicara sama Adzanna, by the way mau bicara apa, Yah?" tanya Addzana, dengan wajah penasaran."Ayah mau bilang, Ayah mengajarimu seperti ini untuk melindungi dirimu sendiri dari kejahatan, jangan sesekali berbuat semau mu, apalagi pukul-pukul ngga jelas, ingat!! jangan terlalu agresif.""Siap komandan!!" seru Addzana ."Aku juga paham kok, Yah apa yang Ayah ajarin ini sangat membantu Adzanna, ketika Adzanna diganggu orang jahat bahkan preman sekalipun." Sahutnya lagi.Adzanna masuk ke dalam rum
Adzanna membalikan badan ke bangku yang berada di belakanya tempat 2 sahabatnya duduk."Sya, Lo liat bolpoint gue ngga?" tanya Adznna pada risya."Hallo juga calon imanku ... " jawab Risya nyeleneh, sambil meletakan kedua tangan di dagu seperti cibi-cibi dengan pandangan lurus ke depan menatap Azka. Risya tidak mendengar Adzanna bertanya dia hanya fokus melihat Azka dan menjawab perkenalan nya tadi."Lo halu ya? gue tanya apa jawabnya apa. Emang dasar Lo, stres tau ngga!" ucap Zana dengan wajah bingung dan menggelengkan kepalanya."Na, Lo liat ngga?" tanya Adzanna pada Jina."I am fall in love for you ... " jawab jina juga dengan nyeleneh, sama seperti Risya jawaban yang tidak masuk akal di balik pertanyaan nya Adzanna.Adzanna membalikan lgi badanya ke depan lalu mencarinya di kolong- kolong meja, dia tidak menyadari adanya murid baru dia terus sibuk mencari ballpoint nya yang hilang."Azka silakan duduk di kursi yang kos
Adzanna melepaskan pulirannya."Sial, sakit goblok!" Azka menyeringai sambil memijat lengannya.Mendekatkan wajahnya ke telinga Adzanna dan berbisik."Cantik sih, tapi pelit," ucapnya.Adzanna memberikan setengah senyumnya dan memutar bola matanya.Waktu istirahat tiba, Fathar menepuk bahu Azka dari belakang lalu kedepan menghadap wajahnya."Bro, kenalin gue Fat-" belum usai bicara dia sudah memotongnya sendiri, sambil membuka mata lebar dan mendekatkan wajahnya ke Azka, mereka saling bertatapan seperti orang yang akan berkelahi.Detik kemudian"Fathar.""Azka," pekik mereka secara bersamaan."Kalian udah pada kenal?" tanya Adzanna."Ini temen gue waktu SD," jawab Azka."O." Hanya 1 huruf saja yang terucap di bibir Adzanna."Oiya, si Anrez sekolah dimana? disini juga kan? terus di kelas mana? tanya Azka tanpa jeda membuat matanya melirik sana sini."Dia di kelas ini, orang nya lag
****Sesampainya di rumah Adzanna selalu tidak lupa untuk membuka pintu kamar orang tuanya terlebih dahulu, Adzanna menengok di balik pintu melihat Ibunya yang sedang beristirahat di kamar dengan keadaan kasur yang sudah tipis, ranjang bekarat, tembok yang menuai, jendela yang sudah terukir oleh gigi rayap, ditambah lagi atap yang seringkali bocor jika di guyur hujan. Tak kuasa melihat Ibunya terbaring lemah menahan sakit yang sudah lama ia derita, rintik air mata membasahi pipi Adzanna."Aku, yakin. Ibu pasti sembuh ..." ucapnya pelan.Apapun tampilan Adzanna sekarang yang sering dibilang cewek tomboy, dingin, jutek, galak, bodo amatan, cewek yang tidak pernah netesin air mata, cewek yang tidak pantas menangis, sama halnya seperti seorang laki-laki dia harus kuat. Tetapi jika dia merasa ada yang menyentuh hatinya bahkan menyayat hatinya seperti keadaan yang sedang dilihat dia tidak bisa setegar tampilannya, dia bisa berubah menjadi gadis yang cengeng.
Orang berbadan besar, kekar menyergah jalanya sepeda Adzanna. Shitt .... suara rem dadakan seperti tahu bulat ini hampir nyaris membuat Adzanna terpental. "Mau kemana gadis cantik? ikut Abang, yuk," ajaknya dengan penuh rayuan. Adzanna mengerutkan kening, turun dari sepeda nya, menengok ke belakang. Azka belum juga menampakan batang hidungnya. Azka menerima telepon dari sang Ayah terlebih dahulu, oleh sebab itu dia tertinggal jauh. Tidak ada raut wajah takut sedikit pun dari Adzanna dia sudah biasa menghadapi preman-preman brutal penagih utang. Namun, kali ini Adzanna nampak gelisah takut akan preman-preman itu yang jumlahnya lebih banyak dari hari-hari sebelumnya, membuat kewalahan untuk menghadapi. Adzanna berkacak pinggang menantang preman itu. "Lo Mau Nyari mati lagi?" ketus nya. "Sini maju kalau berani," ucapnya lagi menantang preman itu. kheemm! Deham seseorang dari arah kanan tak lain adalah pak Baskoro se
"Woii, nyari mati Lo, ya." Adzanna menggebu. Tubuhnya yang jatuh dalam keadaan berbaring. Pelan-pelan di angkat untuk duduk. Beberapa menit kemudian dari jauh Azka melihat samar seperti Adzanna di tepi jalan raya sedang mengelus lututnya yang terluka. Sebuah motor gede berhenti tepat di depan Adzanna. "Adzanna Lo kenapa?" Azka membelalak. Dalam hatinya senang ada yang menolong tapi kenapa harus Azka yang menolong, sikapnya kembali dingin. "Nggak papa," ucapnya datar. "Lo luka, Na, yuk kerumah sakit," ujarnya dengan memegang sikut yang juga terluka akibat tergores aspal. "Manja banget, sih segini doang juga," sahutnya dengan sinis. "Minggir!" ucap sinis Adzanna dengan membenarkan sepedanya yang jatuh. Melihat rantainya yang lepas Adzanna melirik sana sini siapa tau melihat ada bengkel yang terdekat. Muka mayunnya terpampang di wajah Adzanna. Azka tertawa kecil. "
"By the way Bapak Lo pekerja apa," tanya Azka."Bapak, gue biasalah oreng kecil pekerjaan nya kalo ada orang nyuruh aja," jawab Adzanna.Azka mengatukan kepalanya pelan."Lo sendiri." Adzanna balik tanya."Bapak gu–" kata-katanya tepotong seorang pelayan datang membawa makanan mereka."Silahkan, Kak." Sambil meletakan makanan nya di atas meja.Mereka melanjutkan perbincangan tetapi tidak melanjutkan yang terpotong tadi."Oiya, Lo Anak semata wayang?" tanya Azka lagi."Gue anak bungsu dari 2 bersaudara, tapi Kakak Gue udah pergi duluan 2 tahun yang lalu di Australia.""Lo sendiri," tanya lagi pada Azka.Azka tertawa kecil. "Bukanya Lo udah tau siapa saudara gue.""Ka Arka?" tanya nya dengan wajah datar."Ya, iyala siapa lagi coba," jawabnya.Setelah mereka berbincang-bincang kemudian Azka mengantar pulang Adzanna ke rumahnya****ssttt motor gede berh
" Oh, noo meskipun cita-cita gue menjadikan Azka imam gue, tapi gue lebih ngeship sama Lo berdua," salut Risya Sambil kakinya bergema di lantai."Lo, berdua cocok yang cewek cantik, yang cowok ganteng." Kekaguman terpampang di wajah Jina."Apaan, sih kalian," ketus Adzanna sambil pergi meninggalkan ruang UKS.***Pulang sekolah tiba, kebiasaan Azka menunggu Adzanna dari depan pintu kelas."Na, Lo bisa kan?" tanya Azka."Eumm sorry banget, ya gue ada rapat eskul hari ini.""Bukanya kemarin Lo udah eskul," tutur Azka dengan wajah bingung."Iya, sih tapi hari ini ada lagi," ucap Adzanna dengan memperlihatkan isi pesan grup di WhatsApp.Beperapa detik kemudian ada 1 cowok yang menghampiri Adzanna ciri-cirinya berbadan kekar dan cool. Arka Pratama Yunanda, kaka kandung dari Azka cowok yang keliatan berwibawa, tampil cooll, dan badanya kekar sekaligus ketua eskul beladiri. Tetapi soal tampan lebih tampan Azka dari Arka Idaman para
****Sesampainya di rumah Adzanna selalu tidak lupa untuk membuka pintu kamar orang tuanya terlebih dahulu, Adzanna menengok di balik pintu melihat Ibunya yang sedang beristirahat di kamar dengan keadaan kasur yang sudah tipis, ranjang bekarat, tembok yang menuai, jendela yang sudah terukir oleh gigi rayap, ditambah lagi atap yang seringkali bocor jika di guyur hujan. Tak kuasa melihat Ibunya terbaring lemah menahan sakit yang sudah lama ia derita, rintik air mata membasahi pipi Adzanna."Aku, yakin. Ibu pasti sembuh ..." ucapnya pelan.Apapun tampilan Adzanna sekarang yang sering dibilang cewek tomboy, dingin, jutek, galak, bodo amatan, cewek yang tidak pernah netesin air mata, cewek yang tidak pantas menangis, sama halnya seperti seorang laki-laki dia harus kuat. Tetapi jika dia merasa ada yang menyentuh hatinya bahkan menyayat hatinya seperti keadaan yang sedang dilihat dia tidak bisa setegar tampilannya, dia bisa berubah menjadi gadis yang cengeng.
Adzanna melepaskan pulirannya."Sial, sakit goblok!" Azka menyeringai sambil memijat lengannya.Mendekatkan wajahnya ke telinga Adzanna dan berbisik."Cantik sih, tapi pelit," ucapnya.Adzanna memberikan setengah senyumnya dan memutar bola matanya.Waktu istirahat tiba, Fathar menepuk bahu Azka dari belakang lalu kedepan menghadap wajahnya."Bro, kenalin gue Fat-" belum usai bicara dia sudah memotongnya sendiri, sambil membuka mata lebar dan mendekatkan wajahnya ke Azka, mereka saling bertatapan seperti orang yang akan berkelahi.Detik kemudian"Fathar.""Azka," pekik mereka secara bersamaan."Kalian udah pada kenal?" tanya Adzanna."Ini temen gue waktu SD," jawab Azka."O." Hanya 1 huruf saja yang terucap di bibir Adzanna."Oiya, si Anrez sekolah dimana? disini juga kan? terus di kelas mana? tanya Azka tanpa jeda membuat matanya melirik sana sini."Dia di kelas ini, orang nya lag
Adzanna membalikan badan ke bangku yang berada di belakanya tempat 2 sahabatnya duduk."Sya, Lo liat bolpoint gue ngga?" tanya Adznna pada risya."Hallo juga calon imanku ... " jawab Risya nyeleneh, sambil meletakan kedua tangan di dagu seperti cibi-cibi dengan pandangan lurus ke depan menatap Azka. Risya tidak mendengar Adzanna bertanya dia hanya fokus melihat Azka dan menjawab perkenalan nya tadi."Lo halu ya? gue tanya apa jawabnya apa. Emang dasar Lo, stres tau ngga!" ucap Zana dengan wajah bingung dan menggelengkan kepalanya."Na, Lo liat ngga?" tanya Adzanna pada Jina."I am fall in love for you ... " jawab jina juga dengan nyeleneh, sama seperti Risya jawaban yang tidak masuk akal di balik pertanyaan nya Adzanna.Adzanna membalikan lgi badanya ke depan lalu mencarinya di kolong- kolong meja, dia tidak menyadari adanya murid baru dia terus sibuk mencari ballpoint nya yang hilang."Azka silakan duduk di kursi yang kos
"Ciatt ciatt!" suara lantang dari Pak Andit yang sedang melatih Putri bungsu nya (Adzanna Ananditya) bela diri di depan rumah."Huftth." Adzanna menghela nafas kasar sembari duduk di tanah yang berumput."Udah dulu, Ya, Yah Adzanna cape. Mau istirahat dulu, sekalian mandi udah sore." Sambil mengelap keringat yang ada di keningnya menngunakan sapu tangan."Ya, sudah. Mandi dulu sana ... " ucapnya dengan lembut."Tapi katanya Ayah mau bicara sama Adzanna, by the way mau bicara apa, Yah?" tanya Addzana, dengan wajah penasaran."Ayah mau bilang, Ayah mengajarimu seperti ini untuk melindungi dirimu sendiri dari kejahatan, jangan sesekali berbuat semau mu, apalagi pukul-pukul ngga jelas, ingat!! jangan terlalu agresif.""Siap komandan!!" seru Addzana ."Aku juga paham kok, Yah apa yang Ayah ajarin ini sangat membantu Adzanna, ketika Adzanna diganggu orang jahat bahkan preman sekalipun." Sahutnya lagi.Adzanna masuk ke dalam rum