ISTANA BLAMBANG SEWU kedatangan Pertapa Hinip beserta kedua muridnya, Bondo dan Woso. Pangeran Blambang Sewu, Jonggrang dan para pejabat Istana Blambang Sewu tengah menunggu ketiganya di aula utama Istana Blambang Sewu.
Pertapa Hinip beserta kedua muridnya segera menjura hormat dihadapan Pangeran Blambang Sewu.
“Bangunlah pertapa” ucap Pangeran Blambang Sewu mempersilahkan Pertapa Hinip beserta kedua muridnya untuk duduk.
“Bagaimana dengan tugas yang kuberikan pada kalian ?” sambung tanya Pangeran Blambang Sewu lagi.
Pertapa Hinip tidak menjawab, tapi mengeluarkan sesuatu dari balik pakaiannya. Sebuah kitab tua dan usang terlihat ditangan Pertapa Hinip. Di singgasananya, wajah Pangeran Blambang Sewu tampak berubah melihat kitab tua yang ada ditangan Pertapa Hinip.
Tanpa banyak bicara, karena memang mulut Pertapa Hinip yang terkunci, Pertapa Hinip lalu menyerahkan kitab tua ditangannya kepada Pangeran Blambang Sewu.
Sementara itu di Pulau Ular. Wika benar-benar menikmati masa bulan madunya bersama Bintang. Tiada hari dan waktu keduanya laluinya dengan merajut birahi bersama. Wika benar-benar ketagihan meregup kenikmatan dengan keperkasaan dan kepandaian Bintang memanjakannya. Sementara Bintangpun juga ikut ketagihan menikmati kecantikan dan keindahan tubuh yang dimiliki Wika. Sungguh perpaduan yang sempurna, saling membutuhkan dan saling pengertian satu sama lain. Siang itu, Pulau Ular dan pulau-pulau disekitarnya tengah diguyur hujan lebat, tapi hal itu justru semakin menambah keindahan pergulatan birahi Bintang dan Wika didalam gubuk tua milik Nenek Ular. Nenek Ular sendiri selama Bintang dan Wika berada di Pulau Ular lebih banyak berada di Pulau Ular, memberikan kesempatan Bintang dan Wika untuk menikmati bulan madu mereka tanpa gangguan. Lebatnya hujan yang mengguyur semakin membuat rintihan dan jeritan-jeritan kenikmatan yang keluar dari dalam gubuk Nenek Ular semakin tak terdengar keluar.
Kotaraja Blambang Sewu terlihat begitu ramai penduduknya, hal ini tentunya dikarenakan kerajaan Blambang Sewu merupakan salah satu tempat persinggahan juga menjadi pusat perekonomian. Diantara ribuan orang yang sibuk dengan segala aktivitasnya, terlihat sepasang muda mudi bercaping yang ada didalam keramaian tersebut. Sepasang muda mudi ini tampak berhenti sejenak diantara keramaian, keduanya mengangkat caping bambu yang mereka kenakan, terlihat seraut wajah tampan dan cantik keduanya.“Apa yang harus kita lakukan sekarang kang ?” terdengar suara lembut dari gadis cantik bercaping kearah lelaki muda bercaping disebelahnya.“Kita amati dan selidiki dulu keadaan disini Wika” ucap lelaki muda bercaping yang memang tak lain adalah Bintang. Keduanya sudah tiba di wilayah kotaraja Blambang Sewu.“Dimana kita harus memulainya kang ?”“Di tempat makan. Ayo kita cari makan dulu” ucap Bintang lagi hingga membuat Wika
Kita kembali ke tempat dimana Wika masih duduk termenung dijendela kamarnya.“Kang Bintang kemana ya, kok lama sekali ya” ucap Wika seperti berkata pada dirinya sendiri. Wika mulai merasakan kesepian tanpa kehadiran Bintang disisinya, kini Wika menyadari kalau kehadiran Bintang dihidupnya memang benar-benar sangat berarti, karena baru ditinggal sebentar saja, Wika sudah merasakan sepi dan hampa didalam dirinya. Sesekali kedua mata indah Wika tampak menatap keadaan disekitarnya untuk melihat-lihat apakah Bintang sudah kembali. Tapi tetap tak ditemukannya sosok yang dicarinya.Sementara itu cuaca diluar mulai tidak bersahabat, angin kencang mulai berhembus, Bintang-Bintang dan rembulanpun sudah tak tampak lagi, tertutup oleh awan-awan hitam, para pedagang mulai menutup dagangannya, keadaan jalan-jalan dikotarajapun mulai terlihat sepi.Dhuer !!Guntur menggelegar dengan kerasnya seiring dengan turunnya hujan yang membasahi bumi.“Ad
Wika yang tak sabar terlihat lebih dulu membuka caping bambu dikepalanya, hingga seraut wajah cantik jelita tampak mempesona dipandangan Pertapa Hinip, Bondo dan Woso.“Aku Bidadari Pulau Ular ingin menuntut balas atas dendam kesumatku pada kalian” ucap Wika dengan tegas hingga membuat wajah Pertapa Hinip, Bondo dan Woso berubah.“Bidadari Pulau Ular...” ulang Bondo dan Woso hampir bersaman. Pertapa Hinip tampak maju kedepan murid-muridnya.“Jadi kau Bidadari Pulau Ular !” terdengar Pertapa Hinip mengeluarkan suara perutnya.Wika terkejut melihat lawannya bisa mengeluarkan suara, bukan dari mulutnya yang terkatup rapat. Tapi ini bukan saatnya bagi Wika untuk terkejut.“Benar, aku Bidadari Pulau Ular yang akan menuntut balas pada kalian” ucap Wika lagi dengan tegas.“Ha ha ha...!”Tawa Pertapa Hinip tiba-tiba terdengar menggema ditempat itu.“Nenek Ular gurumu saj
<kilas balik>Kita kembali ke masa saat Bintang dan Wika yang berpamitan dengan Nenek Ular untuk meninggalkan Pulau Ular. Mencari Pertapa Hinip untuk membalaskan dendam kesumat Wika atas kematian ibunya, Ular Ana.“Jika kalian berhadapan dengan Pertapa Hinip, berhati-hatilah, kemampuannya bisa membuat dunia disekitar kita menjadi sangat hening, bahkan puncak jurusnya yang bernama Keheningan dalam kesunyian bisa membawa kita ke ruang tanpa udara, kita bisa mati terjebak dalam ruang tanpa udara itu” ucap Nenek Ular memberikan petunjuk untuk Bintang dan Wika.Bila Bintang sangat penasaran mendengar kemampuan Pertapa Hinip, Wika justru merinding mendengarnya, tak dapat terbayangkan terjebak disebuah ruang tanpa udara.Tak lupa Nenek Ular mewanti-wanti kepada Bintang dan Wika tentang kitab Ajian Serat Jiwa yang telah dicuri oleh Pertapa Hinip. Untung saja Ajian Serat Jiwa tingkat X yang bernama "Ajian S
Pertapa Hinip terlihat langsung menggesek-gesekkan tangannya kearah Wika.Clleeetarrr !!!Satu petir menyambar cepat kearah Wika dengan sangat cepat, Wika sendiri yang memang sudah mengetahui tentang serangan itu dari petunjuk Nenek Ular segera bergerak menghindar.Glaarrr !!!Tempat yang ada dibelakang Wika langsung hancur berantakan begitu terkena serangan petir Pertapa Hinip.Sambil menghindar, Wika dengan cepat menghimpun Ajian Serat Jiwa tingkat IX yang bernama "Ajian Gelang-gelang" yang menciptakan gelang api yang berkobar-kobar... Jurus ini membuat suatu lingkaran energi di telapak tangan untuk membentuk Gelang-gelang yang mampu memotong lawan-lawannya.Wuuuttt !!! Wuuuttt !!!Wika langsung melepaskan Ajian Gelang-gelangnya yang dahsyat kearah Pertapa Hinip. Kali ini Pertapa Hinip yang bergerak cepat untuk menghindari serangan Wika.Blleesstttt !!!Rerumputan yang ada dibelakang
Dhuer !! Dhuer !! Dhuer !! Dhuer !! Dhuer !!Pertapa Hinip melancarkan serangan gencarnya yang berupa petir menyambar kearah Wika yang terlihat kewalahan menghadapinya.Wika terus bergerak menghindar, Wika tak mampu mengimbangi serangan gencar Pertapa Hinip dengan Ajian Gelang-gelangnya, bahkan untuk mengerahkan Ajian Serat Jiwa tingkat X-nya, "Ajian Serat Netra Dahana" Wika dibuat tak memiliki kesempatan untuk membuka ajian barunya oleh Pertapa Hinip.Dan saat memiliki kesempatan, Wika dengan cepat merapal Ajian Serat Jiwa tingkat II-nya, "Ajian Serat Wadag Brajawesi" yang bisa meningkatkan kekuatan tubuhnya hingga memiliki kekebalan terhadap serangan lawan.Dhuarrr !!!Tepat disaat Wika mengerahkan Ajian Serat Wadag Brajawesinya, saat itu pula serangan petir Pertapa Hinip menyambarnya hingga terjadi ledakan dahsyat yang cukup keras. Dan ini sempat memecah perhatian Bintang yang langsung mengar
Suasana di tempat pertarungan terlihat sunyi, baik Bintang maupun Pertapa Hinip sama-sama tengah berkonsentrasi untuk menyembuhkan luka dalam masing-masing orang yang saat ini telah ditempeli telapak tangan mereka. Bintang membantu Wika, Pertapa Hinip membantu Bondo dan Woso.Setelah cukup lama. Bintang tampak lebih dulu menyudahi tindakannya. Wika tampak membuka matanya kembali dan menatap kearah Bintang dengan tersenyum.“Terima kasih kang” ucap Wika.Bintang mengangguk.“Wika beristirahat saja dulu, biar kakang yang menghadapi pertapa itu” ucap Bintang mantap, Wika juga menyambutnya dengan mengangguk mantap. Dengan tangannya Bintang lalu mengangkat Wika kedalam pondongannya, lalu membawa Wika menyingkir agak menjauh dari tempat itu. Sementara itu Pertapa Hinip juga sudah mengakhiri tindakannya menolong Bondo dan Woso.Hampir bersamaan baik Bintang maupun Pertapa Hinip sama-sama berjalan kedepan. Bintang tampak melepaskan
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig