“Ruhrembulan..” ucap pelan Ruhcinta dan Dewi Awan Putih hampir bersamaan, mengenali sosok jelita yang baru saja muncul ditempat itu.
Sosok jelita Ruhrembulan yang memang baru saja muncul, terlihat menatap tajam kearah orang-orang yang ada ditempat itu, hingga pandangannya terhenti pada sosok Bintang yang tampak masih di apit dengan erat oleh Ruhcinta. Hal ini membuat wajah Ruhrembulan memerah.
“Aku adalah istri Bintang, dan aku memiliki hak untuk menggagalkan pernikahan ini!” ucap Ruhrembulan dengan sedikit keras.
“Ruhrembulan, semua orang juga tau kalau pernikahanmu dengan Bintang juga tidak sah!” bentak keras Dewi Awan Putih hingga membuat Ruhrembulan memalingkan pandangannya pada sosok dewi cantik tersebut.
“Hai! Dewi Awan Putih, kau yang paling tidak memiliki hak disini. Lebih baik kau pergi tinggalkan tempat ini, jangan memalukan dirimu sebagai seorang dewi!” bentak Ruhrembulan tak kalah keras, wajah De
Ruhcinta yang melihat hal itu, segera melepaskan pelukannya, lalu segera berkelebat kedepan. Tubuhnya bergerak seperti sosok seorang penari. Dua tangannya dengan lemah gemulai didorongkan ke arah Dewi Awan Putih dan Ruhrembulan.Tak tanggung-tanggung, Ruhcinta mengerahkan serangan ‘Tangan Dewa Merajam Bumi’. Siapa saja yang sampai terkena maka tubuhnya akan menjadi lumpuh tak berdaya, sulit disembuhkan alias bakalan cacat seumur hidup.Dewi Awan Putih dan Ruhrembulan tentu saja tau kedahsyatan pukulan ‘Tangan Dewa Merajam Bumi’ tersebut. Maka disaat tubuh keduanya masih terlempar kebelakang. Dewi Awan Putih dengan cepat melepas selendang yang melilit dipinggangnya, dan melesatkannya kearah Ruhcinta. Ruhrembulan sendiri segera menyilangkan kedua tangannya, dari kedua tangannya, menderu satu gelombang angin yang dahsyatnya bukan alang kepalang!Wusss! Wusss!Bummm! Bummm!Ruhrembulan, Ruhcinta dan Dewi Awan P
“Dewi Awan Putih, kau yang kuberi kesempatan pertama untuk menyerangku dengan ilmu andalanmu” kata Bintang mengarah kearah Dewi Awan Putih, paras jelita Dewi Awan Putih tampak berubah, ditatapnya Ruhcinta dan Ruhrembulan yang saat itu juga tengah menatapnya. Dewi Awan Putih kemudian tampak tersenyum kepada keduanya, karena dengan Bintang menunjuk dirinya sebagai yang pertama, itu berarti perhatian Bintang lebih kepadanya, daripada ke Ruhcinta dan Ruhrembulan.“Bintang memberikan kesempatan pertama untukku, aku tak boleh menyia-nyiakannya, akan ku kalahkan Bintang. Agar dia menjadi milikku” batin Dewi Awan Putih juga menyadari kalau Bintang memberikan kesempatan pertama untuknya.Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu, selendang biru yang selama ini melilit dipinggang rampingnya di loloskan.“Bersiaplah Bintang! Hadapi selendang dewiku ini!” kata Dewi Awan Putih menyiapkan selendang biru ditangannya.Hiaaah...!D
Brussshhh...!Satu sosok tubuh muncul dari dalam tanah dan sosok itu tak lain adalah Bintang. Hebatnya, walaupun baru saja keluar dari dalam tanah, sosok dan pakaian yang Bintang kenakan, sedikitpun tidak kotor. Tidak ada tanah yang menempel ditubuhnya. Itulah kehebatan ilmu ‘Amblas Bumi’ milik Bintang.Bintang sendiri kini sudah berdiri beberapa tombak dihadapan Ruhrembulan dengan tersenyum. “Ayo Ruhrembulan, jangan sungkan! Berikan serangan terbaikmu”Ruhrembulan justru tersenyum bahagia, bukan karena mendengar kata-kata Bintang, melainkan karena melihat Bintang baik-baik saja. Ruhrembulan lalu menyilangkan kedua tangannya didepan dada, kedua matanya terpejam. Tapi cuma sesaat, dimana saat kedua mata Ruhrembulan terbuka, kedua tangannya sudah mendorong kedepan. Dari kedua tangan Ruhrembulan, melesat keluar larikan larikan api panjang berwarna biru, sangat panas. Gulungan api ini berbentuk demikian rupa seperti jaringan besar ya
Brussshhh...! Satu sosok tubuh muncul dari dalam tanah dan sosok itu tak lain adalah Bintang. Hebatnya, walaupun baru saja keluar dari dalam tanah, sosok dan pakaian yang Bintang kenakan, sedikitpun tidak kotor. Tidak ada tanah yang menempel ditubuhnya. Itulah kehebatan ilmu ‘Amblas Bumi’ milik Bintang. Bintang sendiri kini sudah berdiri beberapa tombak dihadapan Ruhrembulan dengan tersenyum. “Ayo Ruhrembulan, jangan sungkan! Berikan serangan terbaikmu” Ruhrembulan justru tersenyum bahagia, bukan karena mendengar kata-kata Bintang, melainkan karena melihat Bintang baik-baik saja. Ruhrembulan lalu menyilangkan kedua tangannya didepan dada, kedua matanya terpejam. Tapi cuma sesaat, dimana saat kedua mata Ruhrembulan terbuka, kedua tangannya sudah mendorong kedepan. Dari kedua tangan Ruhrembulan, melesat keluar larikan larikan api panjang berwarna biru, sangat panas. Gulungan api ini berbentuk demikian rupa seperti jaringan besar yang dengan cepat mengh
Kedua nenek jin ini benar-benar tak tanggung-tanggung dalam melancarkan serangan, bila Jin Lembah Paekatakhijau menggunakan Pukulan ‘Kasih Mendorong Bumi’nya untuk menyerang, sehingga walaupun beberapa kali Bintang berhasil menghindarinya, tapi tetap saja tubuh Bintang terseret beberapa langkah kebelakang karena dahsyatnya kekuatan Pukulan ‘Kasih Mendorong Bumi’. Sementara Jin Penjunjung Roh sendiri sering menggunakan larik-larik sinar merah yang keluar dari atas kepala si nenek yang berbentuk kerucut.Bumm... Bumm... Bumm... Bumm... Bumm...!!!Tempat itu benar-benar seperti dilanda gempa yang dahsyat karena ledakan demi ledakan terus terjadi disekitar area pertarungan ketiganya. Di sisi lain, Ruhrembulan, Ruhcinta dan Dewi Awan Putih terlihat sangat khawatir melihat Bintang yang semakin terdesak hebat oleh serangan kedua nenek jin tersebut.“Bugghh...!”“Hei!!!”Hampir bersamaan Ruh
“Cepat kalian menyingkir menjauh, nenek satu itu tengah mengeluarkan ‘racun neraka perut bumi’nya, kalau terkena tubuh, tubuh kalian akan melepuh hingga akhirnya menjadi tulang” ucap keras Jin Lembah Paekatakhijau seraya ikut melompat menjauh. “Hai, Ruhniknik, hati-hati kau! Jangan sampai katak-katak ku menjadi korban racunmu” teriak Jin Lembah Paekatakhijau lagi. Di tempatnya, Jin Penjunjung Roh hanya tampak tersenyum sinis mendengar hal itu seraya keluarkan ucapan ; “Tenang saja, ‘racun neraka perut bumi’ ini sepenuhnya berada dalam kendaliku”Di tempatnya, Bintang masih berdiri dengan tenang, hingga akhirnya Bintangpun membuka langkah. Kedua tangan berkembang di kiri dan kanan, lalu membentuk cengkraman seperti cakar naga. Perlahan tapi pasti, Bintangpun mulai memainkan jurusnya. Sebuah jurus lembut tapi bertenaga kuat. Jurus ‘Naga Angin’.Dari jurus yang Bintang pergu
“Dewi Awan Putih... Dengan tindakanmu ini, apakah kau tidak takut terkena hukuman dari para dewa?” tanya Ruhrembulan kepada Dewi Awan Putih.Dewi Awan Putih terlihat menarik nafas panjang dan berkata ; “Aku sudah tak perduli lagi dengan negeri atas langit, kalaupun mereka akan memberikan hukuman. Aku sudah siap dengan segala konsekuensinya”Ruhcinta menggerakkan tangannya untuk menggenggam tangan Dewi Awan Putih. “Sekarang kita sudah menjadi saudari, apapun yang terjadi, aku akan mendukung dan membelamu Dewi Awan Putih” ucap Ruhcinta dengan lembut. Dewi Awan Putih tersenyum lembut mendengar hal itu.Ruhrembulan ikut menggengam tangan keduanya. “Akupun takkan tinggal diam kalau mereka mau menjatuhkan hukuman padamu, Dewi Awan Putih”Ketiga dara jelita ini tampak saling tersenyum satu sama lain dengan keakraban mereka.“Oh ya Dewi Awan Putih, apakah...”“Apakah apa? Ruhrembulan.
“Ss.suamiku.”. ucap Lian terbata-bata dan tersipu malu.“Akhirnya kau menjadi istriku, Ruhcinta ” ucap Bintang tersenyum. “Seharusnya sejak pertama kita bertemu dulu, aku sudah melamarmu untuk menjadi istriku”. Ucap Bintang lagi hingga membuat wajah Ruhcinta berubah seraya berbalik menatap kearah Bintang.“Kau mengatakan itu hanya untuk menyenangkanku, kan suamiku?”“Tidak, aku mengatakan sejujurnya. tapi aku dulu takut kalau cintaku, cuma bertepuk sebelah tangan saja.”“Jadi...”. Ruhcinta tak mampu meneruskan ucapannya karena Bintang mengangguk kepalanya.“Aku sudah jatuh hati padamu, sejak pertama kali kita bertemu istriku”. Ucap Bintang tersenyum. Ruhcinta tampak menatap kearah Bintang dengan pandangan seolah tak percaya, kedua mata indah Ruhcinta tampak berbinar-binar menahan haru.Dengan lembut Bintang membelai lembut wajah manis jelita yang ada Di hadap