“Bintang” Ruhcinta akhirnya memberanikan dirinya membuka ucapan. Tanpa menjawab, Bintang menoleh kearahnya.
“Mengenai ucapanku waktu itu” Ruhcinta menghentikan sejenak perkataannya untuk meredakan gemuruh didadanya, Ruhcinta ingin mencari kata-kata yang tepat untuk diucapkannya pada Bintang. Ruhcinta ingin mengatakan kalau apa yang dikatakannya waktu hanya kekhilafannya semata.
“Ucapanku waktu itu.. hanya, kekhilafanku saja, maafkan aku, Bintang” akhirnya terucap juga kata-kata itu dari bibir Ruhcinta, walaupun bibirnya berkata seperti itu. Tapi hatinya terasa sakit seperti teriris sembilu. Ruhcinta tak berani mengangkat wajahnya untuk menatap Bintang.
“Sayang sekali” terdengar ucapan Bintang. Singkat tapi sudah cukup membuat wajah jelita yang sejak tadi tertunduk itu tampak berubah.
“S-s-sayang sekali, maksudnya?” tanya Ruhcinta dengan gugup.
“Sebenarnya, diantara semua gadis yang a
Ketika fajar menyingsing, matahari mulai menerangi hutan, burung dan binatang hutan lainnya bangun mulai mencari makan, dua insan itu masih tidur saling berpelukan. Ruhcinta terjaga. Ia sadar tubuhnya masih dalam pelukan Bintang. Sejenak Ruhcinta secara perlahan dia berusaha melepas diri dari pelukan. Tetapi Bintang malah memeluknya lebih erat.Ruhcinta terkejut, lalu mengangkat wajahnya. Terlihat bagaimana Bintang tengah menatapnya dengan tersenyum.Meski jelas-jelas kelihatan kalau baru saja bangun tidur, namun raut wajah Ruhcinta benar-benar membuat jantung setiap pria berdegup keras. Wajahnya demikian cantik dan memancarkan pesona luar biasa.“Kenapa kau memandangiku seperti itu, Bintang?”“Kau manis Ruhcinta, gadis termanis yang pernah kulihat di negeri ini” ucap Bintang dengan lembut. Ruhcinta merasakan hatinya begitu bahagia mendengar kata-kata Bintang, tidak ada lagi perasaan jengah atau malu. Yang ada hanya perasaan berbun
“Benar, apa yang kau lakukan bersamanya?” sambung Jin Penjunjung Roh lagi.Ruhcinta baru saja ingin menjawab, tapi ucapannya tertahan saat Bintang berbisik kepadanya. “Biar aku saja yang menyampaikan berita gembira ini”Bintang melangkah maju selangkah dihadapan Ruhcinta, lalu menatap kearah ketiga orang yang ada dihadapannya.“Hai! nenek Jin Penjunjung Roh, nenek Jin Lembah Paekatakhijau dan Jin Budiman. Kedatanganku kemari bersama Ruhcinta memiliki maksud dan itikad baik, aku ingin melamar Ruhcinta untuk menjadi istriku” ucapan Bintang kontan membuat wajah-wajah yang ada dihadapannya berubah kaget. Berbeda halnya dengan Ruhcinta yang tampak mengulum senyum manisnya. Jin Penjunjung Roh, Jin Lembah Paekatakhijau dan Jin Budiman terlihat saling pandang satu sama lain.“Ruhcinta! Kemari kau!” bentak nenek Jin Lembah Paekatakhijau. Ruhcinta segera mendekati. Begitu berada dihadapan guru dan neneknya. Jin Penjun
LEMBAH Paekatakhijau. Terlihat begitu hijau dari kejauhan. Bukan karena kehijauan pepohonan yang tumbuh di lembah itu, melainkan karena ribuan katak hijau yang mendiami lembah itu. Semuanya tersebar disepanjang kaki lembah hingga tebing-tebing lembah.Malam itu, Lembah Paekatakhijau diselimuti kesunyian dan kegelapan malam. Sesekali terdengar suara katak yang saling menyahut, tapi tidak seperti biasanya yang selalu ramai. Kali ini hanya terdengar satu dua saja suara katak. Kadang-kadang angin yang bertiup kencang membuat dedaunan saling bergesek mengeluarkan suara berdesir aneh.Di susunan batu yang ada di puncak Lembah Paekatakhijau tampak jejeran obor-obor yang menyala mengelilingi tempat itu, sehingga puncak Lembah Paekatakhijau terang benderang oleh cahaya obor. Di tengah-tengah dataran lembah, terlihat lima orang duduk bersila. Mereka duduk membentuk setengah lingkaran, sebuah meja batu yang ada dihadapan mereka. Di depan meja batu, tampak pula duduk seorang laki-
LEMBAH Paekatakhijau. Terlihat begitu hijau dari kejauhan. Bukan karena kehijauan pepohonan yang tumbuh di lembah itu, melainkan karena ribuan katak hijau yang mendiami lembah itu. Semuanya tersebar disepanjang kaki lembah hingga tebing-tebing lembah.Malam itu, Lembah Paekatakhijau diselimuti kesunyian dan kegelapan malam. Sesekali terdengar suara katak yang saling menyahut, tapi tidak seperti biasanya yang selalu ramai. Kali ini hanya terdengar satu dua saja suara katak. Kadang-kadang angin yang bertiup kencang membuat dedaunan saling bergesek mengeluarkan suara berdesir aneh.Di susunan batu yang ada di puncak Lembah Paekatakhijau tampak jejeran obor-obor yang menyala mengelilingi tempat itu, sehingga puncak Lembah Paekatakhijau terang benderang oleh cahaya obor. Di tengah-tengah dataran lembah, terlihat lima orang duduk bersila. Mereka duduk membentuk setengah lingkaran, sebuah meja batu yang ada dihadapan mereka. Di depan meja batu, tampak pula duduk seorang laki-
Keadaan di Lembah Paekatakhijau untuk beberapa lamanya menjadi agak terang. Namun begitu awan muncul kembali menutupi, suasana serta merta menjadi pekat menghitam kembali. Jin Budiman, Jin Lembah Paekatakhijau dan Jin Lembah Paekatakhijau menatap kearah timur. "Hai, sebentar lagi fajar akan menyingsing.." kata Jin Lembah Paekatakhijau.“Sekaranglah saatnya!” kata Jin Penjunjung Roh menyambung. Jin Budiman tampak mengangguk menatap kearah Bintang dan Ruhcinta. Bintangpun tampak mengangguk lalu mengulurkan tangannya diatas meja batu kearah Jin Budiman.Jin Budiman tampak bingung, lalu menatap kearah nenek Jin Lembah Paekatakhijau dan Jin Penjunjung Roh. Keduanyapun tampak bingung.“Jabat tanganku, ayah mertua” kata Bintang. Masih dengan wajah bingung, akhirnya Jin Budiman mengulurkan tangannya kearah tangan Bintang yang sudah berada diatas meja batu. Tangan keduanya kini saling menjabat.“Baca tulisan yang ada di daun lontar it
“Ruhrembulan..” ucap pelan Ruhcinta dan Dewi Awan Putih hampir bersamaan, mengenali sosok jelita yang baru saja muncul ditempat itu.Sosok jelita Ruhrembulan yang memang baru saja muncul, terlihat menatap tajam kearah orang-orang yang ada ditempat itu, hingga pandangannya terhenti pada sosok Bintang yang tampak masih di apit dengan erat oleh Ruhcinta. Hal ini membuat wajah Ruhrembulan memerah.“Aku adalah istri Bintang, dan aku memiliki hak untuk menggagalkan pernikahan ini!” ucap Ruhrembulan dengan sedikit keras.“Ruhrembulan, semua orang juga tau kalau pernikahanmu dengan Bintang juga tidak sah!” bentak keras Dewi Awan Putih hingga membuat Ruhrembulan memalingkan pandangannya pada sosok dewi cantik tersebut.“Hai! Dewi Awan Putih, kau yang paling tidak memiliki hak disini. Lebih baik kau pergi tinggalkan tempat ini, jangan memalukan dirimu sebagai seorang dewi!” bentak Ruhrembulan tak kalah keras, wajah De
Ruhcinta yang melihat hal itu, segera melepaskan pelukannya, lalu segera berkelebat kedepan. Tubuhnya bergerak seperti sosok seorang penari. Dua tangannya dengan lemah gemulai didorongkan ke arah Dewi Awan Putih dan Ruhrembulan.Tak tanggung-tanggung, Ruhcinta mengerahkan serangan ‘Tangan Dewa Merajam Bumi’. Siapa saja yang sampai terkena maka tubuhnya akan menjadi lumpuh tak berdaya, sulit disembuhkan alias bakalan cacat seumur hidup.Dewi Awan Putih dan Ruhrembulan tentu saja tau kedahsyatan pukulan ‘Tangan Dewa Merajam Bumi’ tersebut. Maka disaat tubuh keduanya masih terlempar kebelakang. Dewi Awan Putih dengan cepat melepas selendang yang melilit dipinggangnya, dan melesatkannya kearah Ruhcinta. Ruhrembulan sendiri segera menyilangkan kedua tangannya, dari kedua tangannya, menderu satu gelombang angin yang dahsyatnya bukan alang kepalang!Wusss! Wusss!Bummm! Bummm!Ruhrembulan, Ruhcinta dan Dewi Awan P
“Dewi Awan Putih, kau yang kuberi kesempatan pertama untuk menyerangku dengan ilmu andalanmu” kata Bintang mengarah kearah Dewi Awan Putih, paras jelita Dewi Awan Putih tampak berubah, ditatapnya Ruhcinta dan Ruhrembulan yang saat itu juga tengah menatapnya. Dewi Awan Putih kemudian tampak tersenyum kepada keduanya, karena dengan Bintang menunjuk dirinya sebagai yang pertama, itu berarti perhatian Bintang lebih kepadanya, daripada ke Ruhcinta dan Ruhrembulan.“Bintang memberikan kesempatan pertama untukku, aku tak boleh menyia-nyiakannya, akan ku kalahkan Bintang. Agar dia menjadi milikku” batin Dewi Awan Putih juga menyadari kalau Bintang memberikan kesempatan pertama untuknya.Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu, selendang biru yang selama ini melilit dipinggang rampingnya di loloskan.“Bersiaplah Bintang! Hadapi selendang dewiku ini!” kata Dewi Awan Putih menyiapkan selendang biru ditangannya.Hiaaah...!D
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig