"Aku memang sedang menduga-duga," balas berbisik Jin Selaksa Angin. "Aku ingat akan ucapan guruku Jin Tanpa Bentuk Tanpa Ujud. Katanya akan terjadi satu Peristiwa besar di Negeri Jin ini. Selain itu aku harus mencari Tuhan atau Gusti Allah. Tapi yang jadi pokok pikiranku saat ini adalah Sendok Pemasung Nasib itu. Sebelumnya bukankah Ruhtinti diurus untuk mendapatkan benda itu melalui gadis bernama Ruhkinki di Istana Surga Dunia. Kita menunggunya sampai sore kemarin, dia tidak muncul. Kini aku tidak melihat dia di antara para tamu. Tapi aku curiga pada dua perempuan yang duduk berkerudung hitam di barisan kursi kuning di samping kiri kita. Salah satu dari mereka kurasa adalah Ruhtinti."
"Kalau begitu biar aku melesat ke tempat perempuan itu," kata Jin Terjungkir Langit.
Namun sebelum kakek ini bergerak tiba-tiba suara genta dalam Istana Surga Dunia berhenti. Bersamaan dengan itu mengumandang suara tiupan terompet keras dan panjang. Lalu seorang berjubah hitam yang duduk
DARI sebuah pintu di belakang mimbar pada dinding hitam, muncul dua orang berpakaian hitam menggotong sesosok tubuh lelaki yang hanya mengenakan sehelai celana pendek. Punggungnya hancur bersimbah darah. Di belakang dua penggotong melangkah dua orang berpakaian hitam membawa cambuk besar. Sosok yang digotong dilemparkan ke lantai. Orang ini tidak bergerak tidak bersuara.Di balik kerudung wajah Ruhkinki mendadak sontak berubah. Di sebelahnya Ruhtinti cepat memegang lengan gadis ini."Pakembangan... Itu Pakembangan.." bisik Ruhkinki. "Kuatkan hatimu Ruhkinki. Kita sudah menduga hal ini akan terjadi.""Tapi aku tak menduga akan sekejam ini. Aku harus menolong Pakembangan. Aku tak perduli sekalipun ikut mati bersamanya!""Jangan tolol!" sentak Ruhtinti sambil memegang lengan sahabatnya itu lebih erat.Di atas mimbar orang berjubah hitam berucap lantang. "Seorang manusia tolol bernama Pakembangan telah berlaku keji! Berbuat khianat pada Sang Junjungan
Sementara itu di balik dinding hitam, tepat pada salah satu mata gambar singa berkepala dua yang ternyata adalah sebuah lobang yang tak terlihat dari depan, Jin Muka Seribu turunkan kaca aneh yang ditempelkannya di mata gambar kepala singa. Sejak tadi kaca itu diarahkannya pada Dewi Awan Putih.Jin Muka Seribu menyeringai. "Jelas sudah! Apa yang dikatakan Pamanyala tidak dusta! Aku lihat sendiri melalui kaca yang punya daya tembus hebat ini! Cincin sakti itu memang ada pada Dewi Awan Putih. Disembunyikan di balik dada pakaiannya,. Hemmm... Rasanya aku tak perlu berlama-iama menjamu para tamu. Cincin sakti itu harus segera aku dapatkan. Setelah itu..." Jin Muka Seribu menyeringai.Tangan kirinya dipakai mengusap dagu wajahnya sebelah depan. Saat itu pintu ruangan rahasia di belakang dinding hitam diketuk orang dari luar. Jin Muka Seribu segera membukanya. Seorang pengawal tingkat dua berseragam biru menjura lalu melaporkan semua apa yang terjadi di Ruang Seribu Kehormat
"Jika kau dan kawanmu si buntung ini memang mau mencari mati berbarengan dengan kami, memang tak ada salahnya. Hik... hik!" Satu suara berucap di belakang Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Ketika kakek ini berpaling dia lihat beberapa orang bergerak cepat dan tahu-tahu dia bersama Jin Berpipa Emas sudah berada dalam kurungan beberapa orang, yang pertama adalah Jin Penjunjung Roh, lalu Jin Kaki Batu alias Maithatarun, Tringgiling Liang Batu dan Patampi."Kalian memilih mati bersama memang tak ada salahnya!" Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab menjawab tantangan. Sambil menyeringai dia angkat tangannya memberi isyarat ke arah barisan kursi hitam. Dari tempat ini beberapa orang segera berkelebat, membuat kurungan di sebelah luar. Mereka adalah Jin Bara Neraka, Sepasang Jin Bercinta dan Pamanyala. Keempat orang ini sama-sama angkat tangan, siap untuk digebukkan pada orang-orang yang |mengurung Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab dan Jin Berpipa Emas."Hai! Tidak ada kematian senikmat mat
"Nek, lekas katakan apa yang mau kau sampaikan!" Patampi untuk pertama kalinya ikut bicara sementara Ruhcinta pegang bahu si nenek dan dengan lembut berkata. "Nenek Ruhmundinglaya, harapan kami padamu sangat besar. Tolong kami semua yang ada di sini. Jika kau memang tahu rahasia kehidupan kami harap segera mengatakan. Kami telah terlalu lama sengsara dalam ketidak pastian yang meracuni perjalanan hidup kami. Yang Kuasa akan memberi kekuatan dan berkah padamu." Sepasang mata Ruhcinta mulai berkaca-kaca.Si nenek di atas tandu juga kucurkan air mata.Suaranya terbata-bata."Semua... semua kesalahanku! Ibu. ibu bayi yang tergantung di hutan itu... Dia... dia bukan Ruhpiranti sebenarnya" Si nenek di atas tandu memandang ke arah Ruhniknik lalu berkata. "Sahabatku Jin Penjunjung Roh, perempuan malang itu bukan anak kandungmu, bukan Ruhpiranti. Tapi..."Jin Penjunjung Roh kerenyitkan kening. Asap merah berbentuk ke
DI ATAS kursi birunya, Bayu berbisik pada Betina Bercula yang kebetulan duduk duduk di sebelahnya. "Apa yang terjadi di sebelah sana. Aku lihat Ruhcinta dan Patampi saling menangis dan berpelukan. Orang-orang itu, mereka tengah bermain sandiwara atau apa!""Tak dapat kuduga. Saat ini aku tengah memikirkan sesuatu. Apa kau tidak merasa kita ini seperti sengaja dipindahkan duduk di tempat ini. Pasti ada yang tidak beres.""Aku sudah merasa sejak tadi," jawab Bayu pula. "Coba kau lihat kesebelah kanan. Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab hanya terpisah beberapa kursi dari kita di deretan kursi hitam. Sejak dia kalah gertak tadi sebentar-sebentar dia melirik pada kita.Agaknya dia hendak melampiaskan kemarahannya pada kita. Agaknya ada suatu rencana jahat hendak dilakukannya pada kita!”“Kita harus waspada.”“Aku sejak tadi sudah berjaga-jaga. Kalau dia berani mencelakai kita ditempat ini dia bakal tahu rasa...”
Di atas mimbar, dari balik jubah kebesarannya Jin Muka Seribu keluarkan sebuah benda, sebuah piagam yang terbuat dari lembaran emas tipis. Dengan wajah berseri-seri depan belakang kiri dan kanan Jin Muka Seribu memandang pada Dewi Awan Putih."Dewi Awan Putih, dengan segala kehormatan aku selaku tuan rumah penguasa tunggal Istana Surga Dunia meminta kesudianmu untuk menerima piagam emas ini!"Dewi Awan Putih masih tetap duduk di tempatnya. Kemudian agak bimbang dia bergerak bangkit, Jin Muka Seribu memberi tanda. Dua orang gadis cantik muncul, melangkah menuju ke mimbar. Kali ini sang Dewi tak mungkin lagi menolak.Selagi melangkah ke arah mimbar Dewi Awan Putih tiba-tiba mendengar suara mengiang di telinganya. Dia melirik ke kanan. Dilihatnya Jin Tangan Seribu bangkit berdiri dari kursinya di barisan kursi warna hijau. Dia segera tahu yang tengah menyampaikan ucapan jarak jauh itu adalah kakeknya itu."Cucuku, berhati-hatilah. Selama ini Jin Muka Seribu
"Pukulan Salju Putih Patinggimeru!" seseorang berteriak ketika mengenali pukulan sakti yang dilepas- kan Jin Selaksa Angin ke arah Jin Muka Seribu itu.Dari barisan kursi hitam Pamanyala melesat ke depan, coba melindungi Jin Muka Seribu dengan hantaman kobaran api dahsyat. Tapi ketika pukulan Salju Putih Patinggimeru menyerempetnya, kakek satu ini segera terpental. Tubuhnya yang sudah cidera dan geroak besar semakin ringsak!Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab sudah sejak tadi melompat dari kursi. Namun nyalinya leleh untuk turun tangan membantu Jin Muka Seribu karena saat itu dilihatnya Jin Tangan Seribu bergerak mendekati dengan empat tangan terpentang ke atas. Lalu dari samping lain gadis cantik Ruhrembulan sudah bangkit pula dari kursinya dan memandang mengawasinya.Sesaat Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab hanya tegak terdiam. Namun ketika sudut matanya melirik Bayu yang tegak di kursi kuning bersama Betina Bercula, dendam lama kembali berkobar. Bayu dipilihnya sebaga
"Bubuk Maut Penjungkir Syaraf!" seseorang berteriak. Beberapa orang yang tak sengaja menghisap asap merah itu langsung roboh dan terjengkang di lantai dengan mata mencelet mulut berbusa merah!Kegemparan tambah menggelegar di Ruang Seribu Kehormatan. Banyak orang coba menerobos mencari jalan keluar untuk selamatkan diri. Tapi enam dinding laksana benteng baja yang tak mungkin ditembus.Ditengah kegaduhan itu Jin Terjungkir Langit berteriak keras."Maithatarun! Jin Bara Neraka! Jin Obat Seribu! Kalian semua anak-anakku! Lekas mendekat kemari!"Jin Muka Seribu sempat tercekat mendengar teriakan itu. Namun saat itu dia lebih memusatkan perhatian pada usaha menyelamatkan diri. Apa lagi sesuai rencana dilihatnya lantai di depan dinding hitam mulai bergerak turun. Dia cepat melayang ke bawah.Jin Muka Seribu memang hebat luar biasa. Begitu banyak pukulan sakti mematikan yang menghantam dirinya namun dia masih bisa bertahan menyelamatkan diri dengan ilmu