“Belang! Hitam!!” terdengar Ular Ana menatap kearah kedua ular besar yang ada didekat Wika dan Nenek Ular.
SSssttttttt !! SSssttttttt !!
Belang dan Hitam terlihat langsung bereaksi dengan mengangkat kepala mereka.
“Mulai sekarang ! kalian jaga adik kalian. Kapanpun dia membutuhkan kalian. Kalian harus datang membantunya” ucap Ular Ana lagi.
SSssttttttt !! SSssttttttt !!
Kembali Belang dan Hitam mendesis seakan menjawab apa yang dikatakan oleh Ular Ana.
Ular Ana sendiri kini menatap kearah Bintang.
“Tuan. Sekali lagi terima kasih karena tuan telah memberikan kesempatan untuk bertemu kembali dengan anak hamba” ucap Ular Ana. Bintang tersenyum dan mengangguk.
“Nenek Ular ! Titip Wika...” ucap Ular Ana. Nenek Ular tampak mengangguk mantap.
“Anakku... selamat tinggal. Sekali lagi ibu ucapkan selamat untuk pernikahanmu” ucap Ular Ana lagi.
“Ibu...!”
ISTANA BLAMBANG SEWU kedatangan Pertapa Hinip beserta kedua muridnya, Bondo dan Woso. Pangeran Blambang Sewu, Jonggrang dan para pejabat Istana Blambang Sewu tengah menunggu ketiganya di aula utama Istana Blambang Sewu.Pertapa Hinip beserta kedua muridnya segera menjura hormat dihadapan Pangeran Blambang Sewu.“Bangunlah pertapa” ucap Pangeran Blambang Sewu mempersilahkan Pertapa Hinip beserta kedua muridnya untuk duduk.“Bagaimana dengan tugas yang kuberikan pada kalian ?” sambung tanya Pangeran Blambang Sewu lagi.Pertapa Hinip tidak menjawab, tapi mengeluarkan sesuatu dari balik pakaiannya. Sebuah kitab tua dan usang terlihat ditangan Pertapa Hinip. Di singgasananya, wajah Pangeran Blambang Sewu tampak berubah melihat kitab tua yang ada ditangan Pertapa Hinip.Tanpa banyak bicara, karena memang mulut Pertapa Hinip yang terkunci, Pertapa Hinip lalu menyerahkan kitab tua ditangannya kepada Pangeran Blambang Sewu.
Sementara itu di Pulau Ular. Wika benar-benar menikmati masa bulan madunya bersama Bintang. Tiada hari dan waktu keduanya laluinya dengan merajut birahi bersama. Wika benar-benar ketagihan meregup kenikmatan dengan keperkasaan dan kepandaian Bintang memanjakannya. Sementara Bintangpun juga ikut ketagihan menikmati kecantikan dan keindahan tubuh yang dimiliki Wika. Sungguh perpaduan yang sempurna, saling membutuhkan dan saling pengertian satu sama lain. Siang itu, Pulau Ular dan pulau-pulau disekitarnya tengah diguyur hujan lebat, tapi hal itu justru semakin menambah keindahan pergulatan birahi Bintang dan Wika didalam gubuk tua milik Nenek Ular. Nenek Ular sendiri selama Bintang dan Wika berada di Pulau Ular lebih banyak berada di Pulau Ular, memberikan kesempatan Bintang dan Wika untuk menikmati bulan madu mereka tanpa gangguan. Lebatnya hujan yang mengguyur semakin membuat rintihan dan jeritan-jeritan kenikmatan yang keluar dari dalam gubuk Nenek Ular semakin tak terdengar keluar.
Kotaraja Blambang Sewu terlihat begitu ramai penduduknya, hal ini tentunya dikarenakan kerajaan Blambang Sewu merupakan salah satu tempat persinggahan juga menjadi pusat perekonomian. Diantara ribuan orang yang sibuk dengan segala aktivitasnya, terlihat sepasang muda mudi bercaping yang ada didalam keramaian tersebut. Sepasang muda mudi ini tampak berhenti sejenak diantara keramaian, keduanya mengangkat caping bambu yang mereka kenakan, terlihat seraut wajah tampan dan cantik keduanya.“Apa yang harus kita lakukan sekarang kang ?” terdengar suara lembut dari gadis cantik bercaping kearah lelaki muda bercaping disebelahnya.“Kita amati dan selidiki dulu keadaan disini Wika” ucap lelaki muda bercaping yang memang tak lain adalah Bintang. Keduanya sudah tiba di wilayah kotaraja Blambang Sewu.“Dimana kita harus memulainya kang ?”“Di tempat makan. Ayo kita cari makan dulu” ucap Bintang lagi hingga membuat Wika
Kita kembali ke tempat dimana Wika masih duduk termenung dijendela kamarnya.“Kang Bintang kemana ya, kok lama sekali ya” ucap Wika seperti berkata pada dirinya sendiri. Wika mulai merasakan kesepian tanpa kehadiran Bintang disisinya, kini Wika menyadari kalau kehadiran Bintang dihidupnya memang benar-benar sangat berarti, karena baru ditinggal sebentar saja, Wika sudah merasakan sepi dan hampa didalam dirinya. Sesekali kedua mata indah Wika tampak menatap keadaan disekitarnya untuk melihat-lihat apakah Bintang sudah kembali. Tapi tetap tak ditemukannya sosok yang dicarinya.Sementara itu cuaca diluar mulai tidak bersahabat, angin kencang mulai berhembus, Bintang-Bintang dan rembulanpun sudah tak tampak lagi, tertutup oleh awan-awan hitam, para pedagang mulai menutup dagangannya, keadaan jalan-jalan dikotarajapun mulai terlihat sepi.Dhuer !!Guntur menggelegar dengan kerasnya seiring dengan turunnya hujan yang membasahi bumi.“Ad
Wika yang tak sabar terlihat lebih dulu membuka caping bambu dikepalanya, hingga seraut wajah cantik jelita tampak mempesona dipandangan Pertapa Hinip, Bondo dan Woso.“Aku Bidadari Pulau Ular ingin menuntut balas atas dendam kesumatku pada kalian” ucap Wika dengan tegas hingga membuat wajah Pertapa Hinip, Bondo dan Woso berubah.“Bidadari Pulau Ular...” ulang Bondo dan Woso hampir bersaman. Pertapa Hinip tampak maju kedepan murid-muridnya.“Jadi kau Bidadari Pulau Ular !” terdengar Pertapa Hinip mengeluarkan suara perutnya.Wika terkejut melihat lawannya bisa mengeluarkan suara, bukan dari mulutnya yang terkatup rapat. Tapi ini bukan saatnya bagi Wika untuk terkejut.“Benar, aku Bidadari Pulau Ular yang akan menuntut balas pada kalian” ucap Wika lagi dengan tegas.“Ha ha ha...!”Tawa Pertapa Hinip tiba-tiba terdengar menggema ditempat itu.“Nenek Ular gurumu saj
<kilas balik>Kita kembali ke masa saat Bintang dan Wika yang berpamitan dengan Nenek Ular untuk meninggalkan Pulau Ular. Mencari Pertapa Hinip untuk membalaskan dendam kesumat Wika atas kematian ibunya, Ular Ana.“Jika kalian berhadapan dengan Pertapa Hinip, berhati-hatilah, kemampuannya bisa membuat dunia disekitar kita menjadi sangat hening, bahkan puncak jurusnya yang bernama Keheningan dalam kesunyian bisa membawa kita ke ruang tanpa udara, kita bisa mati terjebak dalam ruang tanpa udara itu” ucap Nenek Ular memberikan petunjuk untuk Bintang dan Wika.Bila Bintang sangat penasaran mendengar kemampuan Pertapa Hinip, Wika justru merinding mendengarnya, tak dapat terbayangkan terjebak disebuah ruang tanpa udara.Tak lupa Nenek Ular mewanti-wanti kepada Bintang dan Wika tentang kitab Ajian Serat Jiwa yang telah dicuri oleh Pertapa Hinip. Untung saja Ajian Serat Jiwa tingkat X yang bernama "Ajian S
Pertapa Hinip terlihat langsung menggesek-gesekkan tangannya kearah Wika.Clleeetarrr !!!Satu petir menyambar cepat kearah Wika dengan sangat cepat, Wika sendiri yang memang sudah mengetahui tentang serangan itu dari petunjuk Nenek Ular segera bergerak menghindar.Glaarrr !!!Tempat yang ada dibelakang Wika langsung hancur berantakan begitu terkena serangan petir Pertapa Hinip.Sambil menghindar, Wika dengan cepat menghimpun Ajian Serat Jiwa tingkat IX yang bernama "Ajian Gelang-gelang" yang menciptakan gelang api yang berkobar-kobar... Jurus ini membuat suatu lingkaran energi di telapak tangan untuk membentuk Gelang-gelang yang mampu memotong lawan-lawannya.Wuuuttt !!! Wuuuttt !!!Wika langsung melepaskan Ajian Gelang-gelangnya yang dahsyat kearah Pertapa Hinip. Kali ini Pertapa Hinip yang bergerak cepat untuk menghindari serangan Wika.Blleesstttt !!!Rerumputan yang ada dibelakang
Dhuer !! Dhuer !! Dhuer !! Dhuer !! Dhuer !!Pertapa Hinip melancarkan serangan gencarnya yang berupa petir menyambar kearah Wika yang terlihat kewalahan menghadapinya.Wika terus bergerak menghindar, Wika tak mampu mengimbangi serangan gencar Pertapa Hinip dengan Ajian Gelang-gelangnya, bahkan untuk mengerahkan Ajian Serat Jiwa tingkat X-nya, "Ajian Serat Netra Dahana" Wika dibuat tak memiliki kesempatan untuk membuka ajian barunya oleh Pertapa Hinip.Dan saat memiliki kesempatan, Wika dengan cepat merapal Ajian Serat Jiwa tingkat II-nya, "Ajian Serat Wadag Brajawesi" yang bisa meningkatkan kekuatan tubuhnya hingga memiliki kekebalan terhadap serangan lawan.Dhuarrr !!!Tepat disaat Wika mengerahkan Ajian Serat Wadag Brajawesinya, saat itu pula serangan petir Pertapa Hinip menyambarnya hingga terjadi ledakan dahsyat yang cukup keras. Dan ini sempat memecah perhatian Bintang yang langsung mengar