“Dewi Awan Putih... Dengan tindakanmu ini, apakah kau tidak takut terkena hukuman dari para dewa?” tanya Ruhrembulan kepada Dewi Awan Putih.
Dewi Awan Putih terlihat menarik nafas panjang dan berkata ; “Aku sudah tak perduli lagi dengan negeri atas langit, kalaupun mereka akan memberikan hukuman. Aku sudah siap dengan segala konsekuensinya”
Ruhcinta menggerakkan tangannya untuk menggenggam tangan Dewi Awan Putih. “Sekarang kita sudah menjadi saudari, apapun yang terjadi, aku akan mendukung dan membelamu Dewi Awan Putih” ucap Ruhcinta dengan lembut. Dewi Awan Putih tersenyum lembut mendengar hal itu.
Ruhrembulan ikut menggengam tangan keduanya. “Akupun takkan tinggal diam kalau mereka mau menjatuhkan hukuman padamu, Dewi Awan Putih”
Ketiga dara jelita ini tampak saling tersenyum satu sama lain dengan keakraban mereka.
“Oh ya Dewi Awan Putih, apakah...”
“Apakah apa? Ruhrembulan.
“Ss.suamiku.”. ucap Lian terbata-bata dan tersipu malu.“Akhirnya kau menjadi istriku, Ruhcinta ” ucap Bintang tersenyum. “Seharusnya sejak pertama kita bertemu dulu, aku sudah melamarmu untuk menjadi istriku”. Ucap Bintang lagi hingga membuat wajah Ruhcinta berubah seraya berbalik menatap kearah Bintang.“Kau mengatakan itu hanya untuk menyenangkanku, kan suamiku?”“Tidak, aku mengatakan sejujurnya. tapi aku dulu takut kalau cintaku, cuma bertepuk sebelah tangan saja.”“Jadi...”. Ruhcinta tak mampu meneruskan ucapannya karena Bintang mengangguk kepalanya.“Aku sudah jatuh hati padamu, sejak pertama kali kita bertemu istriku”. Ucap Bintang tersenyum. Ruhcinta tampak menatap kearah Bintang dengan pandangan seolah tak percaya, kedua mata indah Ruhcinta tampak berbinar-binar menahan haru.Dengan lembut Bintang membelai lembut wajah manis jelita yang ada Di hadap
PURI KEBAHAGIAAN. Sebuah tempat yang selama ini menjadi tempat peristirahatan para dewi di negeri jin. Tapi semenjak perisitwa menggenaskan pada Bunda Dewi. Puri Kebahagiaan tidak lagi ditempati, sehingga tempat itu terlihat begitu sepi dan lengang. Tapi kesepian tempat itu sesungguhnya tidak seperti yang terlihat dipandangan mata, karena kini tempat itu menjadi saksi bulan madunya Bintang dengan ketiga gadis tercantik di negeri jin bahkan di negeri atas langit.Dewi Awan Putih adalah gadis berwajah cantik seolah bidadari, agung dan anggun. Dewi tercantik di Negeri Atas Langit, Ruhrembulan adalah gadis yang memiliki kecantikan sempurna, bahkan Dewi Awan Putih sampai iri dengan kecantikannya, dan yang terakhir adalah Ruhcinta, gadis yang kecantikannya membuat iri para Dewi di Negeri Atas Angin. Ketiganya kini sudah menjadi istri pendekar kita, dan hampir selama seminggu, ke-4nya begitu sangat menikmati bulan madu mereka di Puri Kebahagiaan.Pagi itu, s
Hampir bersamaan ketiganya menjerit kaget saat Bintang mencubit hidung-hidung bangir mereka. Bintang sendiri tertawa melihat ketiga istrinya bersungut-sungut tapi kemudian tersenyum. Hampir bersamaan ketiganya lantas mengerubuti Bintang.“Jadi benar, kau bisa membelah diri menjadi beberapa orang, suamiku?” tanya Dewi Awan Putih mendahului yang lain. Dengan masih tersenyum, Bintang mengangguk.“Aku harus bersikap adil kepada kalian bertiga” kata Bintang singkat. “Ayo kita duduk, kita makan dulu. Nanti baru bicara”Walaupun banyak sekali diantara mereka bertiga ingin mengajukan pertanyaan, tapi mereka tak bisa membantah. Maka merekapun segera menikmati hidangan yang Bintang masak untuk mereka. Sepanjang mereka menikmati makanan tersebut, tak henti-hentinya. Ketiga gadis cantik jelita ini menatap kearah Bintang dengan tatapan penuh kagum.-o0o-“Aku ingin bertanya sesuatu pada kalian bertiga?&rdq
“Tidak ada yang tahu dimana letak kerajaan Tuanku Maharaja itu, suamiku” jawab Ruhcinta“Loh, bukannya kalian semua sudah pernah kesana?” tanya Bintang dengan bingung.“Benar suamiku, kami semua memang pernah kesana. Tapi saat meninggalkan istana Tuanku Maharaja. Kami semua lupa tentang keberadaan tempat itu” jelas Ruhrembulan.“Sepertinya Tuanku Maharaja memiliki cara untuk menghapus semua ingatan orang-orang tentang letak istana itu” sambung Dewi Awan Putih.Bintang terdiam mendengar hal itu, demikian pula ketiga istrinya. Untuk sesaat, suasana hening melingkupi ruangan itu.“Ada beberapa orang yang mungkin tau, dimana letak istana Tuanku Maharaja itu, suamiku” kata Dewi Awan Putih tiba-tiba hingga memancing perhatian Bintang dan lainnya yang kini menatap kearahnya.“Siapa?”“Bunda Dewi dan Ratu Dewi..” jawab Dewi Awan Putih.“Bunda Dewi
“Hai kerabatku! Dewi Awan Putih, bisakah kita berbicara berdua sebentar” pinta Bunda Dewi, Dewi Awan Putih mengangguk. Lalu keduanya segera pergi menjauh dari tempat itu.“Hai kerabatku! Dewi Awan Putih, kenapa kau berada disini? Lalu kenapa pula Ruhcinta dan Ruhrembulan juga berada disini?” tanya Bunda Dewi dengan pelan setengah berbisik.Dewi Awan Putih tampak terdiam sejenak.“Hai! Kenapa kau diam saja kerabatku, jawab aku!”“K-kami sudah menikah Bunda Dewi”“M-menikah, siapa yang menikah? Menikah dengan siapa?” tanya Bunda Dewi beruntun.“Kami...” kata Dewi Awan Putih lagi seraya menolehkan wajah jelitanya kearah Ruhcinta, Ruhrembulan dan Bintang yang masih berdiri ditempatnya memandang kearah mereka. Melihat hal itu, Bunda Dewipun memalingkan wajah ayunya kearah ketiganya.“K-kami siapa maksudmu, Hai kerabatku?” tanya Bunda Dewi dengan suara berge
Bunda Dewi sendiri kini sudah membawa sosok Bintang turun tepat dipintu gerbang bangunan putih itu. Para dewa yang menjaga tempat itu, terlihat langsung berkumpul begitu melihat siapa yang datang. Dengan serta merta mereka langsung menjura hormat.“Selamat datang di Puri Ketenangan Bunda Dewi. Simpul Agung Dari Segala Dewi, Dewi Junjungan Dari Segala Junjungan”Bunda Dewi sendiri langsung membalas juraan hormat itu dengan anggukan kepalanya. Lalu tanpa menunda-nunda waktu lagi. Bunda Dewi langsung menarik tangan Bintang yang masih digenggamnya untuk masuk kedalam bangunan putih yang disebut Puri Ketenangan itu. Para dewi-dewi yang menjaga tempat itu hanya saling pandang, heran dengan sikap Bunda Dewi yang tidak menyapa mereka. Mereka kenal dengan sosok pemuda yang datang bersama Bunda Dewi. Tapi semuanya tetap diam, tak berani untuk bertanya lebih jauh.Begitu berada diujung lorong, Bunda Dewi menghentikan langkahnya. Bintang yang ada disebelahnya ik
“Apa maksud ucapanmu barusan, Bunda Dewi?”Bunda Dewi tampak tersenyum kearah Bintang, dengan berucap lembut. “Dengan mengantarkanmu ke kotaraja Maharaja Jin, aku sudah pasti akan dihukum mati oleh Tuanku Maharaja karena membawa orang luar ke kotaraja, karena tidak ada seorangpun yang boleh menjejakkan kakinya di kotaraja tanpa seizin maharaja” semakin berubahlah paras Bintang mendengar ucapan Bunda Dewi.“Tidak! Aku takkan membiarkan hal itu terjadi Bunda Dewi”“Itu sudah menjadi peraturan yang ditetapkan oleh Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal untuk semua yang tinggal di negeri jin ini Bintang, tidak ada yang bisa lepas dari peraturan itu”“Jika kau sudah tau tentang peraturan itu, kenapa kau masih ingin menolongku, Bunda Dewi”“Karena aku mencintaimu Bintang, aku menyayangimu dengan segenap hati dan perasaanku” kata Bunda Dewi lagi dengan penuh ketulusan hatinya, Bintang yang m
Kali ini Bintang terdiam sejenak seperti tengah memikirkan jalan keluar terbaik yang bisa dilakukannya.“Aku tak ingin membahayakan dirimu Bunda Dewi. Begini saja, kau katakan saja arah tujuan kotaraja itu. Biar aku kesana sendiri” kata Bintang dengan mantap.“Kotaraja berada di negeri atas langit, Bintang. Untuk kesana kau harus memiliki kemampuan terbang” sela Bunda Dewi.“Serahkan semuanya padaku” jawab Bintang dengan tersenyum.-o0o-KOTARAJA JIN, berada di negeri atas langit. Sehingga tak banyak orang yang tau, dimana letak kotaraja jin tersebut. Awan-awan putih indah yang bergerombol begitu banyak seakan menjadi batas pelindung kotaraja jin dari pandangan orang-orang yang berada dibawah, tapi dibalik awan-awan putih itu terlihat sebuah pemandangan menakjubkan dari sebuah kota yang terbilang sangat megah dan indah. Bangunan-bangunan tinggi pencakar langit terlihat disepanjang mata memandang. Be
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig