“Cepat kalian menyingkir menjauh, nenek satu itu tengah mengeluarkan ‘racun neraka perut bumi’nya, kalau terkena tubuh, tubuh kalian akan melepuh hingga akhirnya menjadi tulang” ucap keras Jin Lembah Paekatakhijau seraya ikut melompat menjauh. “Hai, Ruhniknik, hati-hati kau! Jangan sampai katak-katak ku menjadi korban racunmu” teriak Jin Lembah Paekatakhijau lagi. Di tempatnya, Jin Penjunjung Roh hanya tampak tersenyum sinis mendengar hal itu seraya keluarkan ucapan ; “Tenang saja, ‘racun neraka perut bumi’ ini sepenuhnya berada dalam kendaliku”
Di tempatnya, Bintang masih berdiri dengan tenang, hingga akhirnya Bintangpun membuka langkah. Kedua tangan berkembang di kiri dan kanan, lalu membentuk cengkraman seperti cakar naga. Perlahan tapi pasti, Bintangpun mulai memainkan jurusnya. Sebuah jurus lembut tapi bertenaga kuat. Jurus ‘Naga Angin’.
Dari jurus yang Bintang pergu
“Dewi Awan Putih... Dengan tindakanmu ini, apakah kau tidak takut terkena hukuman dari para dewa?” tanya Ruhrembulan kepada Dewi Awan Putih.Dewi Awan Putih terlihat menarik nafas panjang dan berkata ; “Aku sudah tak perduli lagi dengan negeri atas langit, kalaupun mereka akan memberikan hukuman. Aku sudah siap dengan segala konsekuensinya”Ruhcinta menggerakkan tangannya untuk menggenggam tangan Dewi Awan Putih. “Sekarang kita sudah menjadi saudari, apapun yang terjadi, aku akan mendukung dan membelamu Dewi Awan Putih” ucap Ruhcinta dengan lembut. Dewi Awan Putih tersenyum lembut mendengar hal itu.Ruhrembulan ikut menggengam tangan keduanya. “Akupun takkan tinggal diam kalau mereka mau menjatuhkan hukuman padamu, Dewi Awan Putih”Ketiga dara jelita ini tampak saling tersenyum satu sama lain dengan keakraban mereka.“Oh ya Dewi Awan Putih, apakah...”“Apakah apa? Ruhrembulan.
“Ss.suamiku.”. ucap Lian terbata-bata dan tersipu malu.“Akhirnya kau menjadi istriku, Ruhcinta ” ucap Bintang tersenyum. “Seharusnya sejak pertama kita bertemu dulu, aku sudah melamarmu untuk menjadi istriku”. Ucap Bintang lagi hingga membuat wajah Ruhcinta berubah seraya berbalik menatap kearah Bintang.“Kau mengatakan itu hanya untuk menyenangkanku, kan suamiku?”“Tidak, aku mengatakan sejujurnya. tapi aku dulu takut kalau cintaku, cuma bertepuk sebelah tangan saja.”“Jadi...”. Ruhcinta tak mampu meneruskan ucapannya karena Bintang mengangguk kepalanya.“Aku sudah jatuh hati padamu, sejak pertama kali kita bertemu istriku”. Ucap Bintang tersenyum. Ruhcinta tampak menatap kearah Bintang dengan pandangan seolah tak percaya, kedua mata indah Ruhcinta tampak berbinar-binar menahan haru.Dengan lembut Bintang membelai lembut wajah manis jelita yang ada Di hadap
PURI KEBAHAGIAAN. Sebuah tempat yang selama ini menjadi tempat peristirahatan para dewi di negeri jin. Tapi semenjak perisitwa menggenaskan pada Bunda Dewi. Puri Kebahagiaan tidak lagi ditempati, sehingga tempat itu terlihat begitu sepi dan lengang. Tapi kesepian tempat itu sesungguhnya tidak seperti yang terlihat dipandangan mata, karena kini tempat itu menjadi saksi bulan madunya Bintang dengan ketiga gadis tercantik di negeri jin bahkan di negeri atas langit.Dewi Awan Putih adalah gadis berwajah cantik seolah bidadari, agung dan anggun. Dewi tercantik di Negeri Atas Langit, Ruhrembulan adalah gadis yang memiliki kecantikan sempurna, bahkan Dewi Awan Putih sampai iri dengan kecantikannya, dan yang terakhir adalah Ruhcinta, gadis yang kecantikannya membuat iri para Dewi di Negeri Atas Angin. Ketiganya kini sudah menjadi istri pendekar kita, dan hampir selama seminggu, ke-4nya begitu sangat menikmati bulan madu mereka di Puri Kebahagiaan.Pagi itu, s
Hampir bersamaan ketiganya menjerit kaget saat Bintang mencubit hidung-hidung bangir mereka. Bintang sendiri tertawa melihat ketiga istrinya bersungut-sungut tapi kemudian tersenyum. Hampir bersamaan ketiganya lantas mengerubuti Bintang.“Jadi benar, kau bisa membelah diri menjadi beberapa orang, suamiku?” tanya Dewi Awan Putih mendahului yang lain. Dengan masih tersenyum, Bintang mengangguk.“Aku harus bersikap adil kepada kalian bertiga” kata Bintang singkat. “Ayo kita duduk, kita makan dulu. Nanti baru bicara”Walaupun banyak sekali diantara mereka bertiga ingin mengajukan pertanyaan, tapi mereka tak bisa membantah. Maka merekapun segera menikmati hidangan yang Bintang masak untuk mereka. Sepanjang mereka menikmati makanan tersebut, tak henti-hentinya. Ketiga gadis cantik jelita ini menatap kearah Bintang dengan tatapan penuh kagum.-o0o-“Aku ingin bertanya sesuatu pada kalian bertiga?&rdq
“Tidak ada yang tahu dimana letak kerajaan Tuanku Maharaja itu, suamiku” jawab Ruhcinta“Loh, bukannya kalian semua sudah pernah kesana?” tanya Bintang dengan bingung.“Benar suamiku, kami semua memang pernah kesana. Tapi saat meninggalkan istana Tuanku Maharaja. Kami semua lupa tentang keberadaan tempat itu” jelas Ruhrembulan.“Sepertinya Tuanku Maharaja memiliki cara untuk menghapus semua ingatan orang-orang tentang letak istana itu” sambung Dewi Awan Putih.Bintang terdiam mendengar hal itu, demikian pula ketiga istrinya. Untuk sesaat, suasana hening melingkupi ruangan itu.“Ada beberapa orang yang mungkin tau, dimana letak istana Tuanku Maharaja itu, suamiku” kata Dewi Awan Putih tiba-tiba hingga memancing perhatian Bintang dan lainnya yang kini menatap kearahnya.“Siapa?”“Bunda Dewi dan Ratu Dewi..” jawab Dewi Awan Putih.“Bunda Dewi
“Hai kerabatku! Dewi Awan Putih, bisakah kita berbicara berdua sebentar” pinta Bunda Dewi, Dewi Awan Putih mengangguk. Lalu keduanya segera pergi menjauh dari tempat itu.“Hai kerabatku! Dewi Awan Putih, kenapa kau berada disini? Lalu kenapa pula Ruhcinta dan Ruhrembulan juga berada disini?” tanya Bunda Dewi dengan pelan setengah berbisik.Dewi Awan Putih tampak terdiam sejenak.“Hai! Kenapa kau diam saja kerabatku, jawab aku!”“K-kami sudah menikah Bunda Dewi”“M-menikah, siapa yang menikah? Menikah dengan siapa?” tanya Bunda Dewi beruntun.“Kami...” kata Dewi Awan Putih lagi seraya menolehkan wajah jelitanya kearah Ruhcinta, Ruhrembulan dan Bintang yang masih berdiri ditempatnya memandang kearah mereka. Melihat hal itu, Bunda Dewipun memalingkan wajah ayunya kearah ketiganya.“K-kami siapa maksudmu, Hai kerabatku?” tanya Bunda Dewi dengan suara berge
Bunda Dewi sendiri kini sudah membawa sosok Bintang turun tepat dipintu gerbang bangunan putih itu. Para dewa yang menjaga tempat itu, terlihat langsung berkumpul begitu melihat siapa yang datang. Dengan serta merta mereka langsung menjura hormat.“Selamat datang di Puri Ketenangan Bunda Dewi. Simpul Agung Dari Segala Dewi, Dewi Junjungan Dari Segala Junjungan”Bunda Dewi sendiri langsung membalas juraan hormat itu dengan anggukan kepalanya. Lalu tanpa menunda-nunda waktu lagi. Bunda Dewi langsung menarik tangan Bintang yang masih digenggamnya untuk masuk kedalam bangunan putih yang disebut Puri Ketenangan itu. Para dewi-dewi yang menjaga tempat itu hanya saling pandang, heran dengan sikap Bunda Dewi yang tidak menyapa mereka. Mereka kenal dengan sosok pemuda yang datang bersama Bunda Dewi. Tapi semuanya tetap diam, tak berani untuk bertanya lebih jauh.Begitu berada diujung lorong, Bunda Dewi menghentikan langkahnya. Bintang yang ada disebelahnya ik
“Apa maksud ucapanmu barusan, Bunda Dewi?”Bunda Dewi tampak tersenyum kearah Bintang, dengan berucap lembut. “Dengan mengantarkanmu ke kotaraja Maharaja Jin, aku sudah pasti akan dihukum mati oleh Tuanku Maharaja karena membawa orang luar ke kotaraja, karena tidak ada seorangpun yang boleh menjejakkan kakinya di kotaraja tanpa seizin maharaja” semakin berubahlah paras Bintang mendengar ucapan Bunda Dewi.“Tidak! Aku takkan membiarkan hal itu terjadi Bunda Dewi”“Itu sudah menjadi peraturan yang ditetapkan oleh Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal untuk semua yang tinggal di negeri jin ini Bintang, tidak ada yang bisa lepas dari peraturan itu”“Jika kau sudah tau tentang peraturan itu, kenapa kau masih ingin menolongku, Bunda Dewi”“Karena aku mencintaimu Bintang, aku menyayangimu dengan segenap hati dan perasaanku” kata Bunda Dewi lagi dengan penuh ketulusan hatinya, Bintang yang m