DI ATAS kursi birunya, Bayu berbisik pada Betina Bercula yang kebetulan duduk duduk di sebelahnya. "Apa yang terjadi di sebelah sana. Aku lihat Ruhcinta dan Patampi saling menangis dan berpelukan. Orang-orang itu, mereka tengah bermain sandiwara atau apa!"
"Tak dapat kuduga. Saat ini aku tengah memikirkan sesuatu. Apa kau tidak merasa kita ini seperti sengaja dipindahkan duduk di tempat ini. Pasti ada yang tidak beres."
"Aku sudah merasa sejak tadi," jawab Bayu pula. "Coba kau lihat kesebelah kanan. Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab hanya terpisah beberapa kursi dari kita di deretan kursi hitam. Sejak dia kalah gertak tadi sebentar-sebentar dia melirik pada kita.
Agaknya dia hendak melampiaskan kemarahannya pada kita. Agaknya ada suatu rencana jahat hendak dilakukannya pada kita!”
“Kita harus waspada.”
“Aku sejak tadi sudah berjaga-jaga. Kalau dia berani mencelakai kita ditempat ini dia bakal tahu rasa...”
Di atas mimbar, dari balik jubah kebesarannya Jin Muka Seribu keluarkan sebuah benda, sebuah piagam yang terbuat dari lembaran emas tipis. Dengan wajah berseri-seri depan belakang kiri dan kanan Jin Muka Seribu memandang pada Dewi Awan Putih."Dewi Awan Putih, dengan segala kehormatan aku selaku tuan rumah penguasa tunggal Istana Surga Dunia meminta kesudianmu untuk menerima piagam emas ini!"Dewi Awan Putih masih tetap duduk di tempatnya. Kemudian agak bimbang dia bergerak bangkit, Jin Muka Seribu memberi tanda. Dua orang gadis cantik muncul, melangkah menuju ke mimbar. Kali ini sang Dewi tak mungkin lagi menolak.Selagi melangkah ke arah mimbar Dewi Awan Putih tiba-tiba mendengar suara mengiang di telinganya. Dia melirik ke kanan. Dilihatnya Jin Tangan Seribu bangkit berdiri dari kursinya di barisan kursi warna hijau. Dia segera tahu yang tengah menyampaikan ucapan jarak jauh itu adalah kakeknya itu."Cucuku, berhati-hatilah. Selama ini Jin Muka Seribu
"Pukulan Salju Putih Patinggimeru!" seseorang berteriak ketika mengenali pukulan sakti yang dilepas- kan Jin Selaksa Angin ke arah Jin Muka Seribu itu.Dari barisan kursi hitam Pamanyala melesat ke depan, coba melindungi Jin Muka Seribu dengan hantaman kobaran api dahsyat. Tapi ketika pukulan Salju Putih Patinggimeru menyerempetnya, kakek satu ini segera terpental. Tubuhnya yang sudah cidera dan geroak besar semakin ringsak!Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab sudah sejak tadi melompat dari kursi. Namun nyalinya leleh untuk turun tangan membantu Jin Muka Seribu karena saat itu dilihatnya Jin Tangan Seribu bergerak mendekati dengan empat tangan terpentang ke atas. Lalu dari samping lain gadis cantik Ruhrembulan sudah bangkit pula dari kursinya dan memandang mengawasinya.Sesaat Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab hanya tegak terdiam. Namun ketika sudut matanya melirik Bayu yang tegak di kursi kuning bersama Betina Bercula, dendam lama kembali berkobar. Bayu dipilihnya sebaga
"Bubuk Maut Penjungkir Syaraf!" seseorang berteriak. Beberapa orang yang tak sengaja menghisap asap merah itu langsung roboh dan terjengkang di lantai dengan mata mencelet mulut berbusa merah!Kegemparan tambah menggelegar di Ruang Seribu Kehormatan. Banyak orang coba menerobos mencari jalan keluar untuk selamatkan diri. Tapi enam dinding laksana benteng baja yang tak mungkin ditembus.Ditengah kegaduhan itu Jin Terjungkir Langit berteriak keras."Maithatarun! Jin Bara Neraka! Jin Obat Seribu! Kalian semua anak-anakku! Lekas mendekat kemari!"Jin Muka Seribu sempat tercekat mendengar teriakan itu. Namun saat itu dia lebih memusatkan perhatian pada usaha menyelamatkan diri. Apa lagi sesuai rencana dilihatnya lantai di depan dinding hitam mulai bergerak turun. Dia cepat melayang ke bawah.Jin Muka Seribu memang hebat luar biasa. Begitu banyak pukulan sakti mematikan yang menghantam dirinya namun dia masih bisa bertahan menyelamatkan diri dengan ilmu
Kita kembali kearah sosok Bintang yang terus melayang tinggi ke atas, kearah cahaya hijau yang membentuk tong berputar yang terus menariknya. Bintang kini tidak lagi melawan, tapi hanya pasrah. Tatapannya sayu kearah Ruhrembulan yang saat itu terlihat menangis terisak-isak memanggil-manggil namanya. Bintang hanya mampu melempar senyum kearah Ruhrembulan. Semua yang ada ditempat itupun hanya bisa menahan nafas. Tak ada yang mereka dapat lakukan untuk menolong Bintang.Di saat-saat itu.Weerrrr...Sebuah benda berwarna biru terlihat berkelebat bagaikan ular keatas dan langsung melibat ditubuh Ksatria Pengembara, ternyata benda berwarna biru itu adalah sebuah seledang yang terlihat melilit dipinggang Bintang. Kontan hal ini langsung membuat perhatian semua orang mengarah kearah ujung seledang biru yang ternyata berasal dari sosok yang juga terkapar ditanah, tangan kanannya tampak terangkat memegang selendang biru yang melilit pinggang Bintang.Dia adalah Dew
Di belakang Jin Muka Seribu sendiri tampak pula beberapa orang kaki tangannya yang juga terlihat masih sehat-sehat, diantaranya Pajahilio Ruhjahilio, Sepasang Jin Bercinta, lalu ada pula Pamanyala dan Jin Berpipa Emas. Bagaimana mereka bisa selamat ? Hal ini tentunya sudah direncanakan oleh Jin Muka Seribu yang juga digelari sebagai Jin Segala Keji, Segala Tipu, Segala Nafsu dan telah mengangkat dirinya sebagai raja diraja segala Jin di Negeri Jin.Jin Muka Seribu sudah mempersiapkan sebuah ruangan khusus dibawah tanah untuk dirinya dan para pengikutnya apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, terbukti apa yang direncanakan oleh Jin Muka Seribu terjadi, sehingga saat semua tokoh yang ada ditempat itu terkulai tak berdaya, Jin Muka Seribu dan kaki tangannya selamat. Hanya beberapa saja dari kaki tangan Jin Muka Seribu yang tidak keliatan ditempat itu.Semua tokoh yang ada ditempat itu tampak memandang kearah Jin Muka Seribu dengan tatapan garang, mereka hampir-ham
Kian dekat ke bawah kian terlihat jelas raut wajah perempuan itu dan semua yang memandangnya tampak berubah parasnya. Bagaimana tidak ? sosok yang baru saja turun dari langit itu terlihat begitu cantik bagaikan bidadari. Wajahnya begitu imut bak baby. Kulitnya putih dan mulus. Tubuhnya yang ramping dan sintal terbungkus selendang tipis warna merah muda bergulung-gulung panjang. Demikian panjangnya seolah ujung pakaian ini tergantung sampai ke langit. Di kepalanya ada sebentuk mahkota bertabur batu-batu permata berkilau-kilau sehingga semakin menambah keanggunan dan kejelitaannya.“Una Lyn...” ucap Bintang pelan. Una Lyn, gadis cantik yang rupanya dikenali oleh Bintang.Siapakah Una Lyn ? Una Lyn berasal dari bangsa manusia yang juga masuk ke Negeri Jin tanpa kehendaknya sendiri. Ke depan, akan diceritakan lebih jauh tentang perjumpaan Bintang dan Una Lyn di alam manusia.Si cantik Una Lyn tampak turun dengan sangat anggunnya ke tanah, sedikitpun tak
Pajahilio Ruhjahilio, dan Jin Berpipa Emas tampak terdiam ditempatnya dan ini sudah merupakan jawaban bagi Jin Muka Seribu. Jin Muka Seribu kembali berpaling kearah Una Lyn.“Kau lihat sendiri bagaimana kesaktianku Una Lyn, apa kau tidak sayang dengan wajah dan tubuhmu yang indah bila kau berhadapan denganku!” ucap Jin Muka Seribu dengan senyum sinisnya.“Hanya ilmu picisan seperti itu, tak perlu kau berbangga hati Jin Muka Seribu!” senyum di wajah Jin Muka Seribu langsung hilang mendengar cibiran sang gadis. Sesaat kemudian wajah Jin Muka Seribu tampak memerah.“Huh! Coba kau hadapi ilmu yang kau bilang picisan ini!” kata Jin Muka Seribu seraya mengangkat tangan kanannya. Mulutnya sebelah depan menyeringai berkomat-kamit. Pergelangan tangannya diputar setengah lingkaran ke kanan hingga telapaknya menghadap ke arah Una Lyn. Didahului oleh suara seperti angin punting beliung dari telapak tangan Jin Muka Seribu tiba-tiba melesat
“Apa kalian juga ingin bernasib sama dengan junjungan kalian ini?!” tanya Una Lyn dengan suara dingin.Pajahilio Ruhjahilio, dan Jin Berpipa Emas yang masih pucat pasi wajahnya tampak buru-buru langsung bersujud dihadapan sigadis.“Ampun.. ampun, kami menyerah! Kami menyerah!” kata ketiganya tak berani angkat kepala dalam sujudnya.Una Lyn sendiri hanya tersenyum sinis. Lalu kembali mengalihkan pandangannya kearah sosok Bintang yang masih berdiri kaku ditempatnya.Weeesshhh...!Sosok Una Lyn berubah menjadi bayang-bayang merah muda yang langsung berkelebat cepat kearah Bintang dan hanya dalam hitungan detik saja, sosoknya sudah menghilang bersama Bintang dari tempat itu.Sementara itu semua tokoh yang ada ditempat itu masih berdiri terpaku ditempatnya, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Mereka syok melihat kematian Jin Muka Seribu yang begitu mendadak dan serba cepat. Tokoh sentral Negeri Jin, Jin M